Enggak

1K 130 30
                                    

Kalau kata Iyok; Fano itu ngeselin, absurd, jahil. Dia bisa ada di depan rumah atau kamarnya tiba-tiba dengan alasan berkunjung di luar logika.

Fano jahilnya ngalahin anak setan yang baru jadi. Jahilnya buat kesal. Jahilnya buat emosi sampai nyentuh ubun-ubun.

Tapi, absurdnya Fano berdampak baik pada saat mereka chatting; jadi ga bosenin. Absurd Fano juga bisa buat bahan obrolan walau cenderung ngeselin, huh.

Kata Iyok; Fano itu tinggi. Ia malas bahas ini, tapi kenyataan emang pahit. Tubuh Fano bagus, tinggi dan ramping. Beberapa waktu lalu Fano giat nge-gym. Liat aja di Instagramnya. Lagi pamer otot. Iyok iri terselubung.

Kata Iyok; Fano itu setengah mesum tapi setengah polos. Ga mau jelasin. Iyok males.

Kata Iyok; Fano itu sahabatnya. Iya, sahabat.

"ANDREAS YODHA PRASETYA!" Teriak Fano tidak sabaran.

Iyok mengerjap kaget. Ternyata ia melamun saat briefing. Sial.

"Jangan teriak. Kamu nakutin." Iyok menekuk mukanya. Kesal kalau diomelin.

Fano memandang remeh Iyok, "kamu lagian ngelamun aja. Fokus, Yok. Lagi kerja ini."

Semua mata memandang adu mulut —secara harfiah, antara Fano dan Iyok. Enggan ikut nimbrung dan terseret permasalahan lebih lanjut.

"Aku enggak." Elak Iyok

"Kamu iya, Yok." Batah Fano.

"Kapan?" tanya Iyok.

"Tadi."

"Aku enggak ngerasa." Elak Iyok lagi.

"Tapi kamu ngelamun." Kalau bisa Fano ingin merekam tiap kali Iyok melamun biar ada bukti.

"Kapan?"

"Tadi."

"Tapi aku enggak ngerasa."

"Aaghh." Fano mengerang putus asa.

Ralat; Iyok juga ngeselin.

END

⌨15 Nopember 2019

[A/N]
Selamat malam, hehehe

Cemilan | FaYok vers ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang