Cemilan | FaYok vers ✔

peluk

Fano tidak tahan membiarkan ego menertawakan mereka.

Secepat kilat ia mengemudikan mobil ke rumah Iyok. Tidak peduli pengusiran atau sifat dingin yang akan menyambutnya. Fano bersikeras ingin memeluk Iyok sebelum ia tidur kembali dan dihantui mimpi buruk.

Hujan rintik-rintik. Perut Fano tergelitik. Rasa cemas bercampur usik.

"Yok." Fano langsung membuka pintu kamar Iyok dan mendapati sahabatnya masih memakai baju yang sama seperti tadi pagi.

Lampu kamar belum dinyalakan. Gelas jus serta piring kue tergeletak mengenaskan di atas meja. Iyok tidur dengan posisi duduk.

Fano meringis. Pasti punggung Iyok sakit.

Maka digendong tubuh gempal sahabatnya. Mengabaikan jeritan tulang belakang yang merongrong.

Iyok terusik kala tubuhnya melayang. Terkejut ketika mendapati manik arang sangat dekat sampai ia bisa melihat pantulan dirinya sendiri.

"No." Suara parau khas orang tidur menjadi alasan tarikan bibir Fano.

"Aku berat."

Fano terkekeh. "Munafik kalau bilang kamu ringan."

Setelah tubuh Iyok mencium kasur, Fano ikut mengambil posisi di bagian yang kosong.

"Maaf ganggu me time kamu. Aku cuma kangen."

Iyok berjengit. Secara gamblang dan mudah Fano mengutarakan isi hatinya. Iyok memang payah. Ia terlalu naif untuk ikutan jujur.

"Boleh peluk sebentar sebelum aku pulang? Aku gak mau mimpi buruk." Fano dan Iyok dalam satu bantal.

Mint menampar wajah Iyok. Aroma harum yang memabukkan.

Iyok mengangguk. Masuk ke dalam pelukan hangat yang Fano berikan. Mendengarkan detak jantung tidak beraturan dari sahabatnya.

"No." Panggilan Iyok hanya dibalas deham singkat.

"Lama juga gak apa. Aku sama rindunya kayak kamu."

Malu.

Iyok malu sampai menempelkan muka ke dada Fano. Iyok merasakan wajahnya panas.

Senyum keduanya terkembang sampai mimpi menyambut mereka.

Maka, nyanyian hujan menjadi penghantar tidur yang indah bersama peluk setelah pelik.

END

05 Januari 2020