5. Bye Hera

7.5K 935 67
                                    

Selama berada di dalam taksi menuju Bandara, Bu Ola terus mengajak Hera berbicara. Bu Ola tahu Hera tidak memahami apa yang dia bicarakan. Tapi tampaknya Hera sangat menikmati saat-saat bersama eyangnya itu di dalam taksi. Sesekali terdengar tawa riangnya ketika eyangnya menggelitik perutnya yang gendut. Atau dia berseru mengucapkan kata-kata yang eyangnya tidak mengerti, tapi Bu Ola pura-pura mengerti saja.

"Duh. Mbok ya diajarin Bahasa Indonesia, Farid. Ibu susah ngomong sama Hera," gerutu Bu Ola seraya menarik tubuh semok Hera dan memangkunya serta memeluknya gemas.

"Dia ngerti kok, Bu. Cuma susah ngomong. Bahasa Perancis aja kesusahan. Emang Hera agak lambat perkembangan bicaranya," ungkap Farid.

"Ya. Kamu jarang ajak ngomong. Kamu juga, Rena. Heranya sering-sering diajak ngomong dong. Tuh liat Bagas. Dari usia dua tahun sudah fasih ngomongnya."

Tata dan Farid saling lempar pandang dan tawa.

"Yah. Anak-anak itu beda-beda perkembangannya, Bu. Ada yang cepat bicaranya, ada juga yang lambat," jelas Tata.

Bu Ola seperti mengingat sesuatu.

"Eh, Iya. Kamu dulu umur empat baru lancar ngomong, Rid..." ujar Bu Ola senyum-senyum. "Kalo mau sesuatu, kamu dulu cuma bisa tunjuk-tunjuk gitu sambil bilang a u auuu aauu..." Bu Ola lantas tertawa terpingkal-pingkal mengingat Farid kecil. Farid dan Tata ikut tertawa dibuatnya.

"A u auuuu...," sela Hera meniru eyangnya bercerita tentang papanya.

Sontak satu mobil tertawa mendengar suara kecil Hera. Termasuk sang supir.

"Ya Allah. Persis begini, Farid. Ya sudah. Kalo begitu sabar saja," ucap Bu Ola yang menyadari kesalahannya. Tidak seharusnya dia banding-bandingkan Hera dengan Bagas.

"Maaf ya, Hera. Eyang banding-bandingin Hera sama Mas Bagas. Kan Mas banyak yang jaga. Kalo Hera papamama sibuk semua yaaa..." ucap Bu Ola sambil mengecup-ngecup kepala Hera.

"Oui..." balas Hera seperti mengerti apa yang diucapkan eyangnya.

_______

Setibanya di Bandara, Hera tetap berada di dekat eyangnya. Bu Ola dengan sabar menggendongnya di ruang tunggu Bandara. Beberapa kali Farid ingin meraihnya karena tidak tega melihat ibunya menggendong anaknya, Hera selalu menepis tangannya. Tata juga melakukan hal yang sama. Sepertinya Hera masih belum ingin terpisah dari eyangnya.

Namun Bu Ola senang dengan sikap Hera. Dia terlihat baik-baik saja meski menggendong Hera dalam waktu cukup lama. Apalagi saat Hera memeluk leher dan meletakkan kepalanya di bahu Bu Ola, Bu Ola malah mengeratkan gendongannya.

Tiba-tiba Tata merasakan getaran dari dalam saku bajunya. Sekilas dia melirik Farid yang mulai menunjukkan cemas.

"Ya, Dad..." decak Tata dengan mata mengerling malas.

"Ok..." ucapnya kemudian. Lalu dia letakkan kembali ponsel ke dalam sakunya.

"Daddy Akhyar sedang menunggu di executive longue, Mas. Dia suruh kita ke sana..." ujarnya ke Farid pelan. Sekilas dia melirik Bu Ola yang sedang bercanda dengan Hera. Begitu juga dengan Farid.

"Biar aku yang bilang..." balas Farid tenang.

Tata merasakan cemas luar biasa saat melihat punggung suaminya di hadapan ibunya. Dia sangat mengkhawatirkan perasaan mertuanya. Tata masih mengingat raut wajah Bu Ola semalam yang menunjukkan keengganan saat disinggung mengenai Akhyar. Meski Bu Ola terlihat tenang dan tetap bersikap biasa, Tata tahu mertuanya itu hanya berusaha menutupi perasaan yang sebenarnya, enggan dan tidak ingin diganggu.

Tapi ternyata sikap Bu Ola di luar dugaan, dia tersenyum sumringah begitu mendengar Akhyar tengah menunggu keluarganya di ruang eksekutif. Dia malah dengan semangat menggendong Hera berjalan mengikuti Tata dan Farid menuju ruangan tersebut.

A Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang