Ola tersenyum tipis memandang Uzma yang malah cemas melihatnya.
"Sudah, Mbak. Jangan. Sudah!" cegah Uzma sambil menepis tangan Ola berkali-kali yang masih mencari pasangan sendal yang benar.
Seketika wajah-wajah yang berdiri angkuh heran dengan sikap Uzma. Uzma langsung berlari memasuki rumahnya dan berteriak-teriak memanggil pembantu-pembantunya yang lain untuk segera ke luar dan memperbaiki sendal-sendal para tamu yang masih berdiri.
Uzma secepat kilat menyambar tubuh Ola yang masih membungkuk, menyuruhnya berdiri.
"Siapa dia, Uzma?" tanya wanita yang membentak-bentak Ola sebelumnya. Uzma menggamit lengan Ola.
"Saya Ola, Bu. Mau melamar jadi pembantu di sini," ucap Ola cepat tanpa memberikan kesempatan Uzma untuk menjawab. Tak ada sedikitpun raut kesedihan di wajahnya.
"Mbaak..." Uzma terperangah melihat sikap Ola.
Ola cubit pinggang Uzma kuat. Dia tidak ingin Uzma menjelaskan dirinya yang sebenarnya di depan para tamu-tamu istimewa tersebut.
Ola kemudian berjalan menuju sepasang sendal miliknya yang letaknya berjauhan dari sekumpulan alas kaki milik para tamu istimewa tersebut. Lalu pergi berjalan menuju pagar utama rumah Uzma.
Uzma langsung mengejarnya.
"Mbak..." Uzma berusaha mencegahnya.
"Tolong buka pagar, Uzma. Mbak mau pulang. Bilang ke masmu, nggak perlu mempertemukan Mbak sama ibumu," ujar Ola.
Uzma semakin cemas.
"Mbak Ola. Jangan pergi dulu. Kak Akhyar pasti kecewa. Aku akan jelaskan..."
Ola terus saja berjalan menuju pagar utama. Tak satupun kata-kata yang ke luar dari mulutnya setelah itu.
Uzma sempat menghentikan langkahnya. Bingung antara membukakan pintu pagar untuk Ola atau kembali ke rumah mencari Akhyar yang tengah sibuk melayani tamu-tamu istimewa yang datang dari Riyadh.
Uzma pasrah. Ola berkeras pulang. Ola sudah berdiri di hadapan pagar menunggu pagar itu terbuka.
Uzma lalu berjalan cepat menuju teras utama rumahnya, memencet sebuah tombol kecil yang berada di dinding sisi pintu utama rumahnya.
Uzma akhirnya membiarkan Ola ke luar dari pagar rumahnya.
TBC