Semua terkejut. Sebuah tembakan terdengar dari lantai atas rumah Bira. Lima orang sontak memburu mengelilingi dan melindungi tubuh Bira dan Akhyar. Tak lama kemudian, terdengar keributan yang berasal dari lantai atas diiringi erangan Ammi Haidar.
Akhyar dan Bira langsung menerobos orang-orang yang melindungi mereka. Keduanya memburu Ammi Haidar yang tubuhnya limbung di pelukan Keni.
"Ammiiiiii!!!" teriak Akhyar dan Bira bersamaan. Mereka berdua sangat panik melihat darah mengucur dari lengan kiri Ammi Haidar. Tampak wajah Ammi Haidar meringis menahan sakit. Ucapan-ucapan ilahi terdengar lirih dari kerongkongannya.
Tanpa pikir panjang, Keni dan dua rekannya bergegas mengeluarkan tubuh Ammi Haidar dari rumah Bira. Akhyar juga langsung mengikuti mereka. Dia tidak memperdulikan lagi kertas-kertas yang ada di atas meja tamu. Dia sangat mengkhawatirkan pamannya. Sementara Bira yang semakin bersalah memburu ke atas rumahnya.
_______
Beberapa menit sebelum terjadi penembakan...
Selita yang penasaran dan tidak ingin melewati pertunjukkan yang dia pikir akan seru ini, akhirnya memutuskan ke luar dari mobil dan mengikuti langkah suaminya yang mengikuti orang yang menawarkannya 'sebuah pekerjaan'.
Setengah berlari Selita memburu mereka. Dia tidak ingin melewati sosok Evi. Selita khawatir mangsanya keburu diambil pihak Akhyar. Selita tidak ingin hasil penantiannya sia-sia, setidaknya dia sudah 'mengotori' mata dan tangannya. Dia tidak mau lagi menunggu hingga esok hari.
Tidak mau lagi menyia-nyiakan kesempatan, Selita bergegas memasuki rumah Bira lewat pintu samping, mencari-cari kamar Evi. Rumah Bira memang sangat luas sekali, tapi Selita tetap bertekad mencari keberadaan Evi.
Di tengah pencariannya, dia lihat Bira ke luar dari kamarnya yang berada di lantai dasar rumah. Selita dengan secepat kilat memasuki kamar itu. Namun tidak ada Evi di dalamnya. Cepat Selita menduga, Evi berada di kamar lain. Tapi di mana?
Selita yakin Evi sudah mengetahui aksinya yang memotret-motret rumahnya dari luar pagar beberapa saat sebelum rombongan Akhyar datang. Menurut perkiraannya, Evi yang tahu bahwa akan ada orang yang memburu dirinya atau suaminya, sudah bersiap-siap ke luar dari kamar dan membiarkan suaminya tertidur nyenyak. Ini hanya dugaan Selita saja, karena dia dulu juga memiliki otak kriminal yang luar biasa sebelum benar-benar insyaf seperti sekarang. Sepertinya pikiran kriminalnya akan bermanfaat sekarang.
Selita kembali melanjutkan pencariannya. Dia tahu Evi pasti akan melakukan sesuatu yang di luar dugaan.
Selita tidak menyerah, dia tidak peduli orang-orang yang sedang melakukan perundingan di ruang tamu.
Selita naik ke lantai atas.
Tak butuh waktu lama Selita menyusuri lantai atas. Tiba-tiba pandangannya tertuju ke sinar-sinar yang terlihat dari celah-celah bawah pintu sebuah kamar yang tertutup rapat. Dia yakin sinar tersebut berasal dari tivi yang menyala yang berada di dalam kamar tersebut. Cepat Selita menduga, Evi pasti berada di dalamnya.
Selita yang geram langsung memburu pintu itu.
"Selita! Wait!"
"Mark!"
Selita terperangah. Ada Mark yang berada tidak jauh dari pintu kamar itu.
Mark yang tahu bahwa Selita sudah tidak sabar lagi bertemu dengan sosok yang sedang diburunya, langsung menendang pintu kamar itu sekuat tenaganya dengan memosisikan tubuhnya dari arah samping pintu. Dia tidak ingin mati sia-sia.
Benar saja. Ada seorang perempuan yang sudah berdiri mendekati pintu kamar dengan dua pistol yang ada di tangan kanan dan kirinya.
Selita langsung memburu perempuan itu yang dia yakini adalah Evi.