Gerrie dan Tata bersorak tertahan saat Nayra menunjukkan layar test pack ke hadapan mereka. Ola dinyatakan tengah mengandung lebih dari dua bulan. Ola tersenyum bahagia melihat tiga ibu muda di hadapannya saling berpelukan senang. Galaunya pun perlahan hilang. Semangat menjaga benih yang berada di dalam kandungannya bertambah-tambah. Akan ada cerita indah dalam hidupnya, mengandung di waktu yang sama dengan anak dan menantunya.
"O My God. Ibuuu," seru Tata. Dia peluk ibu mertuanya dengan perasaan sangat senang sambil menggoyang-goyangkan badannya. Ola tepuk-tepuk punggungnya lembut.
Nayra dan Ola sempat saling lirik dan tersenyum. Nayra sangat memahami ibunya yang tidak ingin berlarut-larut dalam sedih.
Tata merenggangkan pelukannya. Lalu menatap wajah ibu mertuanya lamat-lamat. Ada yang tidak beres menurutnya. Senyuman Ola tidak terlihat tulus. Ola juga tampak tidak semangat.
Tata mengingat kembali reaksi Ola sebelumnya yang bersikeras mengatakan bahwa dirinya sama sekali tidak mengandung. Ola sepertinya tidak menginginkan kehamilan. Tapi kenapa?
"Ada apa, Bu?" tanya Tata yang melihat wajah Ola berubah cemas. Nayra pun pasrah.
"Sebenarnya Papa nggak mau punya anak lagi, Re. Papa mencemaskan kesehatan ibu. Papa hanya mau menghabiskan waktu sama ibu saja tanpa ada yang mengganggu..." jelas Nayra akhirnya. Dia tahu ibunya pasti tidak cukup kuat menjelaskannya.
Tata terkesiap mendengar penjelasan dari Nayra. Gerrie apalagi. Dia mendengus tidak percaya.
Dan Ola hanya tersenyum kecut membenarkan apa yang dijelaskan Nayra.
"Kok? Itu egois namanya..." rutuk Tata menahan kekecewaan.
Nayra rangkul ibunya.
"Lebih baik ibu ke dokter segera," usul Gerrie tiba-tiba.
Semua menoleh ke arahnya dengan wajah heran.
"Nanti di Jakarta saja. Nggak perlu buru-buru," sanggah Ola seraya meletakkan test pack biru ke dalam tasnya.
Nayra dan Tata tampak menyetujui usulan Gerrie. Meraka memandang Ola dengan penuh harap.
"Ibu. Maaf kalo aku nyinggung..." gumam Gerrie sambil memegang pundak Ola. "Usia ibu sudah kepala empat lebih. Sebaiknya kandungan ibu dicek dari awal. Biar kita tau kondisinya bagaimana. Biar, hm... nggak menyesal. Masalah personal ibu dengan suami ibu kita kesampingkan dulu. Yang terpenting adalah kesehatan ibu."
Tata dan Gerrie kembali menahan napas. Kata-kata Gerrie cukup menyentak batin keduanya.
"Sori, Guys. Gue cuma berpendapat. Bukan maksud menyinggung perasaan Ibu," ucap Gerrie. "Soalnya kan kalian stay di sini lebih dari satu minggu. Kita nggak tau keadaan ibu besok, dua hari yang akan datang. Atau...,"
"Lu punya relasi dokter kandungan di sini, Ger?" tanya Tata.
Gerrie mengangguk.
"Orang Indo, Re. Gampang kalo sama dia mah. Tapi lumayan jauh tempat praktiknya. Di Clayton," Gerrie memainkan ponselnya. "Gue bisa hubungi dia sekarang. Gue minta jadwal besok jam delapan pagi kalo mau. Gue antar ibu cuss ke sana..."
Kini semua menatap Ola. Berharap Ola mau memeriksakan kandungannya ke dokter yang Gerrie maksud.
Nayra perlahan mendekati ibunya yang tampak bimbang dengan keadaannya.
"Demi Ibu. Demi adikku. Mau ya, Bu?" bujuk Nayra hati-hati.
Ola menghela napas berat. Dia usap perutnya dengan perasaan sedikit kacau.
"Iya. Ibu mau," ucap Ola akhirnya.
_____
Ola memang pandai menyembunyikan perasaan galaunya selama berada di tempat wisata Sea Life. Dia tetap tersenyum, bahkan sesekali tertawa renyah jika ada yang mengajaknya bergurau. Terutama dengan besannya yang sempat merasa kehilangan dirinya.