Ola terperangah melihat isi apartemen Akhyar. Sangat luas dan mewah. Ini seperti deja vu baginya. Sebelumnya, dia pernah mengantar Farid ke apartemen Tata untuk melamar Tata. Dia menyangka ruang apartemen Tata berukuran kecil, ternyata sangat besar, lebih besar dari rumah sewanya. Kini, apartemen Akhyar jauh lebih luas. Isi perabotannya pun sangat mewah. Dia tampak hati-hati berjalan memasuki ruang mewah yang pernah Akhyar ceritakan sebelumnya. Bahwa Akhyar terkadang sering mengunjungi apartemennya di kala sedih. Akhyar sekarang ingin mengubah suasana apartemennya dengan mengajak Ola dan menghabiskan waktu khusus bersama, biar tidak ada lagi kesedihan dirasakannya.
Akhyar yang sebentar mengamati kebingungan di wajah Ola langsung meraih pinggang Ola dan menggendongnya. Ola menjerit kecil karena tidak menyangka akan sikap Akhyar yang mulai berlebihan. Selama perjalanan menuju apartemen, Akhyar yang seakan ingin segera menuntaskan kerinduannya terhadap Ola, tiada henti mengucapkan kata-kata cinta dan mesra. Ola pun terbuai dengan kata-katanya. Peluk cium pun tak terhindarkan lagi selama perjalanan.
"Di sini pasti lebih hikmad, Sayang. Tidak ada yang perlu kamu khawatirkan," desah Akhyar seraya meletakkan pelan tubuh Ola di atas tempat tidur luas dan mewahnya yang sudah rapi tertutup seprai putih bersih, juga selimut tebal putih.
"Aku bersihkan rias wajahku dulu, Mas," balas Ola yang masih merangkul leher Akhyar. Wajahnya sudah sayu menatap Akhyar.
"Kamu cantik sekali, Ola. Biarkan saja rias wajahmu..."
Ola menggeleng cepat.
"Nggak, Mas. Biar Mas lihat wajahku tanpa riasan. Dan kita benar-benar bersetubuh tanpa ada yang ditutup-tutupi..."
Akhyar terkesima mendengar kata-kata Ola. Kata-kata yang sangat menghanyutkan perasaannya. Dia dekap pinggang Ola dan meradukannya dengan pinggangnya. Dia tatap wajah Ola lekat-lekat.
"Aku sudah tegang, Ola sayang..." aku Akhyar sambil mendekatkan hidungnya ke hidung Ola. Wajahnya sangat memelas, ingin segera menuntaskan hasrat birahinya yang makin membara.
"Aku tau, Mas. Aku pun sudah basah..." balas Ola sambil memainkan jari-jarinya di ujung bibir Akhyar. Akhyar memejamkan matanya merasakan nikmatnya sentuhan jari jemari Ola. Dia membayangkan jari jemari itu menyentuh dan menggenggam miliknya yang menegang. Pasti akan nikmat sekali rasanya.
"Aku bersihkan wajahku dulu. Tunggu aku di sini..." bisik Ola. Dia berikan gigitan-gigitan kecil ke telinga Akhyar.
Akhyar akhirnya melepaskan dekapan tangannya dari pinggang Ola dan membiarkan tubuh Ola yang masih berbalut pakaian pengantin itu beranjak darinya, menuju sebuah meja konsul besar yang tak jauh dari ranjang.
Akhyar menghela napas cepat. Setelah melepas jas pengantin, dia rebahkan tubuhnya di atas kasur seraya memandang Ola yang sedang melepas gaunnya satu persatu dengan perlahan.
Akhyar tersenyum bahagia melihat Ola yang sangat tenang. Dia pun kembali mengenang masa-masa sebelum mengenal Ola. Akhyar teringat cerita Adimas tentang seorang istri yang sanggup mengorbankan nyawanya demi keselamatan anaknya, Said. Seorang istri yang sangat menyayangi anak sambungnya yang amat dicintai Said.
Akhyar pun sangat penasaran dengan sosok sang istri ini. Langkahnya begitu ringan hendak bertemu dengannya. Tak menyangka jiwanya bergetar saat melihat sosok Nayra, sosok yang dia yakini memiliki jiwa yang sangat baik, siapa ibunya? Siapa bapaknya? Akhyar terkagum-kagum dibuatnya. Tanpa dia harapkan, ternyata ibu Nayra seorang janda. Akhyar malam itu memang terlihat sangat memanjakan Ayu, namun matanya selalu mencuri-curi pandang ke sosok Ola yang sedang asyik bercengkrama dengan besannya, Hanin dan para ART lainnya. Ola sempat pula melirik ke arahnya, dia pun salah tingkah karena tatapan Akhyar. Tapi Ola tetap bersikap biasa setelahnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/270749651-288-k670351.jpg)