47. Makin Cinta

12.3K 924 45
                                        

Ola sudah rapi pagi ini. Dia cantik dengan dress barunya yang dirancang Gema. Akhyar memang merencanakan dengan sangat apik. Dia yang tahu Ola tidak lagi memiliki pakaian bagus setelah bebas dari penjara, bergegas menyuruh Gema mencari baju yang pantas dengan ukuran dan bentuh tubuh istrinya. Tentu saja Gema memiliki banyak stok pakaian bagus dan up to date. Dengan senang hati pula Gema serahkan semua hasil rancangannya ke Ola.

Akhyar tersenyum mengamati Ola yang duduk santai di sampingnya dengan lutut menyilang sambil menikmati jamu hangat yang Ola ramu setelah mandi pagi. Mereka berdua duduk-duduk menikmati indah pagi hari di balkon apartemen Akhyar yang sangat luas. Ada taman serta kolam renang terhampar di sana.

"Kamu semakin cantik, Ola. Beda dari yang aku lihat sebelum kamu berada di dalam penjara," ujar Akhyar sembari mengusap-ngusap paha Ola.

"Terus terang aku kagum melihatmu saat berjalan menuju Farid kemarin. Jalanmu anggun, cara dudukmu berubah, cara menatap Farid sebagai lawan bicara juga mengagumkan." Akhyar mendekap pinggang Ola dan mengusap-usapnya lembut.

Ola tersenyum mendengar komentar Akhyar mengenai dirinya yang sekarang. Dia letakkan gelasnya yang sudah kosong ke atas meja di hadapannya. Sementara tangan Akhyar tidak beranjak dari pinggangnya.

"Banyak hal yang aku pelajari dari sana, Mas," mulai Ola yang kembali duduk dengan tenang. Dia raih tangan Akhyar yang satunya dan mengusap-ngusapnya serta mencium-ciumnya penuh kasih.

"Yang membuatku berpikir untuk mengubah cara berpikirku dalam menghadapi masalah," ucap Ola kemudian sambil meletakkan tangan suaminya ke pipinya.

"Teman?" tanya Akhyar lembut.

Ola mengangguk tersenyum.

"Teman yang sangat beragam," gumamnya diiringi helaan napas berat, mengingat masa-masa di dalam tahanan.

"Meski mereka memang melakukan kejahatan yang tidak bisa diterima, tapi aku mencoba menganggap mereka sebagai teman biasa, sama seperti yang lain. Dan aku tetap menjaga diri."

Ola memejamkan matanya sejenak.

"Aku ambil yang baik-baik saja. Seperti olah raga, berdandan, bersikap dan mengolah tata kalimat yang baik."

Ola tertawa kecil mengenang masa-masa dalam tahanan.

"Ternyata sikap manis seseorang tidak bisa kita ukur sebagai sesuatu kebajikan. Maya, salah satu temanku yang mengajari kami dasar-dasar Yoga dan tata kepribadian di dalam kamar,"

Ola menggelengkan kepalanya mengingat Maya yang begitu semangat mengajarkan semua dunianya kepada Ola dan teman-teman.

"Jika melihatnya sekilas, dia perempuan yang sangat baik. Cantik, anggun, juga tutur kata yang teratur dan memabukkan. Aku banyak belajar darinya."

"Apa kasusnya?" tanya Akhyar ingin tahu.

"Menggelapkan uang perusahaan. Empat belas Milyar..."

Akhyar tertawa kecil.

"Dia dituntut empat tahun. Dia bilang ke aku bahwa dia akan menjalankan satu tahun saja." Ola mengerdipkan matanya ke Akhyar. Akhyar tertawa lagi. Kali ini lebih keras.

"Hidup ini keras, Ola," gumamnya.

"Iya, aku tau. Aku merasakannya."

Akhyar mengeratkan genggaman tangannya memberi tanda bahwa dia dan Ola akan saling menguatkan.

Tiba-tiba Ola tertawa sendiri. Sampai-sampai air matanya menggenang.

"Ada juga yang naksir aku, Mas..." ujarnya di tengah tawanya.

Akhyar mendelik.

"Siapa?" tanyanya seraya memandang kagum Ola. Ola memang tampak sedikit berubah sejak ke luar dari tahanan.

"Namanya Desmon. Kasusnya sama dengan Maya. Ternyata dia adalah papanya teman Nayra. Sejak dia mengakuinya, aku sempat berpikir untuk segera bebas sebenarnya. Aku tidak ingin mempermalukan Nayra."

Ola menghela napasnya lagi. Kisah hidupnya kali ini cukup menguras emosi dan pikiran.

Akhyar mendelik heran. "Kok bisa kamu bertemu dengan tahanan laki-laki?" tanyanya menggeleng. Dia semakin menyadari pesona Ola selama di dalam tahanan.

"Mas tanyakan diri Mas sendiri kenapa Mas bisa membawaku ke ruangan itu dan bercumbu di sana, padahal kita tidak menikah..."

Ola melirik Akhyar yang sedang mengamatinya dalam-dalam.

Akhyar terhenyak. Dia terdiam.

"Nggak papa, Mas. Uang memang bisa mengatur segalanya," gumam Ola dengan senyum terkulum. "Terkadang ada saatnya kita jangan bersikap terlalu baik hingga membuat kita terlihat bodoh. Terlalu baik dengan orang-orang terkasih memang sangat diperlukan. Tapi tidak terhadap orang-orang yang jelas-jelas sudah berniat jahat kepada kita..."

Akhyar menghela lega. Dia mengerti apa yang Ola pikirkan.

"Masih sakit hati, Ola?" tanyanya hati-hati sambil mengusap-usap punggung Ola.

Ola menggeleng.

"Nggak, Mas. Aku malah bersyukur. Kadang hasil perbuatan jahat dari orang lain ke diri kita, malah membawa kita kepada kenikmatan dahsyat lainnya yang kita tidak sangka-sangka sebelumnya..."

Ola dan Akhyar melempar pandangan mereka ke kolam renang yang terbentang di hadapan mereka. Keduanya larut dalam pikiran masing-masing mencoba memahami apa yang sudah mereka lewati dalam hidup mereka masing-masing, hingga mereka dipertemukan dalam ikatan pernikahan.

_____

Pasangan suami istri yang tidak lagi muda itu memutuskan untuk tetap menghabiskan waktu di dalam apartemen saja. Ola sudah mulai menunjukkan tanda-tanda bahwa bahwa dia betah tinggal di apartemen suaminya itu. Akhyar sebenarnya sudah mengajak Ola jalan-jalan ke luar mengitari mall mewah terdekat. Akhyar berniat memanjakan Ola untuk membeli apa saja yang dia mau. Namun Ola tampak segan. Dia lebih senang menghabiskan waktu di Apartemen yang sangat luas dan mewah milik Akhyar.

"Lebih baik Mas tunjukkan kepadaku apa saja yang ada di dalam apartemen Mas ini. Takut aku nyasar nyari-nyari Mas," ujar Ola dengan senyum tertahan. Dia edarkan pandangannya ke seluruh ruangan apartemen suaminya. Akhyar tentu senang. Hari ini mereka putuskan untuk tetap berada di apartemen.

Akhyar dengan detail menjelaskan ruangan-ruangan yang ada di dalam apartemennya, dari dapur, kamar-kamar tidur, kamar kerja, laundry, hingga ruang rahasianya. Tapi sepertinya Ola lebih tertarik mendalami menjelajahi dapur apartemen yang dipenuhi peralatan modern. Dia menyadari perannya sebagai istri seorang Akhyar, harus menguasai dapur terlebih dahulu. Dia harus banyak belajar.  

"Belum puas berduaan, Ola?" tanya Akhyar sambil memeluk Ola dari belakang yang sedang mengaduk gulai kambing kesukaan Akhyar di atas kompor.

Ola mengangguk. Dia sambut bibir Akhyar yang hendak melumat bibirnya dari samping belakangnya. Akhyar dengan mesra mengusap-usap seputar pinggang Ola.

"Hmmm... kamu menggairahkan, Ola..." ucap Akhyar yang merasakan getaran-getaran cinta di sekujur tubuhnya setelah menikmati bibir Ola yang dahsyat melumat bibirnya.

"Mas juga. Bikin aku ingin terus melakukannya lagi..." balas Ola dengan mata berkedip nakal.

Akhyar merasa dirinya sangat istimewa di mata Ola. Dia bahagia berada di dekat Ola. Dia peluk tubuh istrinya itu hingga menyelesaikan masakannya untuk makan malam mereka.

"Udah, Mas. Makan dulu. Terus lanjut lagi nanti kalo mau..." gumam Ola saat Akhyar mendorong pinggulnya ke bokong Ola yang sedang meletakkan satu set makan malam di atas meja makan. Ola merasakan milik Akhyar menegang ketika menyentuh-nyentuh pinggulnya ke bokongnya yang masih kencang.

"Pasti mau, Sayang," balas Akhyar seraya mendaratkan ciumannya ke pipi Ola.

_______

TBC

A Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang