Selita senang, Niko mau mencarikan mobil sewaan untuk dia gunakan malam ini. Dia bersorak saking senangnya karena Niko menyewakannya sebuah mobil sedan mewah keluaran terbaru dari rekan bisnisnya. Selita pun semakin semangat menjalankan misinya. Terlebih suaminya, dia sempat menggumam ke istrinya, Make this my second wife, Hon.
Malam larut itu tidak menyeramkan bagi Selita. Apalagi dengan menggunakan mobil mewah keluaran terbaru. Mark semakin gagah dan percaya diri duduk di depan setir. Sesekali dia remas paha Selita yang duduk di sebelahnya yang sedang memperbaiki lipstik dan dandanannya.
"Focus on GPS, Mark. Don't worry about it..."
Mark melajukan gas mobil dengan kencang.
_________
Namun kesenangan Selita berubah heran. Alamat yang diberikan kepada Niko adalah rumah kosong. Dia dapatkan informasi dari seorang satpam yang menjaga gerbang perumahan. Satpam tersebut mengatakan bahwa alamat yang Selita tunjukkan tidak lain adalah sebuah rumah yang sudah lama tidak berpenghuni.
Selita yang kecewa kembali lagi ke mobil. Dia pikir mungkin sang satpam mencurigainya karena malam sudah menunjukkan pukul sebelas, sehingga beralasan rumah yang dimaksud Selita adalah rumah kosong. Mungkin satpam tidak ingin memiliki masalah dengan orang asing yang bukan penghuni komplek.
Baru saja Mark menghidupkan mesin mobil, setengah berlari Satpam menuju ke arah mobil. Dengan cepat Mark matikan mesin mobil.
"Maaf, Sir, Bu. Orang yang punya rumah itu sudah lama pindah. Dua tahun lalu," ujar Pak Satpam yang berdiri tertunduk di sebelah luar posisi duduk Mark. Sepertinya dia tidak mencurigai kedatangan Selita. Apalagi Selita menggunakan mobil yang sangat keren. Mungkin saja Bapak itu berpikiran Selita bukan orang sembarangan. Terlebih, dandanan Selita yang agak berlebihan.
"Pindah ke mana ya, Pak?" tanya Selita ramah.
"Bogor, Bu. Ini alamatnya..." Satpam itu memberikan secarik kertas kecil kepada Mark.
"Terima kasih, Pak," ucap Selita senang.
"Sebenarnya saya tidak mau kasih alamat ini. Bu Evi sempat berpesan tidak boleh memberitahu alamat terbarunya kepada siapapun. Tapi karena sudah ada lima orang yang menanyakan keberadaan Bu Evi, saya jadi curiga. Tapi, Bu. Saya mohon jangan dilibatkan. Ini kebetulan partner saya lagi sakit, jadi saya sendiri bisa bebas sedikit..."
Selita yang paham melihat wajah melas Satpam perlahan meraih tas kecilnya dan mengeluarkan dua lembar uang biru.
"Nggak perlu, Bu. Sebelum ibu datang, empat pengunjung nanyain alamat ini juga. Semua bilang mereka kliennya. Tapi nggak saya kasih alamat barunya. Ibu kliennya juga?"
Selita menggeleng.
"Saya teman lamanya. Sudah lama nggak bertemu," dusta Selita. Tentu dia tidak ingin data dirinya diketahui Satpam tersebut.
"Oh...," Satpam itu manggut-manggut.
"Saya mau tau kabar dia saja. Apa pekerjaannya, bagaimana hidupnya sekarang. Itu saja. Kangen, Paak," lanjut Selita. Dia terlihat lebih semangat. Mark suaminya hanya mengerlingkan matanya, karena tidak memahami kata-kata antara Selita dan Pak Satpam.
"Oh. Bu Evi mah direktur perusahaan asuransi, Bu," ungkap Satpam itu.
"Oooh," desah Selita.
"Itu alamatnya di kawasan elit kota Bogor. Nggak jauh dari jalan utama."
Selita manggut-manggut.
"Ya udah, Pak. Makasih informasinya..."
Mark siap-siap menaikkan kaca mobilnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/270749651-288-k670351.jpg)