Malam itu Ola tidak bisa tidur. Dia terus memikirkan sosok Akhyar yang duduk menunggu dirinya di ruang kunjung lapas pagi tadi. Entah kenapa perasaan bencinya muncul begitu saja mengingat sikap dingin Akhyar saat dia jumpa secara tidak sengaja di sebuah restoran di mall Bintaro, sebelum dirinya dijebloskan ke dalam penjara. Apalagi waktu itu Akhyar terlihat sedang bersenang-senang dengan keluarga mantan kekasihnya. Hati Ola sakit mengingatnya. Lebih-lebih lagi ternyata manusia itu juga yang menyebabkan Ola masuk dalam penjara.
Ola menangis. Pilu hatinya. Kenapa yang menyebabkan dirinya terpisah dari anak-anak dan cucu-cucunya adalah orang yang pernah dia cinta.
Ola terus menangis semalaman. Baru kali ini dia membenci seseorang di sepanjang usianya. Bahkan dengan orang yang tidak menyukainya saja Ola tidak pernah balas membenci. Dengan orang yang merugikannya, Ola tidak pula menaruh benci. Tapi kali ini? Kenapa benci itu muncul? Kenapa kali ini dia tidak bisa mengusir rasa benci ini? Rasa sakit hati ini?
Ola remas dadanya kuat-kuat. Menyesal dia menerima cinta Akhyar, menyesal pernah mencintai selain Ahmad Yusuf Adam, pria terbaik yang pernah dia jumpa.
"Tunggu aku, Mas. Kasih aku kekuatan dalam menjalani hidupku. Aku rindu kamu, Mas Yusuuuuf. Jempuut akuuuuuu," isaknya malam itu.
***
Sama halnya dengan Ola. Akhyar pun tidak bisa tidur malam itu. Dia duduk sendiri di balkon paviliunnya sambil merokok. Padahal sudah hampir setengah tahun ini dia tidak merokok. Pikirannya terus tertuju ke Ola.
"Maaf, Pak. Ibu Febyola katanya nggak mau ditemui Bapak." Bukan main terkejut Akhyar mendengar kata-kata penjaga lapas yang tergopoh-gopoh menuju dirinya dan Keni. Merasa tertampar kedatangannya ditolak mentah-mentah oleh Ola.
Kata-kata dari penjaga lapas terngiang-ngiang di telinganya. Akhyar termenung. Ola sepertinya sudah mengetahui langkahnya yang mengusik kematian Yusuf.
Ada alasan di balik keinginan Akhyar untuk membuka kembali kasus kematian Yusuf. Akhyar ingin membalas orang yang telah menabrak Yusuf. Sepertinya ini yang membuat Ola tidak bisa melupakan Yusuf. Kematian Yusuf yang masih penuh dengan teka teki.
Meski Yusuf sudah berpindah alam, Akhyar masih merasakan kecemburuan mendalam saat Ola bercerita dengan mata binar mengenai Yusuf. Menurut Akhyar, mungkin dengan mengetahui orang yang menabrak Yusuf, akan mudah bagi Ola untuk melupakan Yusuf, dan dia dengan tenang bisa melanjutkan hubungannya dengan Ola.
Akhyar menyesali sikapnya yang terlalu cepat mengambil kesimpulan tentang diri Ola. Entah kenapa dia bisa membenci Ola waktu itu dengan cepat. Apa karena cintanya yang sangat mendalam sehingga begitu mudahnya tersulut kebencian saat mengetahui ketidakberesan dan ketidakjujuran seorang Ola. Mungkin juga Akhyar terlanjur sedih karena Ola yang tidak ingin bertemu dengannya lagi suatu malam.
Hampir saja dia ingin menyalahkan Anggiat, pengacaranya. Kenapa Anggiat tidak segera mengklarifikasi kasus Ola kepada dirinya. Tapi dia cepat memaklumi Anggiat yang sangat professional menjalankan tugasnya sebagai pengacara. Karena dia juga yang meminta Anggiat menghentikan menyelidiki kasus Ola. Jadi kenapa harus menyalahkan Anggiat? Malah, seharusnya dia berterima kasih kepada Anggiat yang dengan sukarela menyelidiki kasus Ola hingga meminta pertolongan anaknya yang sedang mengajar di Amerika Serikat. Anggiat tidak main-main menyelidikinya. Dia bahkan merogoh kocek pribadinya mendalami kasus Ola dengan menyewa beberapa detektif kenalan Derby. Kasus ini sangat sulit dipecahkan secara detail karena sudah terjadi belasan tahun yang lalu.
Akhyar merasa terkunci sekarang. Rasa rindu mendalam kepada Ola menyelimuti dirinya. Bertemu dengan sang mantan dengan niat ingin melupakan cintanya terhadap Ola ternyata tidak berhasil melupakan sosok Ola.
Akhyar memang cinta Nayura, tapi entah kenapa sejak beberapa kali bertemu dengan Nayura, perasaannya hambar. Terutama saat Igor bercerita panjang lebar tentang sifat asli Nayura yang keras terhadap anaknya, memaksakan kehendak, hingga memukul. Igor saja tidak bisa melupakan apa yang telah diperbuat Nayura terhadap istrinya. Dia bahkan pernah melihatnya dengan mata kepalanya sendiri ketika Nayura hampir melayangkan tangannya ke kepala Gema untuk kedua kalinya, di malam menjelang pernikahannya yang mencekam.
Akhyar tertawa sinis mendengar pengakuan Igor yang malah mengagumi Ola bahkan menyinggung pernikahan. Igor memang penyayang serta pengagum wanita-wanita tua. Dia sangat memahami mereka.
Akhyar menggelengkan kepalanya, tersenyum kecut. Dia yang memahami gadis-gadis muda malah terjebak dengan cinta yang sangat mendalam dengan seorang wanita setengah baya, sementara Igor, yang mengagumi wanita-wanita berumur, malah terikat dan terjebak cinta dengan perempuan manja belasan tahun.
Akhyar kembali fokus memikirkan Ola. Tidak sanggup rasanya membayangkan perempuan yang dia cinta menanggung penderitaan yang luar biasa besar. Ola malang, yang sedari kecil bernasib malang. Ingin rasanya dia hilangkan penderitaan Ola. Tapi bagaimana?
Akhyar hisap rokoknya dalam-dalam sambil memikirkan Ola yang berada di dalam tahanan. Ola yang tidur meringkuk dengan tak beralaskan kasur tebal nan empuk. Ola yang antri mandi dan makan seadanya. Ola yang pasti merindukan anak-anak dan cucu-cucunya. Ola yang tidak bisa bebas berkumpul dengan keluarga tercintanya. Ola yang sendirian. Ola yang menderita karena ulahnya...
Tangan Akhyar gemetar saat menyudahi rokoknya. Dia seka matanya yang sudah digenangi air mata sedih.
"Ola. Harus bagaimana aku akhiri penderitaanmu..." gumamnya pedih.
Akhyar beranjak dari balkon menuju dalam paviliunnya.
Dia buka-buka kopi berkas-berkas kasus kematian Yusuf serta isu perselingkuhan Ola yang diserahkan Anggiat kepadanya. Dia amati satu persatu surat-surat serta gambar-gambar yang tertera. Hingga pandangan matanya cukup lama tersita ke foto Yusuf.
Akhyar amati foto itu dengan seksama. Foto seorang yang sangat dicintai Ola. Foto orang yang membuat Ola merasa lebih 'hidup'.
Mata Akhyar mengerjap cepat saat menyadari sesuatu.
"Farid," desahnya. Seketika dia ingat sikap Ola yang semangat menggambarkan sosok Yusuf yang ada di diri Farid, putra yang amat dia sayang.
"Keni..., tolong urus tiket ke Paris secepat mungkin. Aku berangkat sendiri..."
***
![](https://img.wattpad.com/cover/270749651-288-k670351.jpg)