Makasih doa dan harapan. Saling doa agar kita semua sehat-sehat yaaaa.
Sebenarnya Gue juga nggak tahan kepingin cerita ini selesai cepat. Hihihi. Sebel juga ama Sabun, eh, Sabine ding. And fiuuuh, akhirnya bab ini selesai juga malam ini.
Semoga besok bisa lanjut lagi yaa.... terima kasih vote dan komennya.
Lauv you.... 😘
________________
"Halo..."
"Papa. Aku besok main ke Sudirman ya? Aku, Mas Niko sama kembar ke sana main. Kangen Papaaa, Ibuuu. Oiya. Ada oleh-oleh juga dari Bantul, Pa. Dari Mama Yuna. Dia minta maaf nggak datang pas acara Papa. Ada undangan keluarga juga di sana..."
Akhyar memejamkan matanya mendengar renyah suara anak yang amat dia sayangi itu. Tiba-tiba-tiba saja dia merindukan Sabine, sosok yang sudah memberinya kebahagiaan dan terlepas dari pikiran buruk masa lalunya. Entah kenapa dia merasa Sabine tidak sungguh-sungguh mempertanyakan haknya waktu itu. Mungkin cemburu saja, pikirnya.
Setelah Sabine mempertanyakan janjinya di acara itu, Sabine dan Akhyar bersikap biasa saja seolah tidak terjadi apa-apa di antara mereka. Sabine sempat terlihat kikuk dan merasa bersalah dengan pertanyaannya ketika berkumpul lagi di ruangan acara, namun Akhyar yang menyadari apa yang dirasakan Sabine, dengan cepat merangkulnya dan tetap bersikap seperti biasa. Mungkin Sabine melupakan peristiwa itu sekarang. Entahlah.
"Halo, Paa..."
"Em. Papa nanti yang ke rumah kamu. Sama Ibu..." ujar Akhyar.
"Kok? Ha? Serius, Pa?" suara Sabine terdengar sangat riang.
"Iya. Papa ambil oleh-oleh dari Mama Yuna besok. Kamu siap jam berapa? Pagi atau siang atau malam?"
"Asyiiik. Am..., makan siang aja, Pa. Tapi Papa sama Ibu pagi-pagi dong datangnya. Biar bisa lama-lama di rumahku. Ok, Pa ya?"
"Iya..."
Dengan perasaan tidak menentu Akhyar sudahi panggilannya.
"Sabine..." desah Akhyar penuh nada sesal.
Ola yang mendengar percakapan antara Akhyar dan Sabine, mengusap-usap lengan Akhyar.
Akhyar kembali meraih ponselnya.
"Ya..."
"Ang. Besok pukul satu di rumah Niko. Bawa surat-surat yang lengkap. Kita serah terima di sana..."
***
Pagi itu Sabine dengan perasaan riang menyiapkan masakan kesukaan papanya, nasi mandi kambing. Ada juga kue-kue khas Arab, juga minuman Arab. Dia dibantu dua asistennya. Kembar juga turut membantu mempersiapkan. Dan pagi itu suasana rumah sangat menyenangkan.
"Maaaa!! Udah datang, Njidnyaaa!!" teriak Gloria yang sekilas melirik layar kecil kontrol pintu yang kebetulan ada di dekatnya.
Sabine cepat-cepat menyudahi kegiatannya dan berlari menuju luar rumah tanpa alas kaki.
Wajah Sabine cerah ketika melihat dua sosok yang sangat dirindukannya berdiri di depan pagar tinggi rumahnya.
"Papaaa. Ibuuu..." teriaknya senang. Dia rangkul keduanya sambil merengek manja. Namun saat memeluk keduanya erat-erat, perasaan aneh menyelinap ketika menyadari bahwa Papa dan Ibu datang ke rumahnya dengan menggunakan taksi online biasa dan tidak ditemani Keni seperti biasanya. Tapi dengan cepat perasaan aneh itu hilang begitu saja karena kehadiran Ola yang sangat dia harapkan.
"Aduh. Senang banget aku, Ibu. Akhirnya bisa mampir ke rumah. Kirain nggak punya waktu..." decak Sabine yang langsung menggelayut manja di lengan Ola setelah memeluk Ola erat-erat.
