Resepsi pernikahan Ola dan Akhyar memang sangat ditunggu-tunggu keluarga besar. Banyak sekali yang berebutan ingin memiliki peran penting dalam perayaan mereka. Khususnya keluarga besar Akhyar. Maklumlah, Akhyar memang dikenal sangat dermawan dan banyak membantu keluarga besarnya, terutama yang sedang dilanda kesusahan.
Seperti Ayu dan Said misalnya, yang memaksa Ola dan Akhyar menggunakan rumah mereka menjadi tempat berkumpulnya keluarga besar untuk membicarakan resepsi pernikahan.
"Pokoknya Ayu nggak mau tau. Eyang harus pake rumah Ayu dan Abang. Kalo nggak, Ayu nggak mau pulang!" paksa Ayu yang menghubungi Ola dari Melbourne.
Apa boleh buat. Ola dan Akhyar yang awalnya berencana ingin menggunakan rumah Saif dan Uzma sebagai tempat berkumpul keluarga, akhirnya menyetujui menggunakan rumah Ayu dan Said sebagai tempat berkumpul keluarga besar. Dan ternyata usulan Ayu dan Said sangatlah tepat, karena keluarga besar dan sahabat-sahabat Ola bisa turut bergabung membantu pelaksanaan resepsi pernikahan.
_______
Sore ini sudah banyak tamu yang berkumpul di rumah Ayu dan Said. Banyak mobil-mobil mewah berjejer terparkir di sepanjang jalan perumahan elit itu. Ada anak-anak kecil yang bermain di depan pekarangan rumah Guntur dengan riang. Suara mereka melengkapi ramainya sore itu. Para satpam komplek juga tampak sibuk mengatur parkir-parkir mobil agar rapi dan tidak mengganggu pengguna jalan lainnya.
Sementara itu Ola yang berada di dalam sebuah kamar sedang mencoba pakaian yang dirancang secara khusus olehnya. Ada dua perancang professional yang sedang memasangkan gaun mewah ke tubuhnya.
"Kamu suka kan, Ola? Ini akan jadi pakaian utama," ujar Lizett sambil melirik ke arah Gema yang sedang memakaikan bros berlian ke gaun yang dipakai Ola.
"Iya. Bagus banget..." gumam Ola.
Gema tersenyum senang. Dia senang sekali bisa bekerjasama dengan perancang professional ternama Lizett Fenech. Lizett malah memberikannya kesempatan merancang gaun untuk Ola. Dia hanya memberi ide dan arahan saja. Gema merasa ini adalah kesempatan luar biasa. Tanpa dia sadari dia sangat mengagumi gaun yang dia rancang buat Ola.
"Kamu puas sekali dengan gaun ini, Gema?" tanya Lizett yang mengamati binar mata Gema saat memperbaiki gaun yang melekat di tubuh Ola.
"Ya, Tante Lizett. Makasih sudah kasih Gema masukan. Akan Gema ikutin nasihat Tante Lizett," tanggap Gema sambil menundukkan kepalanya. Mungkin ini adalah rancangan terbaiknya. Gaun putih gading bertahta berlian di sekujurnya. Pas sekali dengan kulit tubuh Ola dan wajah Ola.
"Kembar ya, Khaala?" tanya Gema yang sedang memperbaiki gaun bagian perut Ola.
"Iya, Sayang. Sepasang..." jawab Ola senang.
Gema tersenyum hangat. Dia sentuh perut kencang Ola.
Gema setengah kaget.
"Wow. Gerak, Khaala..." teriak Gema yang merasakan getaran-getaran dari perut Ola.
"Masa?" Lizett ikut menyentuhnya.
"Aaaa..., mereka senang sekali. Apa sedang berkelahi ya?" gumam Lizett tertawa. Ola tersenyum malu mendengarnya.
Lizett rangkul Gema erat. "Mereka senang dengan baju kamu nih. Giliran Tante tadi yang memakaikan, mereka sama sekali tidak bergerak..." ujar Lizett memberi semangat. Lizett memang sangat suportif. Wajar saja dia sering ditunjuk sebagai juri di berbagai ajang pameran dan kompetisi tingkat internasional. Kata-katanya selalu dipenuhi motivasi.
Tiba-tiba muncul anak laki-laki yang langsung memburu Gema. Gema terperangah melihatnya.
"Idris? Jangan ganggu Mommy dulu," bisik Gema.