Ola dan Akhyar benar-benar menikmati waktu berduaan. Sudah tiga hari tiga malam mereka berada di dalam apartemen mewah tanpa ke luar sejengkal pun dari sana. Jika ingin menghirup udara segar dari luar, keduanya tinggal melangkah menuju balkon dan duduk-duduk di sana atau sekadar berdiri berduaan sambil memandang indah taman dan kolam renang yang terhampar di sana. Terkadang Ola asyik merawat tanaman-tanaman yang tumbuh indah.
Seperti pagi ini, Ola yang yang kepalanya tertutup topi bundar putih dan bergaun putih selutut sedang memegang gunting tanaman kecil. Ola tampak antusias memilah-milah dedaunan atau bunga yang sudah layu dan kering. Dia pisahkan dan membuangnya ke dalam tong sampah kecil yang tidak jauh darinya.
"Rindu taman di rumah kamu, Ola?" tanya Akhyar yang asyik mengamati istrinya yang sibuk dengan tanaman. Dia tampak santai dengan kaos biru terang dan celana krim pendek selutut.
"Ya," jawab Ola pendek. Lalu ada helaan napas berat setelahnya.
"Mau ke sana?" tanya Akhyar lagi.
"Suatu hari..." jawab Ola. Wajahnya berubah seperti menahan sedih. Namun hanya sesaat, kemudian berbinar kembali saat memeriksa tanaman yang sedang dia bersihkan.
"Kamu betah di sini, Ola?" tanya Akhyar. Sejak memulai pagi, Ola kelihatan murung. Jika Akhyar menyapanya, cepat-cepat dia ubah wajahnya agar terlihat ceria. Meski baru beberapa hari hidup berdua, Akhyar sudah sangat merasa dekat dan mengetahui gelagat kurang nyaman dari Ola.
Ola menghentikan kegiatannya sejenak. Ditatapnya Akhyar dengan tatapan lembut dan senyum hangat. Jika Ola bersikap demikian, Akhyar sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi. Perasaannya sangat tenang.
"Ya. Aku betah, Mas." Ola mengedarkan pandangannya ke taman-taman. "Memang ada rasa rindu ingin ke sana. Tapi nanti saja. Setelah urusanku selesai."
Akhyar merangkul Ola dan mengusap-usap bahunya lembut.
"Kamu apa nggak menyadari bahwa apartemen Paris ada di gedung sebelah," ujar Akhyar.
Ola terkesiap. Dahinya mengernyit tiba-tiba, berusaha mengingat sesuatu.
Akhyar tersenyum melihat wajah bingung Ola.
"Ya. Kamu kan pernah ke sana. Itu salah satu yang membuat Farid semangat mendekatkan aku denganmu, Ola."
Ola menggeleng tertawa mengingat Farid.
"Dia dan aku cocok. Aku sangat menyukai Farid. Bahkan jika kita tidak bersatupun, aku tetap menganggapnya anakku. Dia jujur, apa adanya, sopan, gentle. Paris sangat beruntung berdampingan dengannya."
"Farid..., apa kabar dia di sana. Pasti Rena senang menyambutnya. Mereka nggak pernah terpisah jauh. Farid juga beruntung memiliki Rena. Rena sangat patuh dan menyayangi Farid."
Ola lalu melanjutkan membersihkan tanaman.
"Senang, Ola? Kita berdekatan. Ada Farid, Rena, Hera..."
"Tapi kita akan jauh dari Sabine."
Akhyar tergelak. Tidak tahu kenapa sejak menikah hanya Ola dan keluarganya yang dia pikirkan. Mungkin saking bahagianya bahwa cintanya kembali.
"Dia memang sedih. Awalnya dia mengira aku akan tetap tinggal di rumah Uzma setelah kita menikah. Tapi ini adalah tempat awalku memulai hidup, Ola. Apartemen ini. Aku ingin berbagi kisah hidupku dengan seseorang yang mencintaiku hingga akhir di sini. Biar dia saja yang akan aku pikirkan selamanya."
Ola tersenyum mendengar kata-kata Akhyar yang penuh harapan indah.
"Yah. Nanti kita atur waktu berkumpul keluarga. Aku tau Nayra juga sangat sedih. Bukan Sabine saja," gumam Akhyar.