88. The Best of You

7K 755 20
                                        

Akhyar lega karena acara serta tujuan utama di Caen dan di Paris sudah dilewati. Sempat ada rasa was-was saat semalam menginap di rumah Lizett, Ola bercerita bahwa ada masalah dalam kehamilan Tata. Hampir saja Akhyar mengira bahwa suasana hati Ola akan berubah galau dan tidak bergairah karena memikirkan masalah tersebut.

Tapi ternyata permasalahan yang dihadapi Tata tidak begitu serius dan masih bisa dihadapi dan diselesaikan oleh Farid. Hanya selama satu minggu Tata mengalami depresi yang lumayan berat, itupun terjadi setelah beberapa hari kembali dari liburan di Melbourne. Setelahnya, moodnya hanya naik turun seperti biasa. Dan peran Farid sangat diperlukan untuk menenangkan emosi Tata.

"Dia alihkan ke makanan. Makanya jadi gemuk sekali..." ujar Ola ke Akhyar setelah tiba di kamar hotel yang mereka inap.

"Mungkin karena jauh dari keluarga. Lizett sibuk, Corrin juga sibuk. Di sini kan nggak sama seperti di Jakarta. Jadi mereka benar-benar serba sendiri. Apalagi Farid pasti sibuk mengurus kelulusan kuliah."

"Iya, Mas. Beda dengan keadaan Ayu yang di Melbourne. Ada keluarga Hakiem yang rumahnya dekat dengan apartemen Ayu dan Said. Galuh cerita kalo Ayu dan Said sesekali berkunjung. Malah Galuh nyuruh mereka nginap di rumahnya dan nggak perlu sewa apartemen. Mereka saja yang menolak..."

Akhyar menganggukkan kepalanya.

"Pas resepsi kita sudah dekat waktu lahir Paris kan? Apa masih bisa Paris ikut hadir di acara kita?"

"Masih beberapa minggu menjelang lahiran kata Lizett. Jadi masih sempat. Urusan kelahiran Rena ternyata sudah diurus Mbak Hanin, sampe akta lahir anaknya..."

Akhyar terdiam.

"Sudah, Mas. Mas kalo denger nama Mbak Hanin pasti cemberut."

"Kamu apa nggak merasa dilangkahi Hanin?"

Ola tergelak.

"Mbak Hanin itu memang sedari dulu kepingin dekat sama Farid. Sempat jodohin sama Ayu. Farid menolak. Wajar saja bagiku, Mbak Hanin juga sudah sepuh. Dia memang ingin sekali istirahat. Sudah sering curhat katanya susah cari orang yang bisa dia percaya mengurus bisnisnya. Guntur anaknya aja ogah ngurus usahanya."

Ola menghela napasnya sejenak. "Hm. Nggak masalah bagiku, Mas. Mbak Hanin sudah banyak membantu."

Akhyar mendengus tersenyum. Sikapnya seperti menyadari sesuatu mengenai Hanin.

"Kenapa, Mas?" tanya Ola.

"Nggak papa. Dia perempuan tangguh. Sama kayak kamu. Aaah, sepertinya aku juga nggak perlu ngotot ikut merayu Farid. Aku sudah dapatkan dirimu. Lewat Hanin juga..." ucap Akhyar seraya merangkul Ola hangat.

Ola tersenyum lebar. Akhyar sepertinya mulai merelakan posisi Farid.

"Mandi yuk? Pagi tadi kita nggak sempat mandi di Paris," ajak Akhyar sambil mengusap-usap punggung Ola. Saking nyamannya berada di rumah Lizett, Akhyar dan Ola enggan mandi di sana. Lagipula cuaca di luar rumah Lizett juga sangat dingin. Selama perjalanan kembali ke Caen, Akhyar dan Ola saling merapatkan diri di dalam metro.

Bola mata Ola bergerak-gerak mengamati gerak gerik Akhyar yang mulai genit.

"Duluan. Aku nyusul. Ya?" bujuk Akhyar dengan tatapan lembutnya.

Ola sepertinya enggan memulai.

"Kita main lembut saja, Sayang. Aku janji..." ucap Akhyar. Dia dekatkan wajahnya ke leher Ola sambil menghembuskan napas hangatnya.

"Mau aku jilat milikmu? Biar nggak ganggu mereka..."

Tatapan Akhyar mulai membuat Ola melayang-layang. Ola gigit bibirnya karena merasakan getaran-getaran yang mulai menjalar dari ujung kaki hingga ke sekujur tubuhnya. Ola merasa tubuhnya lemas bernafsu karena sentuhan-sentuhan dari suaminya yang menghanyutkan perasaannya.

A Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang