23. Iba Nayra

5.9K 968 76
                                    

Dua minggu kemudian.

Mbok Min heran dengan Pak Johan yang semakin hari semakin sumringah jika Ola datang mengunjungi rumah majikannya. Pak Johan semakin ramah menyapa Ola dan juga semakin semangat mengantar jemput Ola pulang pergi dari rumahnya. Kadang terlihat Pak Johan tertawa bersama Ola ketika berpapasan. Mbok Min semakin curiga melihat kedekatan mereka.

"Sssst, Pak Jo!" sergah Mbok Min ketika Pak Johan memarkirkan motor kecil ke dalam garasi rumah. Saat itu Pak Jo baru pulang dari mengantar Ola pulang ke rumahnya.

"Apa, Minaaa," balas Pak Jo yang sedang meletakkan helmnya di rak khusus dalam garasi. Sikapnya menunjukkan bahwa dia gerah dipanggil Mbok Min.

"Pak Jo pasti sudah tau calonnya Bu Ola kan? Cengar cengir kalo Bu Ola di sini. Kasih tau, Pak eee. Bisa mati kepo aku," ujar Mbok Min.

"Wes, mati sana," balas Pak Jo dengan cueknya.

"Eeee. Awas lho. Mentang-mentang sudah tau. Sombongnyaaa,"

Mbok Min masih saja memasang wajah memaksa ke Pak Johan.

Pak Johan tertawa melihat wajah sewot Mbok Min.

"Kamu tanyakan saja langsung ke beliau. Biar bisa lebih jelas,"

"Ora wani aku, Pak."

Pak Johan meletakkan kunci motor ke gantungan khusu kunci-kunci kendaraan di dinding garasi mobil.

"Yang jelas orang kaya. Siapa? Aku nggak tau..."

"Kaya dari Bu Hanin?"

Pak Johan mengangguk.

Mata Mbok Min membulat besar.

"Kaya dari Pak Said?"

Pak Jo mengangguk lagi.

"Berarti Pak Jo tau ini..."

"Ora, Minaaa. Cuma tau orang kaya tok."

"Waduuuh. Gemes aku, Pak eee. Jangan sampe nggak jadi ini. Siapa tau aku yang naik haji. Info cepetan lo, Pak eee,"

Pak Jo menggelengkan kepalanya mendengar harapan Mbok Min.

"Nggak ngarep kawin lagi, Mina?"

"Mbuh, Pak. Bikin mules kalo mikir kawin. Tapi yo seneng liat orang kawin, mesra mesra, akur."

Mbok Min senyum-senyum mengenang keberhasilannya mendukung Nayra menikah dengan majikannya. Apalagi saat mendampingi Ayu menikah dengan Said. Mbok Min merasa bangga dengan dirinya sendiri.

Karena tidak berhasil mengorek informasi dari Pak Johan. Akhirnya Mbok Min nekad bertanya kepada Nayra.

"Ha? Kata siapa? Nggak ada ah? Ibu ngga pernah cerita-cerita begitu. Ibu pasti cerita ke kita, Mbok, kalo ada yang naksir atau kepingin menikah dengan dia. Dulu aja kalo ada laki-laki yang mau sama ibu, ibu pasti langsung cerita ke kita. Walaupun dulu itu aku masih SMP, Farid masih SD."

Mbok Min menghela napasnya.

"Tapi sekiranya ibumu dilamar beneran sama orang kaya gimana, Nay?"

Nayra menggeleng tertawa. Rasanya tidak percaya ibunya ditaksir seorang pria sementara sikap ibunya biasa-biasa saja akhir-akhir. Malah dalam minggu ini hampir setiap hari ibunya menyempatkan diri ke rumah bermain dengan Bagas. Cerita-cerita ibunya juga biasa saja, masih seputar Wak Tima, pekerjaan yang semakin banyak, gaji yang diterima naik, dan lain-lain.

"Ya..., tergantung Ibu, Mbok. Kalo mau ya kita dukung aja. Tapi ya mesti ngobrol sama kita-kitalah. Kenal dulu dengan aku dan Farid. Takutnya malah cuma mainin ibu aja."

A Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang