Akhyar tak sanggup menahan tangis harunya.
"Sepasang, Dokter Firza?" tanyanya sambil mengusap-usap kepala istrinya. Dia biarkan air matanya jatuh di tangan Ola yang masih dia genggam.
Ola juga ikut menangis.
"Iya, Pak," jawab dokter Firza mantap. Kemudian meminta dua asistennya membereskan alat-alatnya dan membersihkan perut Ola serta merapikan gaun yang dipakai Ola.
Dokter Firza dengan cekatan mengetik hasil pemeriksaan sambil melihat-lihat komputer.
"Dua-duanya sehat ini, Pak. Pasti pola makan Ibu selalu sehat," puji dokter Firza sambil sesekali melirik Ola yang sedang dibimbing turun dari ranjang khususnya.
"Semua normal. Sehat. Aktif. Detak jantungnya juga normal," gumam dokter Firza. Dia senang sekali melihat hasil pemeriksaan kandungan Ola.
"Kapan kita periksa lagi, Dok?" tanya Akhyar. Dia sudah tidak menangis lagi. Sepertinya dia masih belum puas melihat-lihat anak-anak yang di dalam kandungan istrinya melalui layar komputer.
"Bulan depan, Pak. Nanti ketika usia kandungan memasuki bulan ke tujuh, baru kunjungannya setidaknya dua minggu sekali. Makin dekat lahiran, makin intens, yah..., seminggu sekali," jawab dokter Firza. "Tapi jika ibu tiba-tiba sakit atau ada keluhan lain, langsung cepat hubungi saya."
Akhyar mengangguk mengerti.
"Dan jangan lupa vitaminnya ya, Bu. Saya beri yang terbaik."
________
Mungkin hari ini adalah hari penuh air mata haru bagi Akhyar. Dalam perjalanan pulang menuju kediaman Uzma, dia langsung menghubungi uminya yang masih berada di Pekojan, kediaman kerabat Ammi Haidar.
Segala ucapan doa dan harapan dari mulut Haya terdengar sangat merdu di telinga pria setengah baya itu. Suara lirih penuh doa dari sang bunda juga menenangkan dirinya. Hingga Akhyar yang tersedu-sedu tak kuasa membalasnya dengan kata-kata. Apalagi setelahnya terdengar sorak sorai suara keluarga kerabat Ammi Haidar. Mereka sangat senang mendengar kabar yang membahagiakan ini.
"Insya Allah aku kembali ke Riyadh sore ini. Saif sudah dalam perjalanan ke sini hendak menjemput Haya."
"Tiga bulan lagi, Ammi. Aku mohon hadir di resepsiku nanti."
"Insya Allah. Sudah aku jadwalkan, Akhyar. Jangan khawatir."
***
Ola juga tidak lupa mengabarkan hasil pemeriksaan kehamilannya ke keluarga besannya sekaligus anak-anaknya.
Berbeda jika keluarga Akhyar menanggapi keadaan kehamilan Ola dengan derai air mata haru bahagia, tanggapan keluarga Ola malah dipenuh tawa canda.
Ola tersipu-sipu mendengar suara Hanin yang suka menggodanya sejak memperkenalkan sosok Akhyar kepadanya.
"Duh, Ola. Benar-benar bahagia hidupku. Besanku wes sudah tenang hidupnya. Jadi anakku sepenuhnya diurus anakmu. Anakmu ora puyeng mikirin kamu lagi, Ola. Haha. Cah lanangmu sudah siap urus bisnisku. Haaah. Momong cucu, momong kebun, momong apalagi yaaa..." sorak Hanin. Suaranya sangat renyah.
Ola senang mendengar kata-kata Hanin yang penuh kegembiraan. Baginya Hanin adalah sosok yang sangat baik yang selalu memperhatikan keluarganya sejak putranya menikah dengan Nayra. Hanin tidak tanggung-tanggung memberikan fasilitas dan uang demi kenyamanan hidup anak, menantu, dan cucu-cucunya. Meski Guntur juga bekerja dan menghasilkan uang yang cukup, tapi Hanin tetap saja ingin memberi lebih. Dan sekarang, Hanin sudah tidak sabar akan menyerahkan semua usahanya ke tangan Farid.
![](https://img.wattpad.com/cover/270749651-288-k670351.jpg)