46. Kepo si Mbok

9.5K 899 23
                                    

Pagi sebelum pernikahan

Mbok Min terheran-heran melihat kesibukan rumah majikannya awal pagi ini. Guntur melangkah tergesa-gesa dari kamarnya. Yang membuatnya semakin heran, wajah Guntur yang biasanya ramah dan penuh canda, kini berubah seperti saat belum menikahi Nayra. Sebentar-sebentar terdengar suaranya sedikit membentak tidak sabar lewat ponselnya. Sepertinya ada urusan yang ingin dia selesaikan dengan cepat. 

Sadar Nayra sedang berada di kamar Bagas, dia langsung melangkah cepat menuju kamar Nayra dan mendekati Nayra yang sedang memakaikan baju rapi ke tubuh Bagas.

"Nay..." desah Mbok Min pelan. Dia juga heran melihat wajah Nayra yang juga tampak cemas.

"Ya, Mbok?" delik Nayra yang tampak sedikit terburu-buru.

"Tak bantuin. Kamu butuh apa?" tawar Mbok Min.

Nayra tersenyum kecut. Dia sangat tahu, Mbok Min pasti ingin bertanya-tanya perihal kesibukannya pagi ini.

"Bantuin siapin keperluan Bagas seperti biasa, Mbok..."

Mbok Min langsung menuruti perintah Nayra. Dia memang sudah tahu apa-apa saja yang diperlukan Bagas jika bepergian bersama keduaorangtuanya. Mbok Min bergegas menuju lemari pakaian Bagas dan memasukkan semua peralatan Bagas ke dalam sebuah tas besar khusus.

"Ada apa, Nay? Kok kayaknya sibuk. Masalah ibumu?" tanya Mbok Min akhirnya. Dia hampir menyelesaikan pekerjaannya. 

Nayra mengangguk.

"Ini mau ke mana? Jenguk? Biasanya Bagas nggak diajak. Tak jaga Bagasnya."

"Doain Ibu, Mbok. Mudah-mudahan Ibu mau dibujuk untuk dibebaskan cepat."

Mbok Min terperangah mendengar kata-kata Nayra. Matanya melotot menahan rasa senang bercampur haru.

"Alhamdulillah..., mau bebas toh? Waduh. Syukuran ini..." Wajah Mbok Min terlihat senang sekali. Dia dekap tas besar berisi alat-alat keperluan Bagas.

Nayra menggeleng.

"Belum tentu, Mbok. Tau sendiri ibu kerasnya gimana. Ini udah enam bulan lebih. Minta doanya ya, Mbok Min..." ujar Nayra pasrah.

"Pasti, Nay. Wong aku sedih. Bu Sari juga. Semua sedih. Males banget tiap hari liat wajah kamu sama Pak Gun cemberut nggak semangat. Meski tiap bulan dapet gaji lebih gede sekarang, tetap aja hati ini sakit liat keluarga ini dirundung duka..."

Bibir Nayra sedikit mencebik mendengar kata-kata sok sedih dari mulut Mbok Min. Tapi dia cukup terhibur dengan sikap Mbok Min. Maklum, selama ibunya berada di dalam tahanan, Mbok Min lah yang selalu menanyakan kabar dirinya. Hubungannya dengan Mbok Min juga semakin hangat. Mbok Min selalu memastikan Nayra dalam keadaan baik-baik saja. Dialah yang paling terpukul ketika mendengar kabar Nayra yang pingsan di rumah Wak Tima. Mbok Min sejak itu selalu dekat-dekat Nayra.

"Ih, bener lho, Nay. Bibirmu tak suek iki..." gemas Mbok Min yang melihat bibir Nayra yang sedikit maju karena melihat sikapnya yang melucu.

"Jangan, Mbok Min. Kasian Mamaaa," sela Bagas sambil menepis tangan Mbok Min yang hampir menyentuh wajah mamanya.

Nayra dan Mbok Min cekikikan melihat tingkah Bagas.

"Maaf, Den Bagas. Mbok cuma bercanda, Sayang. Toss dulu, Pak Leeee..." Mbok Min selalu begitu. Selalu menyelipkan candaan di setiap tingkahnya. Bagas diam tidak membalas.

Bagas sudah rapi sekarang.

"Aku bersihin rumah ibumu atau gimana, Nay?" tanya Mbok Min sambil mengusap-usap kepala Bagas.

Nayra terdiam. Seperti ada yang dia pikirkan.

"Yang optimis, Nayra. Aku yakin ibumu kali ini mau dibujuk. Pak Anggiat sudah bolak balik pengadilan mengusahakan masa tahanan ibumu dikurangi to?"

A Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang