Sedang asyik-asyiknya membicarakan Ayu yang sedang hamil muda dan anaknya yang sangat cantik jelita, tiba-tiba ada yang menghampiri mereka bertiga di dapur. Seorang perempuan anggun yang berdiri tepat di belakang Mbok Min yang sedang semangat membicarakan anggota keluarga majikannya yang sekarang bertambah bahagia.
Tampak Bu Sari dan Uli senyum-senyum segan melihat perempuan itu. Perempuan itu memberi kode dengan telunjuk di mulut agar mereka diam tidak memberitahu Mbok Min akan kehadirannya.
"Duh. Ternyata seleranya bu Ola wesss, pokoknya mantep. Padahal dulunya kan kekeh nggak mau kawin. Mau ikut-ikutan Bu Hanin. Haha, nggak kuat juga nahan jedag jedug kalo ketemu sultan Arab. Kayak Ayu. Awal-awal marah-marah, gengsi, sok-sok benci, sok-sok kesel, eh..., lama-lama lengkeeeet kayak lem Uhuk uhuk..., haha..."
Tiba-tiba wajah Mbok berubah melihat raut wajah Bu Sari dan Uli yang mesem-mesem melihat ke arah perempuan yang berada di belakangnya yang terus menahan senyum mendengar ocehannya.
"Kenapa sih?" tanya Mbok Min yang curiga. Lalu dia menoleh ke arah belakang.
"Oh..." Mbok Min masih heran dengan penampakan seorang perempuan cantik yang sedang hamil besar.
"Mbok Min..., apa kabar?" sapa perempuan itu yang tidak lain adalah Ola.
Dahi Mbok Min mengernyit melihat perempuan itu. Dia tidak mengenalnya sama sekali. Sementara Bu Sari dan Uli saling pandang menahan senyum, membiarkan Mbok Min yang terheran-heran.
"Maaf, Bu. Njenengan siapa?" tanya Mbok Min dengan wajah sinisnya. Mbok Min memang paling tidak suka ada orang yang tiba-tiba sok akrab dengannya.
Ola tersenyum melihat wajah sinis Mbok Min.
Mbok Min lalu menghadap ke Bu Sari dan Uli seraya mengangkat bahunya karena merasa aneh dengan sikap orang yang tiba-tiba menyapanya. Mulutnya mencibir, matanya memicing sinis, serta bahunya yang bergidik. Seolah-olah menganggap perempuan itu sok akrab dengannya.
Lalu Ola menghampiri Bu Sari dan Uli seraya merangkul dan memeluknya secara bergantian.
"Apa kabar, Bu Sari. Uli..."
"Baik, Bu..." jawab Uli dan Bu Sari bersamaan. Ola mengerdipkan matanya ke arah mereka berdua seakan memberi kode, dan lucunya Bu Sari dan Uli kompak mengetahui arti kode dari wajah Ola.
Lalu Ola meninggalkan mereka bertiga, tanpa menoleh lagi ke Mbok Min.
"Heh? Sopo iku? Sok-sok akrab. Mentang-mentang itu perempuan wangi. Kalian berdua podo wae, nggak bisa disapa orang kayah sedikit, orang wangi, petantang petenteng, langsung sumeh. Matreee..." omel Mbok ke Bu Sari dan Uli.
"Siapa yang matre, Mbok?"
Mbok terkejut. Ternyata Ola mendengar omelannya. Ola belum melangkah jauh darinya.
Mbok Min masih dengan wajah sinisnya. Tapi kali ini bercampur bingung dan heran.
"Ibu siapa ya? Kok kenal sama saya?" tanya Mbok Min ketus.
Bu Sari dan Uli saling senggol-senggolan. Mereka sangat menikmati sewot Mbok Min.
"Duh, Mbok. Masa lupa. Saya Ola. Ibu Nayra..."
Mata Mbok Min melotot tajam, Dia amati wajah Ola yang penuh senyum. Dia juga amati perut Ola yang buncit besar.
"Masa?!" pekik Mbok Min. Sampai-sampai Uli dan Bu Sari menutup telinga mendengarnya.
"Ha? Bu Ola?"
Mbok Min mulai merasa getar di sekujur tubuhnya.
"Astaghfirullah. Bener Bu Ola??"
