60. Happy Moment

8.7K 920 28
                                        

Ola semangat mempersiapkan segala sesuatu untuk keberangkatan menuju Melbourne besok hari. Ayu dijadwalkan akan melahirkan kurang dari satu minggu. Akhyar yang duduk santai di kursi malas ikut merasakan kebahagiaan Ola yang sudah tidak sabar menimang seorang 'cicit'. Meski bukan cicit kandung, tapi Ola sudah menganggap Ayu sebagai cucunya sendiri dan tentu saja anak Ayu adalah cicitnya.

"Kamu senang kan berangkat sama aku? Mana enak berangkat ke Caen dulu sama Ayu dibanding sekarang sama suamimu," ujar Akhyar sambil menyeruput jamu hangat buatan Ola. Dia duduk santai mengamati Ola yang cekatan mempersiapkan berbagai pakaian mereka berdua selama menginap di Melbourne. Akhyar benar-benar merasakan kenikmatan hidup setelah menikah. Sekarang sudah ada yang mengurusnya.

Sebenarnya dia sudah berniat membantu. Tapi Ola melarangnya. Ola ingin mengerjakannya sendiri.

Ola sedikit mencebik.

"Mas, Mas. Ya nggak perlu dibanding-bandingkan. Keadaannya kan berbeda. Dulu aku masih sendiri, sekarang kan berdua..." tanggap Ola yang sudah selesai dengan apa yang dia kerjakan. Dua kopor berukuran sedang yang sudah rapi dia dorong ke salah satu sudut ruang tengah apartemen.

Akhyar tersenyum simpul mendengar tanggapan Ola. Melihat Ola yang sudah selesai, dia beranjak dari duduknya dan mendekati Ola.

"Tapi kamu pasti sudah membayangkan betapa bahagia duduk di dalam pesawat di samping orang yang kamu sayang..." desahnya sambil memeluk Ola dari belakang. Tangannya usil meremas-remas buah dada Ola.

"Ah, Mas. Iya. Aku senang," ujar Ola akhirnya. Akhyar yang terkadang bertingkah kekanak-kanakan kerap membangga-banggakan dirinya sebagai sosok yang sangat istimewa dalam hidup Ola. Jangankan Ayu, kadang Farid bahkan Nayra sering dia jadikan perbandingan. Dia sangat bangga bahwa dirinya kini adalah sosok paling istimewa dalam hidup Ola sekarang dan selamanya.

"Apalagi kalo bisa begini..." desah Akhyar yang mengecup-ngecup kuat tengkuk Ola hingga membuat Ola terbuai dengan kelakuannya.

"Ola. Akan banyak cucu-cucu kita, Sayang. Tidak lama lagi kita akan dikelilingi anak-anak dan cucu-cucu. Farid yang sebentar lagi pulang for good ke mari, Gema yang sudah berniat pindah ke mari. Kita tidak akan kesepian di sini."

"Iya, Mas. Aku sudah biasa sendiri sebelum menikah dengan Mas. Apalagi Mas sekarang sudah berada di sisiku setiap saat. Aku nggak akan merasa kesepian. Aku pun nggak risau jika memang Mas tidak menginginkan keturunan di antara kita,"

"Kamu sudah tau alasanku kan?"

"Iya, Mas..."

Ola membalikkan tubuhnya dan memeluk suaminya erat-erat.

"Aku sangat mencintaimu, Mas Akhyar...," desah Ola sungguh-sungguh seraya menatap wajah Akhyar penuh kehangatan.

***

Perjalanan menuju Melbourne memang sangat membahagiakan. Betapa tidak, hampir satu ruangan kelas bisnis dikuasai oleh sebuah keluarga besar. Terdengar suara tawa canda di antara mereka, juga suara renyah anak-anak kecil. Suasana hangat keleluargaan sangat terasa selama perjalanan.

Ola dan Akhyar bagai pasangan yang tak terpisahkan, Meski duduk berdekatan dengan anggota keluarga lain, mereka tetap mesra saling berpegangan tangan. Bukannya malah iri, tapi pasangan lain malah ikut-ikutan bersikap mesra kepada pasangan masing-masing. Ada Nayra dan Guntur, Sabine dan Niko, juga Adimas dan Rema.

"Wes..., aku rapopo. Aku sayang-sayang sama Bagas saja..." gerutu Hanin yang duduk satu baris dekat Ola dan Akhyar. Bagas memang duduk di sisinya. Ola tidak mampu menahan tawa mendengar gerutu Hanin yang bernada gurau.

"Iya, Eyang Nin. Bagas sayaaaaang sama Eyang Nin..." sambut Bagas senang. Sikap keduanya mengundang tawa Ola dan Akhyar.

Perjalanan yang sangat seru dan penuh cinta. Bahkan Akhyar pun sempat-sempatnya iseng memergoki Guntur dan Nayra yang sedang berciuman hebat. Mungkin karena pasangan itu duduk di barisan paling belakang, mereka merasa tidak akan ada yang menoleh ke arah mereka.

A Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang