Kelahiran Nesrin Habibah Said sangat melegakan. Betapa tidak, sebelumnya melahirkan, Ayu dikabarkan mengalami pendarahan. Proses melahirkan Ayu juga memakan waktu yang sangat panjang. Sudah ada tanda-tanda kelahiran sejak pukul satu dini hari, dan Ayu dikabarkan melahirkan pukul sepuluh pagi.
Karena waktu yang sangat lama, Said hampir saja menyerah dan menyarankan agar Ayu menjalani operasi saja. Tapi Ayu bertekad untuk melahirkan secara normal. Dokter pun meyakini bahwa Ayu sangat kuat dan mampu melewati proses kelahiran yang sempurna. Begitu pula dengan Guntur, dia tidak putus memberi semangat kepada putrinya.
_______
Kini bayi Nesrin sedang tidur nyenyak di gendongan Ola. Ada Nayra, Bu Hanin, juga Bu Galuh. Mereka memandang wajah Nesrin dengan senyuman hangat.
"Masya Allah. Cantiknya. Nesrin... Ya Allaaaah. Seneng bangeeeet. Nggak sabar kepingin anak-anakku cepat-cepat kawin," puji Bu Galuh sambil menepuk-nepuk kain yang membungkus tubuh mungil Nesrin.
"Kita doakan segera, Galuh..." ucap Bu Hanin.
"Terima kasih, Mbak Hanin. Duh, Dara dan Dinda itu keasyikan kerja sampai lupa umur. Tak suruh pacaran, malah cuek saja," rutuk Galuh. Meski sempat lama tinggal di Yogya dan sedikit memahami bahasa Jawa, tapi logat Balinya masih terdengar.
"Sing sabar, Galuh. Jodoh jangan dipaksa-paksa. Yang penting saling sayang..." ucap Bu Hanin sambil melirik-lirik Ola yang senyum-senyum memandang Nesrin.
"Maaf. Mbak Ola apa nggak kepingin punya lagi?" tanya Galuh hati-hati. Dia amati Ola yang cukup lama menggendong Nesrin.
Ola tersenyum simpul mendengar pertanyaan Galuh. Diliriknya Bu Hanin yang wajahnya mulai berubah masam.
"Akhyarnya yang nggak mau, Galuh. Katanya takut Olanya semaput kalo hamil lagi..." rutuknya.
Galuh menutup mulutnya menahan tawa. Dia tidak ingin suara tawanya mengganggu Nesrin yang sedang tidur nyenyak.
"Duh. Mbak Ola ini badannya sehat begini. Sekel. Masih lincah kok. Nggak penyakitan kayak aku. Aku yah meski usia lebih muda, tapi udah kena diabet. Ke mana-mana harus bawa jarum insulin. Mumpung sehat Mbak Olaaa."
"Yah. Kalo suami nggak setuju gimana, Galuh. Manja banget kayak anak kecil tuh Akhyar. Maunya dikekep terus sama Febyola tersayang..." sergah Bu Hanin dengan cibiran khasnya.
"Duh aduh, Mbak Olaaa. Manjanyaaa. Keliatan kok manjanya Mas Akhyar. Apalagi kalo deket-deket Mbak Ola. Eh..., Mbak Ola emang nggak kepingin lagi?" tanya Galuh lagi. Dia sangat penasaran.
Ola perlahan menyerahkan bayi Nesrin ke Nayra yang berbisik sesuatu ke telinganya. Ternyata ibu-ibu 'muda' lainnya juga ingin melihat Nesrin di kamar Ayu.
"Yah. Susah menjawabnya, Galuh. Mau nggak mau juga. Lagipula ini juga sudah kesepakatan kita berdua. Mbak dan Mas Akhyar kan sudah nggak muda lagi..." ungkap Ola.
"Haduuh. Usia kepala lima itu masih muda, Mbak Ola. Kok udah merasa tua," ujar Galuh.
"Iya. Bener. Aku aja yang lewat tujuh puluh masih menganggap diriku muda selamanya..." tambah Hanin dengan bangganya. Sikap Bu Hanin mengundang tawa Ola dan Galuh. Apalagi Hanin menggerak-gerakkan pinggulnya ke kiri dan ke kanan.
"Jangan terus kepikiran umur. Setiap manusia pasti akan tua. Nikmati saja selagi bernafas. Apapun kondisinya. Ini dikit-dikit umur, dikit-dikit merasa sudah tua, dikit-dikit takut sakit, dikit-dikit takut-takut. Mbok ya dinikmati hidup itu. Kalo dikasih amanat sama Yang Punya Kuasa ya Alhamdulillaaaah. Dinikmati. Ya kayak aku, nikmat dikasih cucu..., nanti cicit tak nambah lagi. Tak suruh Said produksi. Ayu juga bilang mau lagi. Mosok kalah sama Ayu yang masih muda..."
![](https://img.wattpad.com/cover/270749651-288-k670351.jpg)