Acara empat bulanan Ola berlangsung sangat meriah di kediaman sahabat Ammi Haidar yang berada di kawasan komunitas Arab di Pekojan. Suasana Arab sangat kental di acara tersebut. Doa-doa serta shalawat dilantunkan cukup lama di rumah itu. Ola terlihat sangat menikmati acara yang disuguhkan di sana. Beberapa hal baru yang dia temukan dari acara tersebut. Yang paling berkesan baginya adalah kekompakan serta keakraban sesama mereka dan kata-kata yang meluncur dari mulut-mulut mereka selalu disertai dengan doa dan harapan baik.
Berbeda sekali saat dirinya diundang Akhyar ke rumah Uzma beberapa bulan silam sebelum menikah. Sikap dan raut wajah yang ditunjukkan para tamu perempuan terkesan sinis bagi Ola. Mungkin karena mereka belum mengenal Ola saja saat itu.
"O. Jadi Nayra sedang hamil juga?" Saoda yang duduk di dekat Ola dan Nayra memandang takjub Ola dan anaknya yang duduk bersebelahan.
"Iya, Ammah," jawab Ola.
"Masya Allah. Duh. Bisa bareng begitu ya?" decak Saoda kagum.
"Iparku juga sedang mengandung, Jiddah Saoda," timpal Nayra senyum-senyum. Ola terlihat malu mendengar celetukan Nayra.
"Iparmu? Istri Farid?" tanya Saoda.
"Iya, Jiddah. Kira-kira sudah lima bulan lebih. Anaknya perempuan. Insya Allah anakku juga perempuan..." jelas Nayra.
Saoda menggeleng tersenyum.
"Jiddah belum ketemu iparmu, Nayra," gumam Saoda.
"Kalo nggak ada halangan, dia akan pulang ke mari nanti pas resepsi pernikahan saya, Ammah," ujar Ola.
"Kita ini keluarga besar, Ola. Barakallahu lana..." ucap Saoda senang.
Tiba-tiba Nayra seperti ingin berteriak. Ada seorang perempuan berselendang biru laut muncul di dekatnya dan langsung duduk di sebelahnya. Dia ditemani seorang anak perempuan.
"Ya ampun. Bu Diaaaaan! Kok bisa?" seru Nayra tertahan. Dian Felicia, putri Anggiat, yang juga merupakan pengacara terkenal, langsung memeluk Nayra erat-erat. Dia tidak lupa memeluk Ola. Juga menyalami Saoda.
"Ya bisalah, Bu Nayra," decak Dian. Saoda senyum-senyum melihat keakraban Dian dan Nayra. Begitu pula dengan Ola.
"Dian ini menantu sahabat Ammi Haidar. Yang punya rumah ini."
Mata Nayra dan Ola membulat besar.
"Ini... anak Bu Dian?" tanya Nayra. Wajahnya menunjukkan ketidakpercayaan saat melihat seorang anak perempuan yang sangat dekat dengan Dian yang wajahnya sama sekali tidak mirip dengan Dian.
Dian sempat mengerlingkan matanya. Sekilas dia lirik Saoda yang senyum-senyum.
"Iya. Namanya Fara. Yah, kayak Bu Nayra dan Bu Ola juga nggak mirip..." Dian mulai membandingkan keadaan dirinya dengan nasib Ola yang memiliki anak yang tidak mirip dengan wajahnya.
"Tapi lama-lama mirip kok kita ya, Bu. Eh, halo Fara..." Nayra akhirnya menyapa Fara, anak Dian yang terlihat malu-malu.
"Hm. Pas nikah dulu, undangannya terbatas ya, Bu Ola?" sindir Dian ke Ola.
"Iya, Bu Dian," jawab Ola malu-malu.
"Tapi kata Papa, ntar resepsi pasti undang kita sekeluarga kan ya?" sindir Dian lagi. Dian memang memiliki gaya bicara berterusterang. Nayra sudah sangat memahaminya. Saat Dian membantu Nayra mengurus hak asuh Ayu untuk jatuh ke tangan suaminya, cara bicara Dian sangat mengagumkan di setiap persidangan, langsung ke pokok permasalahan dan tidak berbelit-belit.
"Pasti, Bu..." ucap Ola yakin.
Tak lama kemudian, muncul Sabine dan anak perempuannya. Si kembar terlihat berebutan duduk di dekat Ola. Mereka langsung bergelayut manja seakan-akan sudah lama tidak bertemu dengan eyang mereka.
![](https://img.wattpad.com/cover/270749651-288-k670351.jpg)