Terima kasih yang nggak terhingga bagi yang sudah baca dan mengikuti kisah sederhana ini. Kisah Hera tetap dalam proses, tunggu aja ya. Doain kita tetap sehat. Sudah pada vaksin belum? Thanks God, kita sudah yang kedua. Hehe...
☺️___________
Ini yang Ola suka dari sosok Akhyar. Selalu dapat menemukan cara membuatnya tenang dan merasa nyaman. Padahal sebelumnya dia tidak memiliki niat atau berpikir untuk menikah lagi. Pun berharap ada pria yang akan mengisi hari-harinya di sisa umurnya. Baginya, Yusuf Adam adalah pria satu-satunya yang dia cinta seumur hidupnya. Tapi tidak tahu kenapa, sosok yang sedang menindih tubuhnya dengan semangat begitu memikat. Dia begitu tenang namun gusar jika memaksa, memiliki tatapan yang menghangatkan perasaan, sentuhannya sungguh menenangkan. Kehadirannya sangat didambakan.
Ola cengkeram lengan suaminya yang menopang tubuhnya yang bergerak maju mundur di atas tubuhnya yang terlentang dengan kaki tertekuk mengangkang. Suara-suara lenguh Akhyar terdengar sangat merdu di telinga Ola, hingga dia sendiri tidak merintih seperti malam-malam panas sebelumnya. Dia tidak ingin suara rintihannya membuatnya tidak bisa mendengar suara lenguh nikmat Akhyar yang sedang menikmati tubuhnya.
"Kamu sangat diam sekarang ini, Olaaaa..." ujar Akhyar di tengah lenguhnya. Matanya mengerjap karena ujung miliknya sudah semakin terdesak. Kemudian, dia hentakkan pinggulnya sedikit cukup kuat dan cepat agar kepuasan berhubungan dia dapatkan sempurna dini hari ini.
"Seneng denger suara Mas..." balas Ola seraya tersenyum menatap wajah Akhyar. Tak lama kemudian, Akhyar melenguh saat merasakan miliknya berkedut-kedut di dalam tubuh Ola.
Akhyar mendesah sangat lega setelahnya. Lalu kemudian dia mundurkan tubuhnya dari tubuh Ola perlahan, dan kembali merebahkan tubuhnya terlentang di sisi Ola sambil memperbaiki sarungnya agar menutupi bagian bawah tubuhnya.
Akhyar memejamkan matanya sambil meraih tangan Ola. Menggenggamnya.
"Capek, Ola," ucapnya dengan wajah tersenyum.
Ola tersenyum mendengarnya. Wajar suaminya lelah karena baru saja tiba dari perjalanan jauh yang sangat melelahkan, ditambah harus beristirahat di atas tempat tidur yang sangat sederhana dan tentu tidak nyaman bagi Akhyar.
"Tidurlah, Mas. Besok kita pulang..." ucap Ola. Nadanya sangat lemah. Ola sebenarnya masih ingin sekali menghabiskan waktu di rumahnya lebih lama. Tapi Akhyar berharap hanya semalam saja dia menginap di rumahnya dan Ola menyetujuinya.
"Kamu nggak papa, kan?" tanya Akhyar ingin memastikan.
"Iya. Aku nggak papa," jawab Ola. Dia tatap wajah lelah suaminya cukup lama, hingga akhirnya terdengar dengkur dari mulutnya yang sedikit menganga.
Ola tersenyum lega. Akhirnya Akhyar bisa tidur juga di rumahnya.
____
Tiga jam saja Ola tidur. Pagi pukul enam lebih, Ola sudah membersihkan diri serta merapikan dapur. Sarapan sederhana berupa roti isi selai nanas dan teh hangat sudah dia siapkan di atas meja makan. Semalam, dalam perjalanan menuju rumahnya, Ola sempat meminta Keni berhenti di supermarket dan memintanya membelikan makanan dan minuman sekadarnya untuk sarapan.
Sementara Akhyar masih tidur nyenyak di dalam kelambu. Posisinya tidak berubah, masih terlentang dan mendengkur.
Ola yang sudah rapih melangkah semangat menuju teras samping rumahnya. Ternyata ada dua orang perempuan seumuran Ola duduk manis di kursi teras. Sepertinya keduanya memang sedang menunggu Ola.
Mereka berdua langsung memburu Ola dan memeluk Ola secara bergantian.
"Ya Allah, Olaaaa. Kangen guaa. Lu udah kayak ibu-ibu gedongan," ujar Wak Tima dengan wajah kagum. Dia usap-usap dua bahu Ola dan memandang wajah sahabatnya itu dengan pandangan tidak percaya dan penuh rasa rindu.