102. Siapa, Sabine

5.4K 952 166
                                    

Ola terperangah melihat Akhyar yang masuk ke kamar dengan wajah lebam. Dia bergegas mendekati Akhyar dan membimbingnya masuk ke dalam kelambu. Perasaan Ola bercampur aduk antara kesal dan iba. Kesal karena Akhyar tidak memberitahunya bahwa dia menghubungi Selita dan menuduh Selita terkait harta-harta yang dia serahkan ke Sabine, dan iba melihat keadaannya yang masih menahan sakit.

Akhyar mengaduh kesakitan saat merebahkan tubuhnya di atas kasur. Namun sesaat kemudian, terdengar helaan lega dari mulutnya.

Ola ikut rebah di sampingnya, dia posisikan tubuhnya menyamping menghadap ke Akhyar yang baring terlentang.

"Ambilkan ponselku, Ola..." perintahnya pelan.

"Untuk apa?" tanya Ola heran. Bukannya menenangkan diri atau membahas apa yang terjadi di luar, tapi Akhyar malah memintanya mengambilkan ponsel untuknya.

Ola tidak langsung mengindahkan perintah suaminya.

"Aku ingin menghubungi Sabine. Supaya dia tidak terlalu banyak bicara."

Bukannya beranjak, Ola malah merubah posisi miringnya dengan terlentang.

"Ola..." desah Akhyar yang bingung dengan Ola yang tidak menuruti perintahnya.

"Biarkan Selita menyelesaikan masalahnya dengan Sabine dengan caranya. Kita tidak perlu mencampurinya..." ujar Ola yang menahan kecewa.

"Ini masalahku..." ucap Akhyar.

"Masalahku juga..." potong Ola cepat.

Akhyar perlahan bangkit dari rebahnya, ingin melakukannya sendiri.

"Satu kata buat Sabine. Mas tidak akan bahagia melihat kehadiran anak-anak kita saat lahir nanti."

Dahi Akhyar mengernyit mendengar ancaman Ola.

"Hubungilah dia..." tantang Ola geram.

"Ola..."

"Kupikir Mas sudah merelakan harta-harta jatuh ke tangan Sabine, dengan alasan menyayangi Sabine. Tapi dengan menghubungi Selita dan menuduhnya, itu apa artinya?"

Akhyar mendudukkan tubuhnya menyangkung dengan dua tangan menggantung di atas dua lututnya.

"Mas membuat semuanya semakin rumit. Mas tanggung akibatnya. Aku sudah hafal rasanya dituduh, difitnah, diancam. Dan itu yang dirasakan Selita sekarang. Bedanya aku tidak sanggup mengeluarkan emosi yang meledak-ledak seperti dia. Aku hanya pendam rasa itu sendirian."

Ola tatap langit-langit kamar dengan tatapan hampa. Dia masih ingat tatapan sinis Akhyar di sebuah restoran Jepang. Tatapan yang menuduhnya berselingkuh dan menggelapkan uang mendiang suaminya. Tatapan yang menggiringnya masuk ke penjara. Meski Ola kuat berada di dalamnya, namun sebenarnya dia ingin sekali berteriak sekencang-kencangnya bahwa dia tidak melakukan semua yang dituduhkan kepadanya.

"Berubahlah, Mas..." ucap Ola lirih. Pasrah jika Akhyar menghubungi Sabine dan membuat masalah tidak pernah akan selesai.

"Berubahlah, Masku Sayang..." mohon Ola sekali lagi. Dia terisak. Dia tidak tahan lagi. Apalagi mengingat anak-anak yang berada di dalam kandungannya. Ola ingin mereka lahir dalam suasana bahagia. Seperti kedua kakaknya yang lahir yang disambut suka cita Bapak dan para tetangga dekatnya. Sorak sorai memuji-muji Nayra dan Farid, sorak sorai penuh doa dan harapan.

Akhyar terdiam beberapa saat, mengingat amarah Selita yang membabi buta terhadapnya.

Akhyar rubah duduknya bersila menghadap tubuh Ola. Dia amati sekujur tubuh Ola yang terbaring, lalu dia raih tangan Ola dan memegangnya.

"Aku tau Mas sangat menyayangi Sabine. Aku juga. Selita apalagi..." ucap Ola. tatapannya masih ke langit-langit kamar.

"Jangan mengkhawatirkan Selita, Mas. Aku tau dia tidak akan sekejam itu. Dia tidak akan memarahi Sabine, apalagi memukulnya. Kamu liat anak-anak Selita. Cantik-cantik dan sehat-sehat. Semuanya memiliki jiwa pejuang seperti mamanya. Semua menuruti kata-kata Selita. Itu karena Selita berani membela anak-anaknya, meski bukan terhadap Sabine. Jikapun dia kejam dan tidak menghendaki Sabine, mungkin sudah sedari dulu dia bunuh Sabine dan dia bisa hidup semewah mungkin. Tapi dia malah biarkan Sabine hidup, bahkan memberi Sabine data sebagai anak yang terhormat. Dia sangat menyayangi Sabine dengan caranya. Dia tau Sabine gadis yang kuat, makanya dia pisahkan. Hargai usaha Selita. Siapa tau masalah ini akan menemui titik terang melalui dirinya..."

A Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang