37. Aksi Farid

7.8K 1.1K 128
                                        

Laki-laki itu cepat mengangkat kepalanya. Namun wajahnya terlihat bingung.

"Astaghfirullah..." ucap Ola yang cepat-cepat mengatur detak jantungnya saat menyadari bahwa orang yang duduk dengan kepala tertunduk ternyata adalah Farid.

Farid tanpa ayal bangkit dari duduknya. Dipeluknya tubuh ibunya dalam-dalam.

"Ibu..." desah Farid yang sudah terisak.

"Farid. Ya ampun, Naaaak..."

Ola pun tak sanggup menahan tangisnya. Dia balas pelukan Farid seerat mungkin.

Mereka berdua berpelukan cukup lama.

Sadar waktu kunjungan tidak lama, Ola cepat-cepat merenggangkan pelukannya.

Lalu keduanya duduk berhadap-hadapan. Saling pandang penuh kerinduan. Tidak ada kata-kata yang terucap. Hanya senyum kecut disertai tangisan.

Farid terkesima melihat ibunya yang sedikit kurusan, namun terlihat segar seperti tidak punya beban.

"Ibu kangen Bapak ya?" godanya. Farid tak dapat menahan senyum mengingat suara serta ekspresi wajah ibunya ketika mengira dirinya almarhum bapaknya. Perlahan dia pindah tempat duduk tepat di sisi ibunya. Dia rangkul lagi ibunya kuat-kuat.

Ola tersenyum pahit. Selama berada di dalam tahanan, tak pernah dia impikan Yusuf. Padahal dia sangat berharap bisa melihat wajah mendiang suaminya itu lewat mimpi.

"Kamu semakin lama semakin mirip Bapakmu, Rid. Ibu kaget sekali..." aku Ola. Dia memang sangat merindukan sosok Yusuf. Apalagi dengan keadaan yang sedang dia hadapi sekarang. Pikirannya dipenuhi hal-hal yang berkaitan dengan suaminya.

Ola sekali lagi melirik Farid. Lalu menggeleng tak percaya. Sikap Farid sangat dewasa dan kebapakan. Farid memang persis Yusuf. Tinggi, kurus berisi, berhidung mancung dan berambut keriting. Hanya saja kulit Yusuf agak lebih gelap dibanding kulit Farid. 

"Kok kamu bisa ke sini? Tau ibu begini? Siapa yang kasih tau kamu?"

Farid raih lengan ibunya. Digamitnya sedikit erat.

Dia tidak segera menanggapi pertanyaan-pertanyaan ibunya yang bertubi-tubi.

"Gimana kuliah kamu?" Akhirnya pertanyaan yang diharapkan Farid tercetus juga dari mulut Ola.

"Baik, Bu. Sekitar dua tiga bulan lagi selesai," jawab Farid senang. "Hanya saja waktu wisuda yang agak lama. Harus menunggu sekitar enam bulan lebih ke depan. Setelah itu aku resmi selesai..." lanjutnya mantap. Dia mainkan jari jemari ibunya dengan gerakan memijat.

"Nggak kerasa yo, Le..." gumam Ola. "Rasanya baru aja kemarin kamu berangkat ke luar negeri. Hari ini udah pulang, sudah mau wisuda lagi..." lanjutnya masih bergumam. Ola menundukkan kepalanya.

"Iya, Bu. Nggak kerasa. Aku saja masih nggak percaya kalo kuliahku lancar dan hampir selesai..."

Ola menghela lega. "Rena dan Hera ikut pulang?" tanyanya sedikit cemas.

Farid menggeleng.

"Cuma aku yang pulang..."

"Sendiri?"

Farid masih terus memijat-mijat jemari Ola dengan lembut. Pandangannya tertunduk. Ingin segera menjawab, namun khawatir dengan perasaan ibunya. Terutama saat mengingat cerita Akhyar yang mengaku telah melukai perasaan ibunya hingga harus melewati masa-masa sulit di dalam tahanan.

Farid mengangguk lemah.

"Siapa yang cerita ke kamu, Le? Kakakmu?" tanya Ola.

Farid diam tidak kuasa menjawab.

A Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang