48. Makin Sayang

14.8K 791 55
                                        

Setelah makan malam, Akhyar dan Ola duduk-duduk di sofa empuk di ruang tengah yang cukup luas. Sambil merangkul bahu Ola, Akhyar menghidupkan televisi besarnya.

"Suka sinetron?" tanya Akhyar sambil memencet-mencet tombol remot televisi hendak memilih program tivi kesukaan Ola. Dia masih ingat cerita Farid bahwa ibunya menyukai menonton sinetron hampir setiap malam sebelum tidur.

"Terserah Mas mau nonton apa. Aku sudah lama nggak nonton. Sudah lupa jalan cerita sinetron kesukaanku. Jadi malas nonton lagi. Apalagi pas bebas, bukannya ke rumah, tapi malah ke sini." Ola melipat tangannya di atas perutnya sambil melihat layar lebar televisi.

"Mas suka nonton apa?" tanya Ola tiba-tiba.

"Pertandingan olahraga. Tennis, Golf, atau sepak bola," jawab Akhyar. Akhirnya dia putar acara olahraga kesukaannya. Kebetulan malam ini ada jadwal pertandingan tennis kejuaraan dunia yang berlangsung di London.

Sebenarnya Ola masih ingin menyaksikan sinetron. Tapi dalam hatinya dia ingin mengenal Akhyar lebih dekat. Apa kesukaannya, apa yang tidak dia suka, sehingga dia bisa melakukan hal-hal yang dapat membuat Akhyar selalu merasa nyaman berada di dekatnya.

Tak lama kemudian terdengar suara bola tennis dipukul diiringi suara teriakan dari si pemain ketika mengayunkan raket dan memukul bola tenis yang mendarat ke raketnya.

"Mas suka olah tubuh ya? Banyak alat-alat olah raga yang aku liat di paviliun Mas di rumah Uzma," ujar Ola bertanya sambil merebahkan kepalanya di atas dada Akhyar.

"Iya. Dulu alat-alat itu berada di sini. Pas aku pindah, alat-alat olah ragaku juga ikut pindah. Aku masih menggunakannya setiap malam sebelum tidur juga setiap pagi setelah bangun tidur."

Ola tersenyum mendengar jawaban lugas Akhyar. Pantas Akhyar memiliki tubuh yang indah, batin Ola.

"Sekarang aku tidak memerlukannya. Ada alat olah raga lain yang jauh lebih mantap. Dia bisa membakar beratus-ratus kalori dalam tubuhku..." ujar Akhyar. Dia ubah rangkulannya menjadi dekapan kuat ke bahu Ola. Sesekali dia daratkan usapan tangannya ke leher Ola dengan usapan lembut.

Ola memejamkan matanya tersenyum mendengar kata-kata Akhyar yang mulai menjurus.

"Beda, Mas. Jangan disamakan. Harus seimbang antara olahraga yang 'itu' dengan olah raga yang benar-benar olah raga..." balas Ola. Dia tidak menyetujui pendapat suaminya kali ini.

Akhyar tersenyum tidak membalas kata-kata Ola. Dia terus saja mengusap-usap bahu Ola.

Ola terdiam. Dia nikmati usapan-usapan lembut tangan Akhyar yang kini mendarat ke bawah ketiaknya.

Ola menggigit bibirnya menahan nikmat luar biasa saat Akhyar mulai meremas-remas payudaranya dengan lembut. Napasnya mulai terasa berat saat Akhyar sesekali memainkan ujung buah dadanya sambil terus meremas.

"Oh, Mas. Mas nakal..." decak Ola yang matanya sudah sangat sayu. Dia merasakan ada yang mengalir cukup deras dari miliknya akibat sentuhan menyenangkan dari Akhyar, yang memberikannya rangsangan hebat di sekujur tubuhnya.

"Kamu yang membuatku nakal, Ola. Nakal sama kamu," balas Akhyar sambil mengangkat tubuh istrinya dan memangkunya agar dia bisa meremas kedua buah dada Ola sekaligus. Ola setengah berteriak ketika merasakan tangan Akhyar menyingkap atasannya dan menyusupkan cepat di balik branya, sehingga dia bisa menyentuh langsung kulit buah dada Ola dan bebas bergerak meremas-remasnya.

"Oooh. Mas Akhyar. Ini enak rasanya..." racau Ola pasrah. Dia biarkan Akhyar terus bergerak. Dia tidak ingin mengganggu Akhyar yang ingin memulai kegiatan panasnya di atas sofa empuk nan luas.

"Suka, Ola sayang?" tanya Akhyar.

"Iiiya, Mas. Sukaaah..." desah Ola diiringi erangan nikmat karena Akhyar mengecup dan menggigit serta menghisap lehernya dari arah belakang sedikit kuat.

Ola benar-benar pasrah sekarang. Miliknya sudah basah dibanjiri cairan rangsangan. Dia mengerang-erang keenakan. Dia rapatkan kedua kakinya dan menggerak-gerakkannya berusaha menggesek-gesekkan dua pahanya agar miliknya semakin basah dan terus terangsang hebat.

Napas Ola mulai berat dan memburu. Sementara Akhyar asyik mengecup-ngecup seputar leher Ola sambil terus meremas buah dada istrinya. Ola sangat menikmatinya.

"Hmm... kamu luar biasa, Ola," puji Akhyar sambil melepas kaitan bra. Ola yang mengerti lalu melepas seluruh atasannya. Akhyar ikut melepas kaus polonya.

"Kita lakukan di sini ya?" pinta Akhyar bertanya. Dia balikkan tubuh Ola yang setengah telanjang ke hadapannya.

Ola mengangguk tersenyum. "Aku ikut apa yang Mas mau..." ucapnya lembut. Wajahnya sudah sangat sayu ingin merasakan sentuhan Akhyar lebih dalam.

Akhyar perlahan merebahkan tubuh Ola ke atas sofa dan mulai menyerang wajah cantik Ola dengan kecupan-kecupan dan ciuman-ciuman lembut namun memabukkan.

Ola tidak membalas apa yang dilakukan Akhyar terhadap tubuhnya. Ola menyerah saja kali ini. Dia ingin tahu bagaimana Akhyar menuntaskan hasratnya malam ini.

Sepertinya Akhyar mulai unjuk kebolehannya. Dia terus memburu bagian atas tubuh Ola bertubi-tubi dengan mulut dan tangannya.

"Aaakh, Maas. Ya Tuhan. Ini nikmat sekali..." racau Ola saat Akhyar menghisap lehernya dengan lembut dan sedikit kuat. Ola hanya mampu meracau dan mengerang nikmat.

"Mas. Iiiiyah. Ampun, Mas Akhyar. Enak ini. Oooh..., Oooh..." Akhyar mendaratkan hisapan maut ke buah dada Ola secara bergantian. Dia hisap buah dada sebelah kanan dengan tangan kanan yang meremas dan memainkan puting payudara sebelah kiri, atau sebaliknya, meraup buah dada sebelah kiri Ola dengan tangan kiri yang meremas dan memainkan ujung buah dada di sebelah kanan. Ola mengerang-erang sambil berdesis nikmat. Malam ini sepertinya akan dikuasai Akhyar dan berakhir indah.

"Lebih baik?" tanya Akhyar dengan suara berat. Dia tatap wajah Ola yang meregang nikmat dengan perasaan bangga.

"Iya, Mas. Sangat baik. Aku buka celana dalamku dulu. Sudah banjir, Mas," tanggap Ola sambil meraba-raba pinggangnya hendak melepas bawahannya. Dia sudah tidak sabar ingin merasakan sentuhan suaminya lebih dalam.

"Sabar, Ola. Biar aku yang melepasnya." Akhyar tahan tangan Ola yang tidak sabar hendak melepas bawahannya. Kemudian Akhyar melanjutkan kegiatannya kembali menghisap dan menggigit-gigit kecil payudara Ola.

Ola menurut. Dia biarkan Akhyar memimpin malam ini.

"Hmmm..., sempurna. Kamu sempurna Ola. Hmmmm...," Akhyar mengecup-ngecup perut mulus Ola. Dia juga memainkan lidahnya di pusar Ola.

"Geli, Mas. Hmm..., geli. Aaaakh..., Ohhh," desis Ola.

Ola memejamkan matanya, karena Akhyar sudah mulai menarik seluruh bawahannya.

Ola benar-benar polos sekarang. Sementara Akhyar masih dengan celana panjangnya.

Napas Akhyar semakin berat saat menatap milik istrinya yang terhidang tepat di hadapannya. Dia tekuk dua kaki Ola agar lebih mantap mengangkang. Ola tampak memejamkan mata sambil menggigit bibirnya seakan ingin merasakan sentuhan Akhyar selanjutnya.

Akhyar dekatkan wajahnya di milik Ola yang basah penuh lendir. Mengamatinya lamat-lamat.

"Hmm..., Oooh...,"erang Ola saat merasakan hembusan napas Akhyar di depan miliknya.

Akhyar terkesima melihat milik istrinya. Dia tiup pelan-pelan milik istrinya tersebut. Dilihatnya banyak cairan mengalir akibat tiupannya. Dan Ola semakin merintih keenakan.

Akhyar daratkan satu jilatan ke milik Ola.

"Ohh, Maaass," desah Ola. Tubuhnya mengerjang dengan sendirinya.

Akhyar melakukannya sekali lagi. Kali ini lebih menekan.

"Ooh..., Mas Akhyaaar," desah Ola yang mulai merintih.

Akhyar tersenyum mendengar desahan Ola.

Lalu sambil melepas bawahannya, Akhyar daratkan permainan lidahnya ke milik Ola yang berlendir. Terdengar suara lenguhan dari mulut Akhyar yang menikmati permainannya.

Kali ini Ola tidak dapat menahan rasa nikmat luar biasa saat Akhyar menjilat-jilat dinding-dinding vagi*nya disertai kecupan dan hisapan lembut. Tidak ada yang bisa Ola lakukan selain mengerang dan merintih-rintih.

TBC 😉

A Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang