"Kok nggak mungkin?"
______
Ola terpaksa mengakui hubungannya dengan Akhyar yang beberapa minggu terakhir ini selalu menggunakan pengaman. Dengan alasan itu dia kekeh berpendapat bahwa dirinya tidak mungkin mengandung. Apalagi bulan sebelumnya dia masih mendapatkan tamu bulanan.
"Mungkin bercak hamil kali, Bu..." gumam Tata. "Aku soalnya gitu. Aku kira usia kandunganku dua bulan. Pas ke dokter, dokter bilang sudah tiga bulan lebih..." lanjutnya. Tata yakin ibu mertuanya hamil. Pucat wajah Ola terlihat tidak biasa.
Ola memejamkan matanya. Dia tenangkan dirinya. Mens terakhirnya memang sangat sebentar. Sejak saat itu Akhyar berubah pikiran tidak menginginkan buah hati dan memilih memakai pengaman saat berhubungan badan.
"Hm..., kok pake kondom, Bu?" tanya Nayra hati-hati. Tata colek pinggangnya memberi kode untuk tidak seharusnya mempertanyakan hal tersebut.
Ola diam tidak menjawab. Pikirannya sangat kalut. Entah kenapa kata-kata 'hamil' seakan menjadi momok baginya.
Tata dan Nayra membimbing Ola ke luar dari toilet dan mencari tempat duduk yang bisa membuat Ola merasa lebih nyaman.
"Gimana, Bu? Enakan?" tanya Nayra khawatir. Wajah Ola masih terlihat pucat pasi.
"Agak mendingan, Nay," jawab Ola lirih. Dia pegang dahinya yang berkeringat. Masih dia rasakan sisa-sisa rasa mual di perutnya.
"Mungkin Ibu cuma kelelahan. Mikirin kalian berdua yang nekat pergi ke sini padahal sedang hamil muda. Jadi ya mual-mual..." Ola tetap meyakinkan Nayra dan Tata bahwa dirinya tidak sedang hamil.
"Tapi lebih baik dicek, Ibu. Soalnya kan ibu tadi cerita kalo Papa pake pengaman baru minggu-minggu ini. Kan sebelumnya nggak?" kilah Tata. Nayra setuju dengan pendapatnya.
Ola menghela napasnya. Dia tatap wajah Nayra dan Tata bergantian dengan perasaan bimbang.
"Nggak salah dicek, Bu. Itu malah lebih meyakinkan dan ibu nggak bingung kayak gini lagi," ujar Nayra.
Ola menelan ludahnya kelu. Wajahnya tertunduk. Dia belum sanggup membayangkan jika dirinya benar-benar hamil. Terbayang di benaknya wajah kecewa Akhyar. Akhyar sudah memutuskan untuk tidak menginginkan anak dari pernikahan mereka dengan alasan yang cukup kuat menurut Ola.
Ola menghela napas pendek. Dia pegang perutnya dengan raut wajah sedih.
"Bu. Kenapa ibu khawatir?" tanya Nayra pelan. Dia merasa aneh dengan sikap ibunya.
"Bukannya seharusnya senang kalo ibu punya lagi?" tanyanya lagi.
Bu Ola diam tidak menanggapi.
Tiba-tiba Tata berdiri dari duduknya.
"Ibu mau dicek nggak? Aku cari test pack sekarang juga. Ibu nggak perlu ragu lagi. Kalo ternyata nggak hamil ya nggak papa. Tapi kalo hamil yah, ibu pasti tau sendiri apa yang harus ibu lakukan."
Ola tampak ragu-ragu.
"Kamu sedang hamil, Rena," elak Ola. Dia tidak tega Tata pergi ke luar dari gedung Sea Life, sementara jalan ke luar gedung cukup jauh.
"Ibu mau nggak?" cecar Tata. Dia sudah tampak siap-siap melangkah.
Ola semakin cemas. Dia toleh Nayra.
"Dicek aja, Bu. Biar ibu nggak ragu..." ujar Nayra dengan senyum hangatnya.
"Ya nggak musti sekarang. Nanti saja..."
Tata langsung melangkah menjauh.
"Renaaa!"
______
Baru saja Tata melangkah ke luar gedung, dia bertemu dengan Gerrie yang baru saja membeli secangkir coklat panas dari warung kecil yang tak jauh dari lokasi gedung Sea Life. Tentu saja mereka saling tegur.
Setelah mendengar cerita Tata, Gerrie dengan sigap menghubungi temannya.
______
Nayra berdiri dengan perasaan cemas di depan pintu toilet. Entah kenapa dia sangat berharap ada kejutan indah dari ibunya. Pasti papanya semakin menyayangi ibunya, karena telah memberinya buah cinta. Nayra masih mengingat sikap sayang suaminya selama dirinya mengandung Bagas. Guntur sangat memanjakannya. Setiap malam Guntur selalu mengucapkan doa-doa dan harapan serta kata-kata mesra. Masa-masa hamil yang sangat indah. Nayra ingin ibunya juga merasakan masa-masa indah itu. Tapi?
Tapi kenapa Papa memakai pengaman? Kenapa ibu cemas? Kenapa ibu malah berharap dia tidak hamil?
Sementara itu di dalam toilet.
Waktu tiga menit menunggu hasil test pack cukup mengaduk-aduk perasaan Ola yang sedang berdiri di dalam toilet. Ditatapnya benda yang dia letakkan di sandaran toilet dengan tatapan pasrah.
Entah kenapa Ola sangat berharap dirinya tidak mengandung. Dia sangat mengkhawatirkan perasaan Akhyar. Kembali mengingat kata-kata Akhyar yang hanya ingin menghabiskan sisa umur bersama tanpa kehadiran anak. Akhyar sangat menginginkan perhatiannya secara total. Toh mereka sudah memiliki anak-anak serta cucu-cucu yang baik-baik dan sehat. Dan mereka saling menyayangi satu sama lain. Jadi untuk apa lagi?
Deg.
Jantung Ola berdesir hebat. Lalu berdegup tidak karu-karuan. Test pack menunjukkan kata Pregnant disertai tanda tiga plus.
Ola terdiam cukup lama. Tangannya gemetar saat mengambil benda itu.
Setelah berhasil menenangkan diri, barulah Ola ke luar dari toilet.
"Bu?" desah Nayra. Wajahnya sama sekali tidak berubah. Tetap menunjukkan kekhawatiran yang sama.
Ola tatap wajah khawatir Nayra dengan senyum kecut. Dia terlihat menahan air mata.
Tanpa berkata apa-apa, Ola langsung menuju wastafel sambil meletakkan test pack di sisi wadah wastafel, agar Nayra bisa melihat jelas hasilnya tanpa harus membuka mulut.
"Ibuuu..." Nayra menatap test pack dengan perasaan bahagia. Tapi perasaan itu hanya sesaat. Perasaan khawatir kembali menerpanya karena melihat wajah ibunya yang tidak semangat.
"Kenapa?" tanya Nayra.
"Papamu nggak mau punya anak lagi, Nayra."
"Ibuuuu..."
"Iya. Papamu cuma ingin berduaan sama Ibu saja."
Ola melap-lap tangannya yang basah dengan tisu tebal.
"Dia nggak mau ada yang mengganggu..."
Nayra menggelengkan kepalanya. Dia tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Akhirnya terjawab juga rasa penasaran tentang kekhawatiran ibunya.
"Apa yang akan ibu lakukan?" tanya Nayra pelan. Takut ibunya akan melakukan hal-hal yang tidak diinginkan.
"Tak mengapa ibu kehilangan cinta. Ibu akan tetap pertahankan adikmu..." jawab Ola lirih.
"Ibuuu..." Nayra yang tidak sanggup menahan rasa sedihnya langsung memeluk ibunya kuat-kuat.
"Jangan nangis, Nayra. Bukannya kita seharusnya bahagia bertiga? Rena juga sedang mengandung."
Tangis Nayra pecah. Ibunya tidak berubah. Selalu berusaha menampakkan wajah senang meski merasakan kesedihan luar biasa di dalam hatinya.
_______
Dikit dulu ya. Maaf. Besok lanjut lagi.