Anggiat sangat tersentuh mendengar alasan Bu Hanin yang menginginkan Akhyar dan Bu Ola 'bersatu'. Keinginan Bu Hanin sangat mulia, menginginkan hidup besannya diliputi kebahagiaan dan cinta. Anggiat akhirnya ikut memikirkan kehidupan Akhyar yang juga tidak sempurna. Ada sisi yang sangat rapuh yang Akhyar punya dan menurutnya harus diperbaiki segera jika masih ada kesempatan.
Akhirnya Anggiat bercerita panjang lebar mengenai kehidupan Akhyar. Sangat detail. Dari awal Akhyar yang memilihnya sebagai salah satu tim pengacara yang mengurus perusahaannya, kisah cintanya yang kandas, lamarannya yang ditolak, hingga berujung kekecewaan yang menyebabkan dirinya 'memiliki affair' dengan seorang wanita yang baru saja menyandang status janda.
Kemudian Anggiat juga mengisahkan sisi hidup Akhyar yang sangat aneh menurutnya, yaitu senang memelihara gadis-gadis muda yang berganti-ganti setiap tahun bahkan setiap bulan, tanpa 'menyentuh' mereka. Akhyar sangat dikenal kelompok elit gadis-gadis muda yang haus kasih sayang. Akhyar memang penuh pesona.
Mata Bu Hanin mengerjap-ngerjap mendengar sisi kehidupan Akhyar yang sangat aneh. Berkali-kali dia menelan ludah membayangkan kehidupan Akhyar. Terutama saat Anggiat dengan tenang mengisahkan Akhyar yang jatuh cinta kepada seorang gadis muda yang bernama Sabine yang dia jumpa di sebuah hotel. Bahkan berniat ingin menikahinya. Dan gadis itu ternyata adalah anak kandungnya sendiri dari rahim janda yang dulu dia gauli.
Merinding Bu Hanin mendengar kisah Akhyar. Rasanya tidak mungkin dia akan menceritakannya ke besannya.
"Tapi kehidupan Akhyar sudah berubah, Bu. Dia sudah menjalankan hidup normal. Dia sudah mengakui kesalahannya. Tidak ada lagi gadis-gadis yang dia pelihara. Anaknya, Sabine, menikah dengan salah satu pegawainya, punya anak kembar perempuan."
Bu Hanin menganggukkan kepalanya. Kini dia memahami kenapa status Akhyar tetap menjadi 'single' meski memiliki anak dan cucu kandung. Dia ingat ketika berkunjung ke kediaman adik Akhyar di mana Akhyar tinggal. Dia juga sempat berkenalan dan bercakap-cakap dengan Sabine dan anak-anaknya. Keluarga Akhyar sangat hangat dan akrab.
"Jadi dia itu tinggal di paviliun kecil di belakang rumah adiknya, Anggiat?" tanya Bu Hanin akhirnya. Kali ini dia sangat prihatin dengan hidup Akhyar. Meski memiliki segalanya, tapi ternyata hatinya sangat rapuh.
"Iya. Sebelumnya dia tinggal di apartemen mewah. Karena kecewa dengan sikap gadis-gadisnya yang memusuhi Sabine, dia pindah ke rumah adiknya. Itu terjadi sebelum dia mengetahui bahwa Sabine adalah darah dagingnya."
"Dan dia masih menyesalkan cinta pertamanya?" tanya Bu Hanin.
"Ya. Ini kabar baik menurut saya. Akhyar sangat sulit melupakan Nayura. Apalagi Nayura menikah dengan adik dari Rema, ibu mertua Uzma, adik Akhyar. Dan Rema ini juga tidak lain adalah Ibu mertua Ayu, cucu Ibu."
Bu Hanin tersenyum menggeleng. Hidup Akhyar benar-benar sulit.
"Cukup susah menundukkan hati Ola. Meski lemah lembut, tapi hatinya sangat teguh," keluh Bu Hanin. Masih teringat jelas di benaknya wajah Bu Ola yang begitu sewotnya ketika dia mengatakan keinginan Akhyar untuk mengenalnya lebih jauh.
"Apalagi saat mendengar curhat Akhyar tadi pagi. Ola memang tidak menginginkannya."
Anggiat menghela napas berat. Sedikit menyesal bercerita sisi kelam Akhyar.
"Terima kasih banyak, Anggiat. Sepertinya memang sudah saatnya Ola mengetahui hidup Akhyar. Paling tidak, dia bisa menentukan sikap."
"Tapi, Bu Hanin. Bukannya dengan mendengar cerita saya tadi, Bu Ola jadi bertambah menjauh?"
"Tidak juga. Justru menurutku lebih baik sedari awal Ola tau. Aku juga tenang bisa bercerita dan memberinya pandangan terhadap kepribadian Akhyar. Aku tau Ola. Kamu saksikan saja menantu-menantunya, dari Renata yang memiliki sisi hidup yang tidak jelas dahulunya, termasuk anakku yang keras kepala. Dia tidak pernah mempermasalahkan. Yang penting mereka saling sayang."
