70. Resah Bumil

7.7K 828 20
                                    

Akhyar yang merasa terganggu dengan panggilan itu langsung menutup ponselnya.

"Siapa, Mas?" ulang Ola bertanya. Dia tatap Akhyar yang terlihat gelisah. Padahal Akhyar sendiri tidak tahu siapa yang menelponnya. Suara yang sangat asing. Tapi kenapa seolah-olah mengenalnya?

Akhyar menggeleng.

"Aku nggak tau siapa, Ola. Dia nggak sebut nama, tapi mengenalku..."

Akhyar kembali memeluk Ola.

"Jangan berpikir yang nggak-nggak," ujar Akhyar yang jadi ikut cemas karena melihat wajah Ola yang berubah khawatir.

Ponsel Akhyar berbunyi lagi. Akhyar tidak menggubrisnya.

"Angkatlah. Tanya siapa. Nanti malah bertanya-tanya. Aku juga penasaran, Mas. Perempuan kan? Aku dengar suaranya tadi," perintah Ola sambil mengguncang-guncang tubuh suaminya. Akhyar semakin bingung.

"Halo..." Akhirnya Akhyar angkat juga ponselnya.

"Akhyar. Aku Selita. Haha."

"Aaah!!" pekik Akhyar. Dia raih pundak Ola dan merangkulnya erat. Akhyar juga mengecup kepala Ola. Dia sangat lega.

"Selita. Mama Sabine..." bisik Akhyar ke telinga Ola.

"Oh," Ola ikut lega. Akhyar pernah bercerita kepadanya bahwa Mama kandung Sabine itu memang tinggal di kota Melbourne.

Akhyar memosisikan ponselnya ke dekat Ola, agar Ola juga bisa mendengar percakapannya.

Ola tentu merasa tersanjung dengan sikap Akhyar.

"Hai. Selita! Apa kabar?" seru Akhyar bertanya sambil mengusap-usap bahu istrinya.

"Haha. Baik, Akhyar. Sombongmu sempurna. Nggak beri kabar kalo kamu sekeluarga ke mari." Nada suara Selita terdengar menggerutu.

"Anak-anakmu? Olive? Silvi?" Akhyar tampaknya tidak tertarik dengan gerutu Selita. Dia malah menanyakan kabar kedua anak Selita.

"Baik, Akhyar."

"Sudah selesai kuliah mereka?"

"Sudah. Mereka bahkan sudah menikah. Tahun lalu. Maaf tidak memberitahumu."

"So... what makes you call me? Masih kurang?"

Terdengar tawa Selita.

"It's not about the money..."

"Trus apa?"

"Sabine menghubungiku. Dia ingin bertemu denganku. Tapi dia nggak berani datang tanpa izin kamu. Karena..., kamu sudah menikah. Dia merasa nggak enak dengan Mama barunya. Apa aku boleh bertemu Sabine? Pleasee. Nggak lama."

Akhyar menelan ludahnya.

"Maaf, Selita. I forgot you,"

"That is alright. Apa aku juga boleh bertemu cucu-cucuku?"

Akhyar menggelengkan kepalanya. Dia lirik Ola yang mengangguk.

"Of course you can meet them," cap Akhyar.

"Ooo. Thank youuuuu. Nggak lama, Akhyar. Aku pastikan itu. Aku nggak mau mengganggumu. Satu dua jam saja."

Akhyar sebentar menoleh ke Ola. Ada rasa bersalah menyusup dirinya. Apalagi Selita menghubunginya di saat yang kurang tepat.

"Aku ingin berjumpa dengannya," ucap Ola berbisik. Air mukanya sangat cerah.

"Olaaa..., nggak perlu, Sayang. Aku nggak mau merusak perasaanmu,"

A Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang