93. Berikan saja

5K 903 99
                                    

Meski dalam keadaan kesal, Akhyar kembali ke ruang utama acara dengan senyuman. Dia tidak ingin acara terpentingnya runyam karena memikirkan pertanyaan Sabine. Apalagi saat dia hampiri sang istri yang tengah asyik berbincang dengan tamu-tamu pentingnya. Ola yang didampingi Farid, Guntur, dan Said terlihat sangat antusias menjawab pertanyaan-pertanyaan para tamu. Akhyar juga tidak ingin merusak kebahagiaan istrinya.

"Lama, Mas? Cuma pipis kan?" tanya Ola berbisik.

"Iya. Biasalah..., banyak minum, banyak juga yang ke luar,"

Ola tergelak mendengar keluhan suaminya.

Tak lama kemudian, tampak anggota keluarga Anggiat menghampiri mereka berdua. Wajah Bu Ola langsung sumringah. Terutama saat dilihatnya keluarga Patty yang juga ikut berdiri bersama dengan keluarga besar Anggiat. Ola pun berusaha berdiri menyambut mereka sekeluarga.

"Selamat hari bahagia, Bu Febyola..." ucap Anggiat seraya meraih tangan Ola dan mengecup punggungnya dengan sopan. Ola tertawa melihat tingkah berlebihan pengacara tenar itu.

"Ini istri saya. Restu...," ucap Anggiat yang memperkenalkan seorang perempuan setengah baya yang sangat cantik dengan tubuh tinggi berisi.

"Restu..." ucap Bu Restu sopan dengan sedikit menundukkan tubuhnya.

Ola langsung memeluknya hangat.

"Kakaknya Patty?" decaknya bertanya. Ola benar-benar senang bertemu dengan keluarga Anggiat yang sudah banyak membantu urusan keluarganya.

"Iya, Bu Ola..." jawab Bu Restu. Seketika perasaannya hangat, seakan-akan mengenal Ola sudah lama.

"Duh. Panggil Ola saja..."

Restu tertawa kecil.

"Kok nggak mirip Patty ya?"

Bu Restu tersenyum mendengar pertanyaan Ola. Dia dan adiknya sangat tidak mirip. Tubuh Patty kurus kecil dengan penampakan yang tidak biasa. Sementara tubuh Restu lebih berisi dan sangat  tinggi, dan kulit tubuhnya bersih dari gambar-gambar.

"Satu pabrik kok, Ola. Beda nasib dan jalan hidup..." tanggap Bu Restu pelan.

Anggiat senyum-senyum melihat keakraban Ola dan istrinya. Dia juga memperkenalkan anak-anak dan menantunya serta cucu-cucunya.

"Ini Professor Derby Romero, Bu Ola. Anak pertama saya, kakaknya Dian..." ucap Anggiat sedikit mendorong tubuh anaknya yang sangat tinggi lagi tampan. Anggiat terlihat sangat bangga dan semangat memperkenalkan anaknya yang satu ini.

"Derby, Bu Ola..." ucap Derby sopan. Dia pun ikut memperkenalkan istrinya yang cantik jelita, yang bernama Dista. Dista juga dengan sopan mencium punggung tangan Ola.

"Ini anak-anaknya? Waduh Ganteng dan cantik ya..." puji Ola saat sepasang anak ikut mencium punggung tangannya dengan sopan.

"Iya, Bu. Ini yang pertama namanya Theo, yang kecil namanya Leony," ujar Dista semangat. Anaknya yang bernama Theo memang sangat tampan dan terpelajar. Ada buku kecil yang dia kepit di ketiaknya.

Ola sangat senang diperkenalkan keluarga besar Anggiat. Lalu dia terdiam seperti mengingat sesuatu ketika melihat Derby lebih lama.

"Terima kasih, Derby. Atas bantuannya..." ucap Ola. Suaranya berubah sangat berat. Derby dan Anggiat saling pandang. Dahi Anggiat mengernyit ketika Ola menyatakan rasa terima kasihnya kepada Derby dengan kepala tertunduk. Entah apa maksud kata-kata Ola. Tapi sebelumnya, dia memang bekerjasama dengan Derby saat mempelajari dan memecahkan kasus Ola. Tapi tidak pernah dia ceritakan tentang Derby kepada Ola.

"Sama-sama, Bu Ola. Ibu sangat menginspirasi kami..." ucap Derby sambil merangkul bahu isrtinya.

Tak lama kemudian, Dian dan keluarga cepat-cepat memburu Ola. Dian juga ingin memperkenalkan keluarganya.

A Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang