10. Namanya Sabine

7.1K 974 74
                                    

Ola mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan rumahnya seakan ada yang dia pikirkan. Akhir pekan ini dia akan dikunjungi Akhyar yang baru beberapa kali dia jumpa. Akhyar akan mengajak cucu-cucunya. Ola tersenyum kecut membayangkan Akhyar yang akan dia temui lagi, namun senyumnya mengembang membayangkan cucu-cucu Akhyar yang akan bermain di rumahnya.

"Katanya kembar. Seperti apa ya?" gumam Ola penasaran. "Pasti lucu," gumamnya kemudian. Wajahnya cerah membayangkan anak-anak kecil bermain di rumahnya.

_______

Jika sebelumnya Akhyar yang beberapa kali mengeluhkan sikap Ola ke Bu Hanin, kini giliran Ola yang melaporkan ke Bu Hanin perihal niat Akhyar yang akan berkunjung ke rumahnya akhir pekan ini.

Ola ingin Bu Hanin mendampinginya saat Akhyar dan cucu-cucunya datang mengunjungi rumahnya.

Sebenarnya Ola segan mengajak besannya itu mengunjungi rumahnya, karena ia tahu Bu Hanin sangatlah sibuk. Tapi karena dia merasa khawatir akan merasa canggung di hadapan Akhyar dan khawatir dengan tetangga sekitarnya, Ola bertekad mengajak besannya.

"Waduh. Kok aku diajak-ajak? Nggak papa, La. Wong Akhyar kan bawa cucu-cucunya. Dia juga pasti bawa pengawal juga. Lagipula aku kebetulan jumpa klien hari Minggu itu. Jadi ya nggak bisa," tolak Bu Hanin.

"Duh, Mbak. Aku bingung mau ngobrol apa. Takut bengong nggak karu-karuan," cemas Ola.

"Tenang aja, Ola. Akhyar itu orangnya supel. Udah biasa ketemu banyak orang dan berbagai macam jenis manusia. Jadi dia bisa menempatkan diri. Tenang saja."

Ola menghela napasnya.

"Lha kamu kan sempat baik-baik aja ngobrol sama dia pas di Bandara. Ya pasti sudah pahamlah dia gimana,"

"Kan waktu itu ada Farid, Rena sama Hera. Kalo besok Minggu itu aku kan sendiri kalo Mbak nggak bisa datang."

"Fatima gimana?" Wak Tima maksudnya.

"Dia kondangan, Mbak."

"Ya sudah, La. Nggak papa. Anggap saja kedatangan saudara. Wong dia juga masih kerabat kita ini. Nggak perlu canggung-canggung, Ola. Anggap saja teman pengisi hari libur kamu. Cucu-cucunya lucu-lucu lho. Usia empat lebih, lagi cerewet-cerewetnya. Pasti rame rumahmu." Bu Hanin terus memberi dukungan ke Ola.

Ola hanya bisa menghela kecewa. Dia cepat tepis perasaan cemasnya seraya membersihkan rumahnya.

***

Ola bangun lebih pagi Minggu itu. Perasaan cemas menyambut Akhyar perlahan hilang. Yang dia pikirkan kini adalah bagaimana membuat suasana rumahnya jadi menyenangkan bagi cucu-cucu Akhyar. Ola memang menyukai anak-anak kecil. Karena mereka memang sangat menyenangkan baginya.

_____

Ola duduk menunggu dengan cemas di ruang tamu. Sebelumnya Akhyar mengirim pesan bahwa dia akan tiba pukul sembilan. Tapi sudah hampir setengah jam lebih dari pukul sembilan, tidak ada tanda-tanda kedatangan Akhyar. Ola sempat mengecek ponselnya. Juga tidak ada pesan apapun dari Akhyar.

Hampir saja Ola meninggalkan ruang tamu menuju dapur, terdengar suara ramai dari luar rumahnya.

Ola tersenyum lebar setelah menyingkap tirai rumahnya, Akhyar dan rombongan benar-benar tiba di rumahnya.

"Assalamualaikum, Eyaaang," suara anak-anak kecil perempuan setengah berteriak memanggil Ola.

"Waalaikumussalaaam..." balas Ola seraya membuka pintu rumahnya. Ola senang sekali melihat dua anak perempuan yang wajahnya sangat mirip satu sama lain berdiri di depan pintu dengan senyum menyeringai. Ada Akhyar juga di belakang mereka, dan dua orang berbadan tegap.

A Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang