45. Makna Pertemuan

10.9K 1.1K 34
                                    

Nayra dan Farid sedang bermain ular tangga di teras depan rumah mereka. Suara Nayra terdengar kencang mengajari adiknya bermain. Ola yang sedang mengolah jamu di dalam tersenyum senang mendengar suara-suara anak-anaknya yang akur bermain. Selama ini keduanya memang tidak pernah bertengkar, hanya adu argumen saja, setelahnya kembali berbaikan. Dan Nayra yang selalu mengalah, karena dia sangat menyayangi Farid.

Ola tergerak ingin memberikan minuman spesial untuk keduanya. Lalu dia raih termos yang berisi air hangat dan menuangkannya ke dalam dua cangkir berisi rempah-rempah.

"Ayo. Istirahat sebentar. Minum dulu..." perintah Ola seraya meletakkan baki di atas meja di dekat Nayra dan Farid bermain.

"Asyiiik. Makasih, Bu," ucap Nayra.

"Makasih, Ibu," ucap Farid.

"Pelan-pelan. Masih agak panas..." ujar Ola mengingatkan. Ola memang membiasakan anak-anaknya minum air hangat sedari kecil.

Tiba-tiba muncul seseorang di depan pagar. Ola terperangah begitu menyadari orang tersebut.

"Mas Yusuf..." serunya bahagia. Dia sambut Yusuf dengan perasaan bahagia dengan melangkah cepat menuju pagar.

"Nggak usah dibuka, Feby..."

"Lho. Kenapa, Mas?"

Yusuf tampak melambaikan tangannya ke kedua anaknya yang sedang bermain. Nayra dan Farid balas lambaian tangannya dengan ekspresi wajah yang biasa. Ola heran dibuatnya. Biasanya anak-anaknya selalu berlarian menyambut Bapak mereka. Kenapa kali ini tidak? Dia tatap Yusuf dengan perasaan bingung.

"Aku senang kamu bahagia dengannya sekarang. Aku juga bahagia. Sudah ada yang menemaniku di rumahku..."

Ola panik. Tidak memahami apa yang diucapkan Yusuf.

Tak lama kemudian, Yusuf berbalik melangkah menuju sosok perempuan berwajah cantik yang ternyata telah menunggunya di motor yang dia parkir tak jauh dari pagar rumah.

"Mas Yusuf!" pekik Ola. Anehnya tidak ada perasaan cemburu ketika Yusuf menaiki motornya bersama wanita itu.

"Mas!" pekik Ola lagi. Lalu dia menoleh ke arah teras rumahnya. Dilihatnya seroang pria gagah bertubuh tinggi tengah menggendong Farid dan memegang tangan Nayra.

"Ola. Ayo, masuk. Sudah senja..."

Ola pegang dadanya kuat-kuat. Dunianya berubah sekarang.

_______

Akhyar menyetir mobilnya menuju pulang. Di tengah perjalanan, dia melihat sosok pria yang mengacungkan jempolnya ke arah jalan. Wajah pria itu terlihat sangat letih. Mungkin sudah lama dia mengharapkan kebaikan para pengguna jalan untuk memberinya tumpangan, tapi tidak ada yang memberinya tumpangan. Entah kenapa, Akhyar tergerak memberinya tumpangan. Akhyar menepikan mobilnya.

"Terima kasih..." ucap pria itu setelah duduk di belakang Akhyar dan menutup pintu mobil dengan perlahan.

"Ke mana, Bung?" tanya Akhyar tanpa basa basi.

"Bogor, Pak..."

"Wah. Saya nggak ke arah sana. Atau saya drop Anda di terminal saja..."

"Saya minta tolong, Pak. Saya bayar lebih nanti..."

Akhyar menghela napas. Ini di luar harapannya.

"Baiklah. Tak perlu Anda bayar..."

Entah kenapa Akhyar mau saja mengantar orang itu jauh-jauh ke Bogor. Padahal malam itu hampir menunjukkan pukul dua belas. Akhyar sedikit mengencangkan gas mobilnya.

"Tidak usah terlalu cepat. Saya tidak buru-buru."

Akhyar sekilas melirik wajah pria itu dari kaca spionnya. Dia menggeleng saja. Namun dia pelankan juga laju kendaraannya.

Kira-kira setengah jam kemudian, Akhyar sudah tiba di kawasan Bogor.

"Sudah, Pak. sampai di sini saja..."

Akhyar bingung. Karena tujuan pria tersebut adalah sebuah tanah kosong.

Akhyar hentikan kendaraannya.

Pria itu pun dengan tenang turun dari mobil Akhyar.

Hampir saja Akhyar menekan gas mobilnya, kaca mobilnya diketuk pria itu dari luar.

"Terima kasih, Akhyar. Kamu sudah menolongnya..." ucap pria itu dengan senyuman hangat.

Akhyar terkejut bukan main ketika menyadari orang yang dia beri tumpangan.

_______

"Astaghfirullah..." ucap Akhyar terbangun dari tidurnya. Dia masih mendekap tubuh Ola yang masih tertidur. Dia pandang wajah Ola lamat-lamat, lalu dikecupnya penuh kasih. Ola terbangun.

"Mas!" pekik Ola tiba-tiba saat matanya baru saja membuka.

"Ola..."

Akhyar peluk Ola lebih erat. Ola juga demikian. Sepertinya keduanya sama-sama tidak ingin menceritakan mimpi masing-masing. Akan tetapi saat mereka merenggangkan pelukan dan saling pandang, mereka terlihat memahami apa yang telah terjadi dalam tidur mereka masing-masing.

"Dia bilang terima kasih, Ola..." ujar Akhyar akhirnya. Ola tak kuasa menahan tangisnya.

"Dia bilang sudah bahagia sekarang..."

***

A Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang