21. Tenang Ola

5.9K 973 108
                                        

Sebelumnya,

Keinginan Akhyar untuk menjemput Ola sore itu tidak terwujud. Haya Syuaib, sang ibunda menginginkan Anak kesayangannya itu untuk menjemput dirinya yang berada di rumah kerabat adik iparnya yang bernama Haidar Amir, di kawasan Pekojan. Berkali-kali Akhyar meminta maaf kepada Ola karena dia tidak bisa menjemput sekaligus menemani.

"Wes. Nggak papa, Mas. Aku bisa pergi sendiri. Mas tinggal kasih alamat rumah Mas," putus Ola akhirnya. Dia berpendapat bahwa keinginan sang Ibu harus didahulukan ketimbang dirinya.

"Keni yang jemput kamu, Ola. Ya?"

"Lho, Mas. Bukannya Keni harus di dekat kamu terus?"

"Nggak papa, Ola. Aku bisa suruh Tio yang mengantarku. Ya?" Tio adalah nama pengawal Akhyar yang lainnya.

"Ya sudah kalo begitu."

Akhyar tenang, Ola mau mengalah. Akhirnya dia serahkan urusan Ola kepada Keni. Akhyar merasa lebih tenang lagi saat mendengar kabar bahwa Ola sudah berada di dalam mobil yang dikendarai Keni menuju rumah adiknya.

Di luar dugaan, ternyata tamu yang datang ke rumah Uzma membludak. Tamu-tamu dari Riyadh yang pada mulanya tidak diharapkan kedatangannya, malah yang paling mendominasi rumah Uzma sore itu.

Akhyar yang kedatangannya sedikit lebih awal daripada kedatangan Ola dan Keni, mau tidak mau harus melayani tamu-tamunya itu. Bahkan ibunya yang duduk di kursi roda menyuruhnya untuk terlebih dahulu melayani para tamu-tamu tersebut. Wajar, tradisi Arab masih sangat melekat dalam keluarga besar Akhyar. Tamu adalah segala-galanya. Bahkan mereka harus rela meninggalkan urusan pribadi demi melayani tamu-tamunya. Kesibukan Akhyar menyambut tamu tidak terelakkan sore itu hingga malam.

Ditambah lagi tradisi lainnya bahwa tamu-tamu terpisah antara laki-laki dan perempuan. Keni yang sudah paham dengan budaya keluarga besar atasannya ini, tidak ingin terlalu jauh menemani Ola hingga mulut pintu samping. Dia juga mengira bahwa Ola baik-baik saja dan cukup semangat ketika mengamati langkah Ola menuju ruang khusus tamu-tamu perempuan.

Sementara Uzma sebagai tuan rumah juga ikut kerepotan. Padahal sebelumnya Akhyar sudah mewanti-wanti dirinya untuk segera merangkul Ola dan memposisikannya di ruang paviliunnya, sebelum akan diperkenalkan kepada ibunya. Akhyar sangat menyadari, Ola pasti akan merasa berbeda ketika bercampur dengan keluarga dan tamu-tamunya.

Dan sepertinya rencana-rencana indah Akhyar tidak sesuai harapannya.

______

Uzma tak mampu menahan tangisnya mengingat raut letih Ola saat menyusun alas kaki tamu-tamunya. Yang menyayat hatinya, dia sama sekali tidak melihat kekesalan atau kesedihan di raut wajah Ola saat itu.

Sambil menangis penuh penyesalan dia buru sekumpulan tamu laki-laki yang masih berdiri bercakap-cakap di ruang utama bagian depan rumahnya, ada Akhyar di tengah-tengah mereka. Sepertinya mereka hendak pamit pulang.

"Kak...," desah Uzma cemas. Namun Akhyar senang melihat kedatangannya.

"Suruhlah Ola ke sini," perintahnya. Wajahnya penuh senyum.

"Dia pulang..."

Akhyar terkesiap.

"Maaf, Kak. Aku tadi nggak sempat menyambutnya."

Jantung Akhyar berdetak kencang saat melihat sebentar wajah Uzma yang penuh dengan air mata. Dia langsung berlari kencang menuju pagar rumah, tanpa mau mendengar penjelasan Uzma.

______

Sementara itu,

Bukannya sedih atau menangis, Ola bahkan dengan sangat tenang ke luar dari pagar besi tinggi menjulang. Dia merasa seperti bebas dari kerangkeng penjara.

A Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang