11. Kisah Lama

6.2K 879 50
                                        

Setelah makan siang, Akhyar duduk-duduk santai sambil merokok di atas kursi sofa di teras samping rumah Ola. Kursi tersebut sebenarnya kursi tamu rumah Ola. Akhyar meminta pengawalnya memindahkannya ke teras samping. Biar lebih nyaman.

Karena cuaca cukup panas siang itu, Akhyar membuka kemejanya dan membiarkan tubuhnya terbalut kaos putih tipis dan sarung milik Farid yang dipinjamkan Ola untuknya.

"Jangan berebutan. Gantian mainnya..." ujar Akhyar ke kedua cucunya yang asyik bermain di dalam sebuah kolam plastik besar yang berisi air. Grace dan Gloria yang tubuh masing-masing hanya berbalut singlet dan kancut, sangat ceria berendam di dalam kolam tersebut. Sesekali terdengar cekikikan keduanya yang saling siram.

"Iya, Njiid. Jangan muleh dulu ya?" pinta Gloria. Dia memang terlihat sangat betah berada di rumah Ola. Apalagi setelah mendapatkan pijatan dari Ola.

Tak lama kemudian muncul Ola dengan sebuah baki. Ada satu gelas berisi kopi hitam dan dua toples berisi biskuit di atas baki.

Akhyar tersenyum ke arahnya. Akhyar sebelumnya meminta Ola membuatkannya kopi pahit hitam.

"Memangnya di rumah nggak ada kolam renang?" tanya Ola sembari meletakkan baki di meja samping Akhyar duduk. Dia tersenyum ke arah cucu-cucu Akhyar yang menjerit-jerit kesenangan di dalam bak plastik besar milik Bagas. Nayra memang sengaja meninggalkan bak plastik milik anaknya di rumah ibunya.

"Ada. Mungkin ada suasana berbeda yang baru mereka rasakan," jawab Akhyar lembut. Dia sambut kopi buatan Ola dan menyeruputnya.

"Persis cucuku, Mas. Kalo sudah main ke sini, pasti main kolam. Padahal di rumah eyangnya ada kolam gede. Malah kata mamanya dia malas berenang di sana. Kalo ke rumahku, malah ini yang dicarinya,"

Akhyar berdecak setelah menyeruput kopi panas pahitnya.

Ola lalu duduk di samping Akhyar dengan kursi terpisah.

"Aku nggak pernah menikah...," mulai Akhyar. Sepertinya dia sudah tidak sabar ingin mengungkapkan dirinya sebenarnya di depan Ola.

Akhyar menghempaskan napasnya seiring asap rokok yang terhembus dari mulut dan hidungnya.

"Dulu aku pernah melamar pacarku. Nayura. Usiaku 30, dia 17. Lamaranku ditolak dengan berbagai macam alasan." Akhyar menelan ludahnya kelu.

"Aku kecewa, Ola. Aku sangat mencintainya. Aku kesal. Akhirnya aku tumpahkan kekesalanku ke klub malam, dan berjumpa perempuan bernama Selita,"

Akhyar menekan-nekan puntung rokoknya yang sudah habis.

Ola terdiam sambil memperbaiki duduknya agar tenang mendengar cerita Akhyar.

"Aku berhubungan badan dengannya di mobil. Dia seorang janda yang baru dicerai suaminya. Dua bulan kemudian, dia mendatangiku, mengaku sedang mengandung anakku. Aku tentu tidak mempercayainya. Aku hampir saja membunuhnya juga bayinya."

Pandangan Ola tertunduk. Ada sedikit rasa sesal dia membiarkan Akhyar datang ke rumah dan menceritakan kisahnya. Ola tidak menyukai mendengar kisah-kisah sedih. Cukup hidupnya saja yang dulu menyedihkan, dia tidak ingin mendengar kisah sedih hidup orang lain. Karena akan menguak kenangan lama dari ingatannya.

Ola menelan ludahnya. Berusaha membuat perasaannya nyaman untuk mendengar kisah Akhyar selanjutnya.

"Setahun kemudian, ada sebuah pesan datang untukku mengatakan bahwa putriku sudah lahir, dan sangat cantik. Dan aku tidak boleh menemuinya. Aku gemetar, Ola. Entah kenapa aku muak dengan diriku. Sejak itu aku yang tidak sanggup menghilangkan rasa cintaku kepada Nayura dan aku yang menganggap diriku keji ini, tidak menginginkan pernikahan dengan siapapun. Dan sejak itu pula aku senang memelihara gadis-gadis muda, entah berapa banyak aku tidak ingat. Karena itu sangat menenangkan pikiranku dari rasa bersalahku."

A Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang