Karena Akhyar tidak merasa nyaman jika Ola mengajak seluruh keluarganya berkenalan dengan Mama Sabine, Akhyar memutuskan bahwa Ola hanya boleh mengajak Nayra dan Farid untuk bertemu dengan keluarga kandung Sabine.
Ola pun menyetujuinya. Dia sangat ingin menjaga perasaan suaminya. Akhyar masih belum bisa nyaman jika masa lalunya kembali menjadi bahan pembicaraan. Menurut Akhyar waktunya pun juga kurang tepat. Karena kedatangan mereka ke Melbourne sebenarnya khusus untuk menjenguk Ayu dan bayinya. Tapi tidak mengapa, selagi ada kesempatan baik, menurut Ola lebih cepat lebih baik. Dia ingin menuntaskan rasa penasarannya.
_______
Dan sore itu Patty dengan Audi SUVnya, membawa Sabine dan tiga penumpang kecil, Gloria, Grace dan Hera. Tiga keriwil itu memang tidak bisa dipisahkan. Selalu bertiga ke mana-mana selama di Melbourne.
"Jangan berisik ya. Jangan pecicilan. Duduk yang manis di booster masing-masing. Jangan rebutan tempat duduk. Ini tali sabuk jangan coba-coba dilepas. Nggak bisa pulang ke Indo kalo macem-macem!" ancam Patty saat dia kesusahan memasang booster carseat untuk ketiga anak-anak di bangku belakang mobilnya. Dia sedikit kesal, karena Gloria dan Grace berebut ingin duduk di sebelah Hera. Sementara Hera tidak menyukai duduk di tengah. Tapi karena ancaman Patty, Hera kecil akhirnya menurut.
"Rasain!" gumam Sabine bersorak. Dia sudah duduk tenang di samping bangku supir. Patty memang sangat bisa diandalkan.
"Lu kalo pulang, Sab. Nih bocil berantem, bilang aja nenek Patty mau datang..." bisik Patty dengan senyum terkulum. Dia perbaiki kaca spion sambil melirik ke arah tiga anak perempuan berambut keriting panjang sebahu yang sudah diam dengan wajah cemberut.
"Siap mau ketemu nenek Selita?" tanya Patty. Dia sudah mengubah nada suaranya. Lebih lembut.
"Siap, Patty..." jawab ketiga anak-anak dengan nada malas. Apalagi Grace. Dia tatap tengkuk Patty dengan muka sebal.
Tapi kesebalan anak-anak tidak berlangsung lama, akhirnya mereka menikmati perjalanan menuju Geelong, daerah kediaman terbaru Selita.
_______
Sementara itu Akhyar, istri dan dua anak sambungnya, serta Niko menantunya, dibawa Gerrie dengan vannya. Nayra duduk di samping Gerrie, sang supir. Akhyar dan Ola duduk di bangku tengah. Farid dan Niko duduk di bangku van paling belakang.
Selama perjalanan menuju Geelong, mereka bukannya membahas Selita atau masa lalu Akhyar. Tapi mereka malah tertarik membicarakan kehamilan Ola. Akhyar sudah tidak tahan lagi ingin berbagi kebahagiaannya dengan anak-anak dan menantunya mengenai kehamilan istrinya yang tidak dia duga.
Ola senang dengan keceriaan Akhyar selama perjalanan. Karena pagi-pagi sebelum memutuskan pergi, Akhyar sempat merasa galau dan khawatir dengan pertemuan ini. Padahal Ola sudah berkali-kali meyakinkan bahwa ini kesempatan besar untuk bertemu Mama Sabine. Ini juga demi Sabine karena Sabine yang menginginkannya.
"Seandainya Mas nggak ikut, apa Mas tega dengan perasaan Sabine, anak Mas sendiri? Mas juga bilang bahwa Sabine merupakan sumber kebahagiaan hidup Mas. Sabinelah yang membuat Mas bisa beralih dari cinta Mas yang hilang. Yang membuat Mas menyudahi perbuatan nyeleneh Mas. Sehingga Mas sendiri pada akhirnya diterima di keluarga besar, bahkan dihormati. Semua berkat Sabine."
"Nggak kita sadari, pasti ada kecemburuan Sabine nanti, Mas, kalo Mas nggak ikut. Dia pasti akan merasa kayak dulu lagi. Merasa Mas lebih sayang Nayra atau Farid, karena aku yang sekarang mengisi hidup papanya."
"Ikutlah. Ini kesempatan baik. Hargai perasaan Sabine..."
Akhirnya Akhyar mengikuti saran Ola untuk ikut bertemu Selita. Galaunya pun hilang karena selama perjalanan semua semangat membicarakan kehamilan istrinya.
"Waaah. Gue nggak jadi bungsu, Nik. Kembar lagi. Oh My God. After twenty two years, I am a big brother. So excited today. Really my day," seru Farid sambil meremas-remas rambutnya sendiri. Niko yang di sampingnya tertawa kecil melihat tingkah kekanak-kanakan Farid.
"Lho emang kenapa dengan bungsu, Farid?" tanya Akhyar. Dia sedikit menggerakkan bahunya ke arah belakang. Senang melihat ekspresi bahagia anak sambungnya itu.
"Habis ibu suka godain aku, Pa. Bilang aku bungsu dan manja. Kak Nay juga dulu..." gerutu Farid.
"Ntar mau dipanggil apa sama adik-adik, Rid? Mas atau Abang?" goda Nayra dari depan.
"Kak Nay sendiri?" Farid balik bertanya.
"Ya kakaklah. Posisiku nggak bakal berubah. Kamu tuh yang berubah," balas Nayra cuek.
"Ya Mas saja. Gitu aja jadi debat..." sela Ola sambil melirik mesra ke suaminya yang mengedipkan mata ke arahnya. Keduanya senang dengan keadaan ini.
"Mau cewek atau cowok, Rid?" tanya Akhyar.
"Cowok, Pa," jawab Farid cepat.
"Cewek, Pa," Nayra tidak mau kalah.
"Duh kebanyakan cewek, Kak. Anakku cewek, anak kakak juga kan?" rutuk Farid sambil melirik Niko yang meringis membayangkan dua anak kembarnya yang sedang cerewet-cerewetnya.
"Atau kayak gue aja, Rid. Biar adil. Ada sisi cewek dan cowoknyaaaaa..." sela Gerrie yang sedang menyetir.
Semua tertawa mendengar selaan Gerrie. Gerrie sendiri ikut menertawakan dirinya sendiri.
***
![](https://img.wattpad.com/cover/270749651-288-k670351.jpg)