101. Hadiah dari Selita

5K 890 54
                                    

Selita membiarkan suaminya mengompres wajah Akhyar yang babak belur akibat pukulan-pukulannya dengan bungkusan kain berisi es batu. Pria muda itu dengan santai menyuruh-nyuruh Selita mengambil alat-alat yang dia butuhkan dari dapur rumah Ola. Mereka berdua seperti tidak peduli dengan keadaan mereka yang berada di rumah orang lain.

"I don't want you be in a trouble again, Honey..." ucap Mark sambil menekan-nekan wajah memar Akhyar yang terbaring di atas tikar yang terbentang di lantai ruang tamu. Selita diam tidak menanggapi ucapan suaminya. 

Terdengar lirih suara Akhyar menahan pedih di seluruh wajahnya. Dia juga mengeluh di seputar dadanya.

Untungnya Mark memahami masalah seputar otot-otot tubuh. Dia merupakan professional personal trainer di Melbourne. Dengan cepat dan tenang, dia tangani Akhyar yang merintih kesakitan.

"How can you put up with this old lady, Mate? (Bagaimana kamu bisa tahan dengan perempuan tua ini, Bung?)"

"Diam, Akhyar. Rasa sakit yang kamu derita ini tidak sebanding rasa sakit hatiku dulu. Untung aku tidak langsung membunuhmu tadi." Selita sekilas melirik Mark yang hanya diam namun tangannya sibuk menangani Akhyar.

"You hold this, Mate. I check your chest..." Mark menyuruh Akhyar memegang kompres dengan tangan kanannya.

"Aaaakhh..." teriak Akhyar ketika Mark menarik lengan kirinya cukup kuat.

"Oh. That's better..." ucap Akhyar lega.

Selita memandang Akhyar sinis.

"Setelah ini aku buat perhitungan dengan Sabine."

"Jangan kau marahi anak itu."

"Kamu dan Sabine sama-sama menyusahkan."

Selita lalu terdiam dan menggeleng. Dia salahkan dirinya juga.

"Bagaimana kamu tahu aku tinggal di sini?" tanya Akhyar.

Selita tersenyum sinis.

"Aku hubungi Sabine. Aku ancam dia, jika dia tidak katakan di mana kamu berada, aku buru dan bunuh kamu dengan caraku sendiri. Sabine kupaksa cari alamat kamu. Dia hubungi orang yang bernama Keni. Dan aku larang dia hubungi kamu atau datang ke sini sebelum aku buat perhitungan denganmu." Selita menelan ludahnya. "Dia sedang menunggu gilirannya..."

"Jangan kamu pukul dia. Aku mohon..." lirih Akhyar. Dia sangat menyayangi Sabine.

Selita menghela napasnya.

"Dia menanyakan surat wasiat di hari pernikahanku," ucap Akhyar sedih.

"Dia tidak seperti itu..." ujar Selita. Dia sangat mengenal Sabine meski dia dulu menganggap Sabine adalah penghalang kebahagiaannya.

"Aku tau. Maaf telah menuduhmu..." ucap Akhyar.

Selita tatap wajah sendu Akhyar yang masih menahan sakit. Mark masih memijat-mijat seputar dada dan lengannya.

"Aku akan paksa dia bicara."

"Aku mohon, Selita. Jangan kau marahi dia. Dia pasti sedang tidak tenang sekarang." Akhyar terlihat menangis memikirkan Sabine yang pasti sedang gelisah karena kedatangan mamanya.

Selita menundukkan pandangannya. Lalu kepalanya setengah berputar ke sebuah pintu kamar.

"Aku ingin bicara dengan Ola..." ujarnya tiba-tiba.

"Bicaralah..."

Selita beranjak dari duduknya dan langsung melangkah menuju pintu kamar.

_______

A Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang