Ola dan Akhyar memutuskan langsung meluncur ke rumah sewa Ola dari bandara, meski malam itu sudah sangat larut.
Akhyar hargai keinginan Ola yang segera ingin pulang ke rumahnya. Dia tidak ingin istrinya terus menerus merasakan kegelisahan. Sejak menyatakan kerinduan yang sangat mendalam akan kediaman sederhananya di Jakarta, Ola kerap terlihat melamun, bahkan sedih. Namun Ola tetap berusaha menahan emosi dan perasaannya dengan bermanja-manja dengan suaminya. Akhyar pun lega karena begitu mudah menenangkan seorang Ola, meskipun awal-awal tidaklah mudah mendapat hatinya.
Kepulangan Ola dan Akhyar tentu saja membuat kaget keluarga besar yang masih berkumpul di kediaman Hakiem di Flemington. Mereka tidak menyangka bahwa pasangan ini memutuskan pulang lebih awal. Padahal masih banyak rencana jalan-jalan ke tempat-tempat indah di Melbourne. Namun, mereka pada akhirnya memaklumi keadaan Ola yang sedang hamil muda.
Lebih-lebih Ayu, dia adalah orang yang paling kecewa dengan kepulangan eyangnya yang terlalu cepat menurutnya. Ayu masih ingin mendengarkan celoteh eyangnya, sentuhan eyangnya ketika memasang stagen ke tubuhnya agar bentuk tubuh tetap terjaga, serta tatapan mata hangatnya seakan kehidupannya terasa sangat sempurna.
"Maklum, Yu. Eyang Ola kan sedang hamil muda. Sama kayak Ayu dulu kepingin pempek Palembang, pontang panting Mama Rema dan Baba Adi cari pempek hingga ke Palembang sana. Mungkin Eyang Ola sedang merasakan ngidam kayak Ayu. Cuma beda ngidamnya. Lagian kan nanti Ayu ketemu lagi di Jakarta," bujuk Bu Hanin. Dan akhirnya Ayu pun memahami kondisi yang sedang Eyang Ola hadapi.
Sesak dada Ola ketika tiba berada di depan pagar rumahnya. Tidak ada yang berubah sama sekali. Semua sama seperti saat dirinya pergi dibawa beberapa polisi yang menangkapnya suatu malam.
Ola menatap rumah penuh kenangan bersama dua anaknya itu dengan rasa rindu yang menyeruak. Betapa dia tidak ingin pergi dari rumah itu sebenarnya. Rumah yang telah memberinya kenyamanan hati dan kebahagiaan yang sempurna.
"Ini, Bu. kuncinya."
Ola terperangah senang melihat Keni, pengawal Akhyar yang dengan amat sopan menyerahkannya seperangkat kunci. Akhyar yang berdiri di sampingnya ikut senang melihat Ola yang mulai menunjukkan keceriaan.
"Saya bukakan, Bu?" tawar Keni kemudian. Dia tampak iba melihat letih di wajah Ola. Apalagi saat perjalanan Akhyar memberitahunya bahwa istrinya itu tengah hamil muda.
"Nggak usah, Keni. Biar Ibu saja yang buka," ucap Ola. Dia benar-benar ingin merasakan kehidupannya saat-saat dulu sebelum menikah.
Keni yang sudah hafal dengan sikap dan karakter istri bosnya, perlahan mundur dan membiarkan Ola melepas gembok pagar dan memasuki pekarangan rumah berdua dengan Akhyar.
"Besok, Pak?" tegur Keni seperti ingin memastikan sesuatu yang sudah dibicarakan sebelumnya di dalam mobil.
Akhyar menghentikan langkahnya lalu menoleh ke arah Keni. Sementara Ola sudah berada di depan pintu utama rumahnya.
"Iya. Malam saja kamu jemput," ujar Akhyar.
________
Ola senang. Keadaan rumahnya sangat rapi dan bersih. Nayra benar-benar menjalankan keinginannya untuk senantiasa menjaga keadaan rumahnya lewat tangan Bu Sari dan Mbok Min.
Pandangannya mengedar ke setiap sudut rumah. Semua sama dan tidak ada susunan perabotannya yang berubah. Sama persis.
Ola benar-benar lega melihat keadaan rumahnya. Rasanya lelahnya terbayar menempuh hampir sepuluh jam dari Melbourne menuju Jakarta, meski pesawat tiba di Jakarta lewat tengah malam.
"Istirahat, Sayang. Ini sudah pukul satu," tegur Akhyar yang melihat Ola yang hendak melangkah menuju dapur di bagian belakang. Dia pikir Ola akan melakukan sesuatu di dapur. Akhyar sangat tahu istrinya yang selalu tidak merasa lelah.
