Ola lalu menarik tubuhnya pelan dan merebahkannya di atas tubuh Akhyar. Ola letakkan kepalanya di atas dada Akhyar. Dia pejamkan matanya menikmati belaian tangan Akhyar di kepala dan punggungnya.
"Sudah berapa lama, Sayangku?" tanya Akhyar lembut seraya mendaratkan kecupan sayangnya di kening Ola.
"Hampir lima belas tahun, Mas," jawab Ola yang masih memejamkan matanya. Ada senyum bahagia terulas di sudut-sudut bibirnya.
"Selama itu? Apa pernah kamu menginginkan..."
Ola yang matanya terpejam menggeleng cepat.
"Melakukan sendiri?"
Ola menggeleng lagi.
"Kamu sangat bergairah, Ola. Aku senang..." ucap Akhyar.
Akhyar berkali-kali menelan ludahnya kelu. Membayangkan hidup Ola, penuh keharuan. Apalagi saat mengingat pesan Hanin, Aku mohon, Akhyar. Bahagiakan Ola. Cuma kamu yang bisa memindahkannya dari rumah itu. Aku saja tidak tega melihatnya, setiap hari bekerja, ingin aku bantu selalu dia tolak. Dia pasti beri kamu kebahagiaan yang tidak pernah kamu dapatkan dari manapun di dunia ini.
Akhyar mengerjapkan matanya, membayangkan tubuh Ola kecil yang tidak tahu apa-apa tinggal di sebuah panti asuhan. Yang tidak menyadari kedua orangtuanya telah pergi selama-lamanya. Tapi selalu memberi kebahagiaan kepada orang-orang di sekelilingnya.
Sebelumnya Anggiat memberinya informasi lengkap mengenai kecelakaan tragis menimpa keluarga Ola kecil. "Mobil yang dikendarai supir ayahnya mengalami slip. Ada lima penumpang di mobil hartop ayahnya, ayah, ibu, dua kakaknya, dan Ola sendiri. Ini foto kedua orangtuanya. Jika ada kesempatan, Bapak bisa tunjukkan ini. Mereka dimakamkan di Surabaya. Adalah keluarga besarnya. Tapi kecil kemungkinan mereka akan mengenal Ola. Karena kejadian yang sudah lama sekali. Dari awal mereka juga enggan mengakuinya. Jadi pakai wali hakim saja, Pak. Hukum di kita lagipula tidak membolehkan anak jadi wali nikah ibunya."
Dan Akhyar biarkan air matanya jatuh. Merasa bersalah ikut menyebabkan penderitaan Ola yang sempat mendekam di dalam penjara akibat ulahnya yang mengusik kehidupan Ola. Rasanya tidak pantas dia mendapatkan kebahagiaan yang sempurna ini yang diberikan Ola kepadanya malam ini.
"Kamu belum puas, Ola," gumam Akhyar seraya merebahkan tubuh Ola agar terbaring di sisinya. Dia daratkan jari-jarinya ke milik Ola yang masih basah lagi licin.
Mata Ola yang sebelumnya terpejam perlahan membuka. Dia berikan senyuman hangatnya ke wajah Akhyar. Akhyar senang melihat senyum manis Ola.
"Rasanya seperti mimpi, Mas," desah Ola masih dengan senyumnya. Matanya sayu karena merasakan sentuhan jari jemari maut Akhyar ke benda kecil di dalam miliknya. "Berada di dalam pelukan Mas Akhyar," lanjut Ola.
Akhyar tersenyum melihat wajah Ola yang sangat menikmati sentuhannya.
"Boleh aku tanya sesuatu, Ola?"
Ola yang matanya sudah tak terarah mengangguk pelan.
"Kamu masih mendapatkan menstruasi?"
Ola yang mengerang nikmat mengangguk lagi. Sangat lemah.
"Kenapa, Mas?" tanyanya di tengah sesak napasnya.
"Ada harapan memiliki buah cinta, Sayang," harap Akhyar disertai kekehannya.
Ola pun tertawa kecil. "Jika nggak berhasil hubungan badan ini?" tanyanya. Ola semakin sesak, karena Akhyar sedikit menaikkan tempo gerakan jari jemarinya lebih cepat. Apalagi sepertinya Akhyar sudah mengetahui titik nikmat Ola di dalam sana karena setiap kali dia tekan titik yang sama, terdengar deru napas Ola yang semakin memburu disertai erangan-erangan yang terdengar menggairahkan.
![](https://img.wattpad.com/cover/270749651-288-k670351.jpg)