Entah kenapa alat-alat canggih yang berada di dalam ruang kerja dokter Aditya lumayan membuat Ola tegang dan gugup. Padahal sebelumnya dia sudah pernah berada di dalam ruangan yang hampir sama keadaannya, ketika melakukan tes skrining di Jakarta. Dan Ola saat itu merasakan ketenangan luar biasa.
Ola dengan cepat memaklumi keadaannya. Jika sebelumnya dia mengunjungi dokter kandungan bersama suami dan keduanya sangat mengharapkan kehadiran buah hati. Sekarang Ola sedang berhadapan dengan seorang dokter kandungan tanpa ditemani suami dan di kala suami yang tidak mengharapkan seorang anak.
Namun, tegang Ola hanya sebentar. Keramahan dan kata-kata sang dokter berhasil menenangkan perasaannya.
"Usia ibu empat puluh tujuh tahun sebelas bulan," gumam dokter Aditya sambil mengetik sesuatu di layar komputer. "Apakah Ibu sudah pernah konsultasi kehamilan sebelumnya?" tanyanya kemudian.
"Sudah, Dok. Tapi waktu itu baru berencana hamil. Hm..., anu, Dok. Skrining tes. Apa ya..., hm... genetik," jawab Ola. Dia tidak PD mengucapkan istilah-istilah asing.
Dokter Aditya mengangguk tersenyum. Dia tentu mengetahui apa yang dimaksud Ola.
Gerrie yang menemaninya di dalam juga ikut tersenyum.
"Maklum, Dok. Saya nggak begitu paham Inggris," ucap Ola malu-malu.
"Nggak papa, Bu. Tapi nanti belajar ya? Jangan kalah sama anak-anak muda," ujar dokter sambil menahan senyum. Ola mengangguk semangat. Baru kali ini ada orang yang tanpa segan menyuruhnya belajar. Menyenangkan sekali rasanya.
"Ok. Ibu. Silakan," dokter Aditya menyuruh Ola merebahkan tubuhnya di atas ranjang khusus. Gerrie dengan sigap membantunya.
"Nggak takut sama Gerrie, Bu?" tanya dokter iseng sambil mengoleskan krim ke atas perut Ola.
Ola tertawa mendengar pertanyaan dokter Aditya.
"Nggak. Dia nggak gigit, Dok..." jawab Ola di sela tawanya sambil mengedipkan matanya ke arah Gerrie yang berdiri di sisinya.
"Saya dulu takut lho, Bu. Tapi sekarang nggak. Tampangnya memang garang, hatinya seluas samudra," puji dokter Aditya. Dia lirik Gerrie yang senyum-senyum mendengar pujiannya. Tampaknya dokter Aditya dan Gerrie sudah lama saling mengenal.
Tiba-tiba wajah dokter Aditya berubah serius ketika melihat layar komputer sambil menggerak-gerakkan tranduser di atas kulit perut Ola bagian bawah. Berkali-kali dia terlihat memastikan bahwa apa yang dia lihat tidak salah.
Perubahan drastis wajah dokter ini tentu membuat perasaan Ola was-was kembali. Baru saja dokter Aditya mengajaknya bercanda, kini diam terpaku.
"Bu...," desah dokter Aditya pelan sambil terus melihat layar komputer.
Ola tidak membalas. Dia menunggu ucapan dokter selanjutnya.
"Ada dua, Bu..." ucapnya menahan senyum.
Ola tersentak kaget. Gerrie juga.
"Maksudnya?" tanya Ola. Jantungnya berdetak tidak karu-karuan.
"Anak ibu kembar," tegas dokter Aditya. Dia sudah selesai memeriksa Ola.
***
