14. Bye Ayu

6.8K 927 63
                                    

Bu Hanin sangat senang dengan perkembangan hubungan antara Ola dan Akhyar. Akhirnya Ola mau memberikan kesempatan kepada Akhyar untuk bisa berhubungan lebih dekat. Jika sebelumnya hanya keluhan yang dia dengar dari mulut Akhyar, kini berita-berita gembira yang dia dapatkan. Begitu pula dari besannya, Febyola. Ola yang awalnya malu-malu mengakui bahwa dirinya semakin hari semakin dekat dengan Akhyar, sekarang dia tidak malu lagi mengakui bahwa dia sangat menyayangi mantan sugar daddy itu dengan segala kekurangannya. Dan dia masih senang menganggap hubungannya dengan Akhyar hanya sebatas teman dekat saja dan bukan hubungan kekasih.

Pagi ini, ada dua mobil yang mengantar keluarga Guntur menuju Bandara. Mobil van yang hanya ditumpangi Bu Hanin dan Ola, sementara keluarga Guntur menaiki mobil SUV yang disupiri Pak Johan.

"Duh, Mbak. Malu saya. Wes tua, punya cucu. Aneh saja rasanya," ujar Ola ketika ditanya Bu Hanin mengenai perasaannya setelah memiliki 'pacar'. Bu Hanin memang sengaja 'memisahkan' diri dari keluarga putranya karena hubungan besannya dan Akhyar memang sengaja dia dirahasiakan. Supaya dia bisa bebas bergossip ria dengan besannya itu. Lagipula Bu Hanin sangat mengetahui perasaan Ola. 

"Tapi seneng kan? Ada teman ngobrol. Ada yang bilang sayang-sayang. Kamu nggak ngerasa sepi lagi. Apalagi cucu kita mau berangkat ke luar negeri. Hera masih di Caen. Nggak lama lagi Guntur ambil post-doc di Belanda. Katanya mau nyesuain jadwal selesai kuliah Farid pelaksanaannya."

"Lho? Kok nggak cerita ke saya?"

"Ini baru rencana mentah, Ola. Soalnya anakmu ora gelem. Masih tahap bujuk membujuk. Nggak lama, cuma enam bulan ini. Tapi nanti pasti mereka ceritalah ke kamu. Itupun kalo jadi,"

"Oh gitu. Nanti aku tak bujuk Nayra biar dia mau, Mbak,"

"Wes. Jangan bahas mereka, Ola. Aku lagi seneng ngomongin kamu dan Akhyar."

"Duh, Mbak. Yah cerita saya sama Mas Akhyar ya gitu-gitu saja."

Bu Hanin tertawa kecil.

"Akhyar bilang ke aku, udah hampir setiap malam nelpon kamu. Dia seneng banget, katanya nggak salah milih kamu jadi temen dekat. Tenang pikirannya,"

"Ah. Mas Akhyar memang suka berlebihan, Mbak. Katanya ngobrol sama saya bikin tidur nyenyaklah, bahagialah..."

"Lho, emangnya kamu nggak seneng? Gayamu, La."

"Iya seneng, Mbak. Tapi ya nggak sampe segitunya. Biasa saja. Tapi emang sejak ngobrol-ngobrol mesra sama dia, saya nggak ngerasa sesepi sebelumnya. Pulang kerja ada yang ditunggu ngajakin saya ngobrol..."

"Duh, La. Nggak lama lagi bakal rame-rame ini."

Ola tersenyum kecut.

"Saya nggak kepikiran ke situ, Mbak. Dekat begini saja sudah cukup buat saya. Saya belum bisa menghilangkan perasaan cinta saya ke almarhum Mas Yusuf. Lagipula saya lihat Mas Akhyar itu hanya kepingin usir sepi saja, nggak niat jauh."

"Yah. Mungkin ini masih awal-awal, Ola. Tahap demi tahap. Nanti suatu saat aku yakin dia pasti berpikiran ke sana."

Ola terdiam.

"Nggak usah lama-lama pacaran lho, Ola. Kalo dia udah minta dan lamar kamu, jangan nolak..." Ola tertawa menggeleng.

"Nggak tau, Mbak. Saya nggak mau berharap sejauh itu. Saya juga belum menginginkannya. Saya lebih suka begini-begini saja,"

Bu Hanin memegang tangan Ola erat-erat. Segala doa dan harapan dia cetuskan dalam hatinya buat Ola dan Akhyar.

Dan Ola tersenyum memandangnya.

"Kenapa, Ola?" tanya Bu Hanin yang agak salting dipandang Ola cukup lama.

"Mbak jangan marah. Kok saya ngerasa Mbak Hanin itu bukan besan. Tapi lebih kayak ke ibu saya..."

A Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang