Maaf. Tadi ada perbaikan. Enjoy, Guys...
❤️❤️❤️________
Selita menghentikan langkahnya dengan wajah menggeram. Dia langsung kembali memburu Sabine yang meraung-raung menangisinya.
"Mamaaa. Jangan pergi. Jangan pergi lagiii..." lolong Sabine sambil memeluk mamanya kuat-kuat.
Sementara itu Niko terdiam. Dia tidak tahu apa yang mesti dia lakukan. Dia bingung dengan keadaan ini. Evi? Mantan istrinya. Kenapa nama itu yang ke luar dari mulut Sabine? Menghasud Sabinekah? Bagaimana? Lagi?
Dengan perasaan tak menentu, dia akhirnya setengah memaksa mengajak Selita dan suaminya untuk kembali masuk ke dalam rumahnya.
Tentu Selita menyambut baik ajakan Niko, dia ingin tahu siapa Evi dan kenapa Sabine menyebut nama itu saat dia melangkah pergi dari rumah mewah Sabine. Selita ingin masalahnya selesai cepat, dan dia bisa pulang ke Melbourne segera dengan perasaan tenang.
________
"Siapa Evi, Sabine?" tanya Selita setelah membujuk Sabine agar tidak menangis lagi. Mereka duduk di ruang keluarga sekarang.
Sabine lirik Niko yang terlihat tenang.
"Ini salahku, Ma. Bukan salah dia. Dia hanya memberiku pandangan saja."
"How...far?" desis Selita bertanya. Dia sangat mengenal anak bungsunya ini.
"Ini salahku..., bukan salah Tante Evi."
"Tidak ada yang menyalahkan Evi. Ini murni salahmu. Bertanya tentang harta yang belum menjadi hakmu di waktu yang sangat tidak tepat. So, How far... did she do that to you..."
Sabine terdiam. Dia sibuk menyalahkan dirinya. Dia tidak ingin ada orang lain lagi terlibat dalam masalahnya, apalagi Evi, orang yang sangat baik dan dekat dengannya beberapa tahun terakhir ini.
"Jika kamu tidak mau menjawab. Masalah ini tidak akan selesai. Kamu akan terus disalahkan dalam keluarga besar orang sombong itu. Sabine Mahfouz Sirojuddin, sekarang menguasai seluruh harta kekayaan si Orang Jahat Akhyar, karena termakan hasutan perempuan yang bernama Evi. Dan membiarkan Orang Jahat itu hidup dalam kemiskinan dan kesengsaraan."
"Mama..." Sabine tidak menerima kata-kata sadis dari mamanya mengenai dirinya.
"Kamu bayangkan adik-adikmu yang lucu dan menggemaskan itu lahir dengan orang tua yang sudah berumur senja. Ck ck ck..., how poor they are..." Selita terus memanas-manasi perasaan Sabine.
"Aku akan segera ubah surat itu. Aku bisa batalkan isinya..." ucap Sabine yang mulai terisak lagi.
"Tapi tidak pernah akan bisa ubah keadaan. Kecuali kamu jelaskan seberapa jauh Evi bisa meracuni otak dan perasaanmu!"
Sabine menggeleng. Tante Evi tidak boleh dilibatkan dalam masalahnya. Dia sebut nama Evi, karena ingin mencegah kepergian mamanya. Sabine tidak ingin ditinggal mamanya begitu saja. Sabine merasa kacau sekarang.
"Mama tau kamu. Kamu adalah salah satu anak Mama. Anak-anak yang ke luar dari rahim Selita Vjosa Bini, adalah anak-anak kuat yang tidak gampang terhasud kata-kata orang lain, kecuali orang itu sudah keterlaluan."
Selita menatap Sabine dengan tatapan tajam.
"Kamu tidak gampang dihasud. Kamu tetap sayang Mama, memikirkan Mama, sayang Kak Silvi dan Kak Olive, memikirkan mereka juga. Padahal kamu sudah tau bahwa kami bertiga telah menelantarkanmu. Kamu tidak pernah terhasud orang-orang yang menjelek-jelekkan Mama, Kak Silvi dan Kak Olive..."
Selita memainkan kuku-kukunya yang panjang dengan kutek warna gelap. Wajahnya masih menunjukkan kegeraman luar biasa. Dia tidak rela pikiran anaknya diracuni orang lain.
![](https://img.wattpad.com/cover/270749651-288-k670351.jpg)