"Kita kan sudah janji ke rumah Mbak Hanin. Nayra sudah menunggu kita di sana..."
Sesak napas Ola kala bibirnya diburu Akhyar. Dengan gerak mau tak mau dia balas sikap suaminya.
Akhyar seakan tidak mempedulikan kata-kata Ola. Dia terus saja mengecup-ngecup leher dan seputar dada Ola sambil mendekap tubuh Ola yang meliuk-liuk ke belakang.
"Keni sudah menghubungi Hanin. Kita ke sana setelah jam tujuh..." tukas Akhyar. Mereka memang berencana berkunjung ke rumah Hanin sore ini. Tapi sepertinya ada perubahan rencana.
Akhyar lalu membimbing Ola menuju sofa empuk dan meletakkan tubuh istrinya di atasnya dengan perlahan.
"Mbak Hanin nggak suka dapat kunjungan tamu malam-malam, Mas..." ujar Ola. Dia terus berusaha mengingatkan Akhyar meski dia sebenarnya tahu Akhyar pasti akan menikmati tubuhnya segera.
Ola yang terduduk di atas sofa akhirnya pasrah saat Akhyar sudah menyingkap cepat gaunnya. Tak sadar matanya mengerjap merasakan kenikmatan saat Akhyar mencium-cium kewanitaannya yang masih ditutupi celana dalam seksi berwarna putih.
Dan Akhyar buka kakinya lebar-lebar mengangkang menghadapnya di atas sofa.
"Jangan sampai rusak gaunku, Mas. Ini gaun kesayanganku," rutuk Ola saat Akhyar mencoba menarik gaunnya ke atas sedikit kasar.
"Nanti pesan lagi kalo rusak," balas Akhyar disertai tawa kecil.
"Gema itu sibuk, Mas. Banyak sekali kliennya..." gerutu Ola. Wajahnya tampak sangat khawatir.
Akhyar mengulum senyumnya mengamati wajah khawatir Ola. Ola ternyata lebih mengkhawatirkan gaunnya ketimbang tubuhnya yang sebentar lagi akan dia nikmati.
Akhyar lalu menaikkan gaun Ola hingga ke atas tubuh Ola dengan gerak perlahan. Dia ingin Ola merasa nyaman dan tidak lagi memikirkan gaunnya.
"Ooohhh..." Ola mengerang. Tubuhnya meliuk-liuk tidak karu-karuan. Ola merasakan geli luar biasa saat gaunnya sudah terangkat ke atas kepalanya. Akhyar mengecup-ngecup ketiaknya dengan kecupan selembut mungkin karena dua tangannya yang ikut terangkat.
Ola yang terangsang hebat, kini benar-benar pasrah. Dia biarkan suaminya sibuk sendiri melepas seluruh pakaiannya.
"Masih banyak yang harus kita lakukan, Mas. Ambil barang-barang..., mengemasi. Kemaleman nanti kita ke sana..." keluh Ola. Dia sangat ingin bertemu besannya, anaknya, menantunya, juga cucunya yang kabarnya sudah menunggu kehadiran dirinya dan suaminya di sana.
"Tenang, Sayang. Semua Keni yang atur. Keni bilang OK..." balas Akhyar berusaha menenangkan Ola.
Tubuh Ola yang kini polos terbaring di atas sofa. Dia tatap suaminya yang masih berpakaian lengkap berdiri mengamatinya dengan senyuman hangat.
Perlahan Akhyar merebahkan tubuhnya di atas tubuh Ola, lalu memeluknya erat-erat.
"Kita akan ke sana, Sayang. Jangan khawatir..." bisik Akhyar ke telinga Ola. Bisikan Akhyar lumayan menenangkan perasaan Ola.
Akhyar yang merasa Ola sudah tenang perlahan menekuk kaki kiri Ola. Dia biarkan kaki kanan Ola terjulur.
"Kamu nggak capek, Mas? Hampir setiap hari..., beberapa kali begini..." ujar Ola disertai desahan. Dia pejamkan matanya sambil mengatur deru napasnya yang memburu menikmati kecupan-kecupan dari mulut suaminya di seputar selangkangannya.
Akhyar sejenak menghentikan kegiatannya. Dikecupnya betis kaki kanan Ola yang agak melingkar di pinggangnya.
"Nggak, Sayang. Aku nggak capek. Karena aku bahagia..." balas Akhyar. Dia tatap wajah sayu Ola. "Dan aku tau kamu pasti nggak akan menolak. Karena milikmu sudah basah akibat sentuhanku..." lanjut Akhyar sambil memainkan dua jarinya di permukaan milik Ola dengan gerakan mengurut.