Sahabat

3.1K 254 3
                                    

"Lo masih jalan sama si Terong-terong itu?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lo masih jalan sama si Terong-terong itu?"

Aku menatap malas ke arah Jaehyun yang selalu ribut tentang kekasihku. "Namanya Taeyong, Jaehyun," koreksiku.

Sudah berapa kali aku katakan jika nama kekasihku adalah Taeyong bukan sejenis sayuran. Akupun tak mengerti mengapa Jaehyun tidak menyukai kekasihku.

"Kali ini apa lagi? Lo mau kasih info tentang cowok gue apalagi?" tanyaku santai padahal dalam hati dibuat kesal karena ulahnya. Jaehyun terkekeh kemudian meminum green tea milikku, sifatnya itu tidak bisa dihilangkan.

"Beli sendiri sana."

"Nggak deh gue minta aja. Gue lagi flu sama batuk," ujarnya membuatku melebarkan mata. Lalu mengapa seenak jidat meminum minumanku?

"Jaehyun, nanti kalau gue ketularan sakit bagaimana?"

"Ya nggak apa, lo kan sahabat gue, kalau gue sakit lo juga sakit. Itu baru namanya setia kawan," balasnya tak tahu diri.

"Galak banget sih?" ringisnya setelah mendapat pukulan bar-bar dariku.

"Ya elo yang mengada-ngada. Tujuan lo kemari untuk apa kalau bukan menyesatkan gue? Lo belum jawab pertanyaan gue, Jae? Hasutan apalagi yang lo punya untuk memporak-porandakan hubungan gue sama Mas Taeyong?"

"Galak banget heran, lagi period ya? Gue nggak ada bahan lain kok. Cuma rindu aja dengan sahabat cantik gue ini. Tapi serius, lo harus benar-benar buka mata. Jangan jadi korban budak cintanya si Terong itu."

"Jae, bisa berhenti nggak? Berhenti untuk mengganggu hubungan gue sama Mas Taeyong. Gue mohon banget," ucapku memohon. "Bukannya gue nggak percaya sama lo, Jaehyun. Tapi, gue sendiri yang merasakan kalau Mas Taeyong itu tulus mencintai gue bahkan dia mengajak gue untuk menikah. Apa itu belum serius menurut lo? Apa dia terkesan main-main di mata lo?"

Aku memberi pengertian padanya. Tak ada emosi atau suara yang meninggi apapun itu karena aku takut melukai hati sahabatku ini. Biar bagaimanapun aku tahu jika dirinya sangat menyayangiku karena dari kecil kami selalu bersama.

"Okay kalau lo yang minta. Gue harap lo nggak akan menyesal sama pilihan lo karena sudah seringkali gue kasih tahu lo tentang dia. Gue pamit ya?Take care!"






***






Setelah kejadian tempo hari, aku sama sekali belum bertemu dengan Jaehyun lagi. Dia sama sekali tak mengabariku hingga aku lelah sendiri mencari keberadaannya. Jaehyun benar-benar menghilang dari kehidupanku.

Apa aku sangat keterlaluan?

"Dek, sudah sampai berapa persen persiapan pernikahan kamu?" tanya kakakku, dia mendudukkan dirinya di sampingku.

Kak Doyoung ini kakak tiriku, Bundaku menikah lagi dengan Ayahnya saat kami di bangku kuliah. Kak Doyoung sudah menikah dan memiliki seorang putri berusia empat tahun bernama Elena.

"Hampir rampung sih Kak. Tinggal tunggu konfirmasi ulang dari pihak cathering aja karena Mas Taeyong mau menambah menu lain."

"Mbak Gia sama Elena ke mana? Nggak jadi mampir?"

"Di rumah. Elena sudah tidur. Kehamilan ke dua Mbakmu juga semakin payah."

Aku merasa kasihan dengan kakakku ini, kurasa dia sedang banyak pikiran. "Lalu buat apa Kakak kemari? Bukannya menjaga kakak ipar dan keponakanku."

"Kakak ke sini hanya ingin memastikan kalau hubungan kamu sama Taeyong baik-baik saja."

Aku menoleh secara kilat ke arahnya, meminta penjelasan alasan ia bertanya seperti tadi. "Kenapa Kakak bisa punya pikiran seperti itu? Hubunganku dengannya baik-baik aja Kak, kami akan menikah seminggu lagi."

"Syukurlah kalau begitu, mungkin Kakak salah melihat. Seseorang yang Kakak lihat kemarin bukan Taeyong."

"Memang apa yang Kakak lihat?"

"Kakak melihat orang yang mirip dengan Taeyong keluar dari kamar hotel bersama seorang wanita sedang menggendong bayi saat kemarin Kakak menjemput Gia dari acara kantornya."

Sesaat aku terdiam meyakini diri jika yang dilihat Kak Doyoung memang bukan Mas Taeyong.

Hari yang kutunggu pun tiba. Hari dimana aku akan menikah dengan pria yang aku cintai. Aku bergerak gusar saat tidak mendapati kabar dari Mas Taeyong. Padahal dua jam lagi pernikahanku dengannya akan digelar. Namun, sejak lima jam berlalu dia belum memberi kabar apapun.

"Coba dihubungi lagi sayang," pinta Bunda. Dapat kulihat ada raut khawatir di wajahnya, beliau sama cemasnya denganku.

"Bun, sama sekali nggak bisa dihubungi. Aku harus bagaimana Bunda?"

Kak Doyoung datang dengan tergesa menghampiriku dan berbisik kepada Bunda.

"Kamu tunggu di sini. Jangan keluar sampai Kakak atau Bunda yang meminta, mengerti?"

Aku hanya mengangguk patuh meskipun hati ini sudah tak karuan rasanya. Sungguh aku tidak mengerti situasi yang sedang aku hadapi saat ini.

Kekuatan hati dan kepercayaan adalah hal yang dapat membantu menguatkan sebuah hubungan saat detik-detik melangsungkan pernikahan dan aku masih mempercayainya. Tidak mungkin jika ia berniat jahat padaku dan mempermalukan keluarga.

Bunda datang memelukku dengan tangisan pilu. "Bunda? Kenapa Bunda menangis?" tanyaku dengan suara tercekat. Melihat beliau yang begitu pilu membuatku ikut tersedu. Aku yakin riasanku sudah tak karuan saat ini.

"Kamu yang sabar ya sayang. Jangan menunggu laki-laki pengecut itu karena dia tidak akan datang." Ucapannya membuat tangisanku semakin pecah.

Aku tidak tahu lagi bagaimana harus melanjutkan hidup untuk ke depannya. Bagaimana aku bisa melihat kekecewaan dari keluargaku? Sungguh aku teramat menyesal tidak mengikuti saran dari Jaehyun.

"Doyoung, segera batalkan acara pernikahan ini? Lebih baik Ayah malu dibanding membiarkan putri Ayah menikah dengan laki-laki yang tidak bertanggung jawab itu," pinta Ayah kemudian menarik pelan tubuhku ke dalam dekapan hangatnya.

Belum sempat Kak Doyoung keluar dari ruangan. Aku mendengar suara langkah kaki memasuki ruangan ini. Kedua mataku menangkap sosok laki-laki yang sangat aku harapkan kehadirannya sejak tadi.

"Jae—hyun?"

"Sorry Y/N, seharusnya gue nggak ninggalin lo," ujarnya pelan kemudian menarik tubuhku ke dalam rengkuhannya.

Jung Jaehyun sahabatku, kamu ke mana saja selama ini?

"Jangan takut. Gue selalu ada buat lo."

"Ijinin gue menjadi teman dan sahabat di hidup lo selamanya." Jaehyun merenggangkan pelukannya dan menatap kedua manik mataku. "Yourname, bisakah gue naik pangkat? Gue ingin selalu ada di samping lo yang siap sedia 24 jam," ucapnya tulus.







----------------------------
Ini yang dinamakan sahabat tapi menikah.

JAEHYUN AS (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang