Adik Tingkat

1.1K 111 4
                                    

Apa jadinya ketika kalian mendapatkan pernyataan cinta dari adik tingkat?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Apa jadinya ketika kalian mendapatkan pernyataan cinta dari adik tingkat?

Dia Jung Jaehyun, laki-laki yang terpaut usia dua Tahun dibawahku. Aku juga tidak mengerti mengapa bisa dirinya menyukaiku, jika aku bertanya tentang hal itu dia akan selalu menjawab

'Tak ada alasan untuk mencintai seseorang'

Dia yang lebih muda dariku justru lebih bisa bersikap dewasa.

Apa aku menerima cintanya? Jawabannya adalah tidak. Aku tidak bisa menerimanya karena aku yang sudah memiliki tunangan meski sebenarnya aku sama sekali tak mencintainya.

Tunanganku yang memiliki sifat arogan, ringan tangan, mudah emosian sama sekali tak bisa membuatku jatuh cinta kepadanya. Perjodohan klasik yang membuat diriku berada dalam posisi ini.

Lucunya Ayah tidak mengetahui bagaimana sikap dan sifat calon menantunya itu. Ayah terlalu menyukai Yuta hingga dirinya tak percaya dengan apa yang aku katakan.

Aku memang terkenal dengan anak yang tidak patuh di rumah tapi bukan berarti aku terbiasa untuk berbohong kan?

Rasanya bukan hanya aku saja yang seperti itu, sering membantah apa yang diperintahkan orang tua bahkan diluaran sana banyak yang bersikap lebih buruk dari pada aku.

Ayah pikir dengan aku menjalin hubungan dengan Yuta membuat diriku menjadi pribadi yang lebih baik, memang benar Ayah tidak salah, Y/N yang sekarang lebih pendiam dibanding Y/N yang dahulu karena aku malas jika harus berurusan dengan Yuta yang mulai ringan tangan.

"Woy, Jung. Kemari lo...." Aku memejamkan mataku sesaat, melirik ke arah Jaehyun yang berjalan menghampiri Yuta. Dalam hati kurapalkan do'a agar adik tingkatku ini tidak mendapatkan masalah karena dirinya sudah membangunkan macan yang sedang tertidur.

"Kenapa Bang?" tanyanya santai, sedikit merasa aneh, mengapa Jaehyun bisa bersikap sesantai itu.

Sontak aku berdiri, menahan lengan Yuta, pria itu begitu cepat menarik kerah kemeja Jaehyun. "Yuta, ini di kampus," peringatku meskipun dia tidak akan mendengarkan apa yang aku ucapkan. Kuberitahu Yuta sangat keras kepala.

"Woits, santai... Tiba-tiba banget begini."

Aku merutuki sikap Jaehyun di dalam hati. Bisa-bisanya pria itu membalas ucapan Yuta. Apa dia tidak tahu sedang dalam masalah besar.

"Berani lo ya sama kating?"

"Lo apaan dah Bang, kalau memang gua ada salah ya ngomong. Nggak usahlah pake kekerasan, kalau memang mau pake kekerasan di luar kampus memang nggak bisa?"

"Lo nantangin gua?" Suara gebrakan meja membuat semua pasang mata teralih ke arah kami, aku menarik lengan Yuta agar menjauh dari sana. Bukannya Yuta yang tertarik justru aku yang terdorong, hampir saja tubuhku terbentur dinding kalau bukan Jaehyun yang sigap menarik lenganku.

"Jangan sentuh cewek gua." Tatapan matanya yang tajam menghunus Jaehyun dalam seakan Jaehyun siap untuk dia terkam.

"Lo nggak apa-apa Kak?" Seolah tuli Jaehyun tak mempedulikan ucapan Yuta, pria itu justru menelisik seluruh tubuhku, memastikan jika aku baik-baik saja. "Cukup ya gua liat Y/N diperlakukan kayak gini sama lo. Udah tahu kan kalau gua suka sama tunangan lo ini. Gua nggak akan tinggal diam dan gua nggak akan ngebiarin dia semakin tersiksa karena hidup sama lo. Secara terbuka gua mengibarkan bendera perang ke lo untuk merebut Y/N dari lo."

Astaga. Aku hanya seorang Y/N, merasa tidak pantas diperlakukan sebegitunya oleh adik tingkat, apalagi dia seorang Jung Jaehyun.






***





"Seneng kan lo ada yang suka dan lagi berjuang buat ngerebut lo dari gua?"

"Apaan sih Yut?"

"Gua jamin, dia nggak akan bisa ngerebut lo dari gua secara bokap lo terlalu percaya sama gua. Kalau sampai gua tahu lo deket sama dia, bakal gua bikin babak belur anaknya kalau bisa sampai mati."

Ancaman Yuta tak pernah main-main, akupun pernah mengalaminya. Di hukum tiga hari penuh di dalam kamar pribadi miliknya tanpa diberi makan dan juga minum. Pada saat itu aku berharap Tuhan mau menyabut nyawaku detik itu juga.

Bagaimana caranya agar aku bisa memberi peringatan kepada Jaehyun sedang mata-mata Yuta di kampus banyak, menghubunginya melalui ponselpun tak mungkin karena Yuta sudah menyadap ponselku.

Melalui media sosial? Apa mungkin? Aku sama sekali tak tahu akun medsos milik Jaehyun.

"Kalau sampai gua tahu lo bantuin Jaehyun, Lo bakal gua hukum. Paham kan?"

"Kenapa kamu nggak bunuh aku aja sekaligus? Dibanding kamu bunuh aku secara perlahan," sarkasku padanya, lagipula untuk apa aku hidup jika tidak ada yang peduli padaku? Ayah hanya peduli pada jenjang karirnya sedangkan ibu tiriku hanya peduli pada dirinya sendiri.

Aku tak memiliki siapapun di dunia ini, ayahku sendiri pun menjualku pada keluarga Yuta.

"Belum waktunya sayang. Jujur aja gua kasihan sama lo. Harusnya lo sadar diri, cuma gua yang peduli sama lo Y/N."

.

.

Berjalan di koridor dengan hati yang was-was, seperti inilah kehidupan yang aku nikmati setiap hari. Aku hanya lelah mencari keributan dengan Yuta, pria itu benar-benar tak punya kerjaan hingga hal kecil saja dibuat menjadi besar, contohnya saat aku hanya berpapasan dengan Jaehyun.

"Y/N?"

"Eh, iya Kak John. Kenapa?"

"Dicari Yuta, datengin gih. Dia ada di belakang danau."

Aku mengerutkan kening, untuk apa pria itu ada di sana? Bukankah danau di belakang kampus terlihat cukup angker.

"Oh, yaudah. Makasih ya."

Belum sempat aku berbelok arah, Jaehyun lebih dulu menahan lenganku.

"Nggak usah ke sana," pintanya.

Aku mengerutkan kening, mengapa Jaehyun melarangku?

"Lebih baik lo pulang Kak. Kalau lo ke sana sama aja nyari mati namanya. Dia lagi nyari cara supaya lo nggak bisa lepas dari dia. Dengerin omongan gua. Pulang ke rumah, kunci pintu kamar dan tidur."

"Jae?"

"Kak, gua nggak pernah main-main. Gua nggak mau orang yang gua sayang tersakiti. Ikuti perintah gua hum? Biar gua yang temuin dia."

Jangan, aku tidak ingin ada korban lagi. Yuta tak akan segan untuk melukai seseorang.

"Jangan Jae."

"Nggak apa, gua mau kasih pelajaran dia."

"T-tapi...."

"Ayok gua anterin ke depan kampus."

Sialnya, mengapa aku mau mengikuti kemauannya sedang setelahnya aku tak pernah bertemu dengan Jaehyun lagi. Entah apa yang Yuta lakukan padanya.

Jujur saja aku merasa bersalah kepada Jaehyun, harusnya pria itu tidak pernah berurusan dengan Yuta, harusnya dia tidak pernah menyukaiku.

Berminggu-minggu aku mencari tahu keberadaan Jaehyun tapi hasilnya nihil, aku tak menemukan hasil apapun. Ke mana pria itu pergi, tidak mungkin hilangnya Jaehyun karena ulah Yuta kan?

Maafkan aku Jaehyun.









JAEHYUN AS (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang