Tepat saat adzan subuh berkumandang, gue baru aja memegang gagang pintu untuk segera masuk. Keadaan rumah sepi, lampu-lampu belum dinyalakan ketika gue pergi tadi sore. Satu-satunya ruangan yang menyala adalah kamar mandi. Bukan hanya lampunya yang menyala, tapi juga keran airnya.
Gue tinggal sendirian, dan cuma gue yang punya kunci rumah. Waktu gue masuk tadi juga gak ada tanda-tanda pintu habis dibuka paksa. Gue khawatir rumah gue kemasukan maling gayung yang menerobos masuk lewat saluran toilet. Gue mengambil gunting kuku, sekadar berjaga-jaga lalu berjalan pelan ke kamar mandi.
Keran airnya mengalir sangat deras. Gue panik, karena itu bisa menyebabkan tagihan air bulan depan meningkat. Gue berdiri di depan pintunya, bersiap mendobrak masuk. Begitu tangan gue memegang gagang pintu, keran air beserta lampunya mati. Jadilah sekarang terasa gelap dan sepi.
Gue menghela napas panjang, bersyukur karena malingnya udah pergi. Setelah menyalakan ulang semua lampu, gue langsung masuk kamar dan ketiduran. Gue bermimpi, seorang cewek berbaju merah keluar dari kamar mandi gue, masuk ke kamar dan duduk menghadap gue.
Dia belum ngomong apa-apa, tapi senyum-senyum dari tadi. Sampai ketika gue mendengar lagu Indonesia Raya dari hp gue, yang artinya ada telpon masuk, barulah cewek itu pergi dan gue langsung terbangun.
"Gimana, Do? Gak ada yang aneh, kan di rumah lo tadi malam?" tanya Sulay dari telpon.
"Aman, sih, Pak. Tapi kamar mandi gue sempat kemasukan maling gayung. Untung aja dia langsung pergi,"
"Hah!? Rumah lo hampir kemalingan!?"
"Bisa jadi, Pak. Untung gak ada yang dicuri,"
"Nanti sore ketemu gue di kantin kantor, ya."
Telpon berakhir. Gue melihat jam, udah jam 3 sore. Belum juga gue berdiri dari tempat tidur, gue udah dikagetin sama kelopak bunga mawar merah yang bertaburan di kasur gue. Persis yang gue lihat waktu di pendopo tadi malam. Karena gak mengganggu, justru bikin kamar gue bagus, jadinya gue cuekin aja.
Di kamar mandi yang sekarang pintunya terbuka, padahal gue yakin gue belum masuk ke sana sejak tadi malam, gue juga menemukan hal yang sama di lantainya. Menurut gue agak aneh kalau ada maling yang suka dekor kamar orang pakai bungan mawar cincang. Sekali lagi, karena bikin wangi kamar mandi gue, jadinya gue cuekin aja. Saat gue melepas celana, sebuah foto terjatuh dari sakunya. Iya juga, gue hampir lupa soal foto itu.
Tergeletaklah foto itu di antara kelopak bunga mawar di lantai. Ketika gue menatap sosok cewek di foto itu, gue langsung teringat sama cewek yang tadi ada di mimpi gue! Itu orang yang sama! Gue ingat persis, terutama senyum dan kelopak matanya. Gue segera mengambil foto itu dan memasukkannya kembali ke saku celana.
Di kantor yang gue ketahui hanyalah sebuah ruko dua lantai, berhasil membuat gue terkagum-kagum ketika berada di kantinnya. Bukan hanya makanannya yang banyak serta ada kedai kopi juga, melainkan karena tempatnya yang luas dan sangat ramai. Kok bisa bangunan yang kelihatannya kecil dari luar, tapi menampung orang sebanyak ini di kantinnya?
"Keren, kan?" kata Sulay melihat gue yang terkagum-kagum.
"Keren banget, Pak!"
"Keren dan semuanya gratis,"
"Gratis!? Serius, Pak!?"
"Air putih di sini semuanya gratis. Selain itu bayar."
Gue jadi pengin nebas Sulay.
Gue mengantre cukup lama di depan kedai kopi. Selain karena banyak orang yang mau beli, gue juga bingung memutuskan mau beli kopi apa. Sebenarnya bukan bingung mau minum apa, lebih tepatnya adalah uang gue cukup buat beli yang mana. Gue baru sehari masuk kerja, gak berobat ke rumah sakit aja udah syukur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mardo & Kuntilanaknya
Fantasy#1 PARANORMAL (15 JANUARI 2024) #1 KUNTILANAK (1 MEI 2024) #2 GHAIB (20 JULI 2024) #4 HUMOR (1 MARET 2024) Bersama Dea rekan gaibnya, Mardo yang tadinya hobi mancing sekarang harus mancing makhluk gaib untuk sebuah pekerjaan. Pekerjaan macam apa yan...