Kami berjabat tangan. Gue merasa tangan cewek itu dingin. Hanya karena tertutupi bajunya aja jadinya dinginnya gak seberapa. Dia kemudian berjalan ke arah pintu yang tadi kekunci sendiri. Dia bisa keluar, dan pintu kembali normal. Gue rasa rumah gue perlu banyak renovasi.
"M-mau ke mana?"
"Sini, deh."
Gue mengikuti dia ke kamar mandi. Pedang gue masih tertancap di dinding.
"Ambil pedangnya. Nanti temboknya makin parah."
Gue mencoba menarik kembali pedang gue, dan buset! Nempel banget! Melihat gue yang kehabisan tenaga, tangannya membantu menarik pedang gue. Walau masih terasa berat, tapi gue merasa ada pergerakan. Kami menarik lebih kuat dengan seluruh tenaga, dan akhirnya pedang tercabut! Gue mental sampai keluar kamar mandi.
"Seru, ya!" kata cewek itu.
Gue memegangi punggung gue yang sakit karena terbentur pintu.
"I-iya ... seru."
Cewek itu membantu gue berdiri. Setelah gue memasang sarung pedang dan meletakkannya di meja, gue menyadari kalau cewek itu hilang!
"H-halo...."
Gue melihat ke semua sudut. Hilang.
"D-dea?"
Keran air tiba-tiba nyala lagi! Dea keluar dari kamar mandi sambil tersenyum.
"K-kamu ... maling gayung, ya?"
Dia tertawa.
"Enggak, lah. Aku suka aja dengerin suara keran air di rumah kamu ini."
Dia berjalan ke meja makan, membuka kulkas gue yang isinya cuma ada salju freezer dan bungkus nasi.
"Kamu belum makan, ya?" tanya gue.
Dia mengangguk.
"Bentar, ya. Tunggu di sini."
Gue masuk ke kamar, membuka sarung bantal dan mengumpulkan uang receh yang gue simpan di sana. Gue senang banget. Gue pikir uang gue cuma tinggal 4 ribu. Ternyata 5 ribu! Dea duduk di kursi sambil melihat sekeliling.
"Tunggu dulu, ya. Aku mau beliin kamu makanan,"
"Ikut...."
"Eh ... jangan! Kamu di sini aja. Aku gak lama, kok."
Dia tersenyum. Gue segera pergi ke warung. Semoga aja masih buka.
Walaupun gue gak kenal siapa dia, tapi ketika gue melihat dia buka kulkas tadi, gue seakan mengerti perasaannya. Gue tahu rasanya kelaparan tengah malam dan gak ada makanan sama-sekali. Tapi gue, kan laki-laki. Gue bisa menahan lapar dan ngelanjutin tidur. Gue akhirnya sampai di warung yang banyak bapak-bapak lagi ngopi sambil nonton bola.
"Mardo! Sini, sini ngopi dulu,"
"Makasih, Pak. Lain kali, ya,"
"Mau beli apa, Do?" tanya bapak pemilik warung.
Gue mengeluarkan uang receh yang dari tadi gue genggam dan menunjukkannya pada bapak itu.
"Mie instan 2 bungkus mau?" tanya bapak itu.
Gue tersenyum lebar. Artinya uang gue cukup.
"Eh, Do. Kamu kerja apa sekarang?" tanya bapak-bapak yang lagi nonton bola.
Gue meletakkan jari telunjuk di depan bibir, lalu mendekatkan diri ke bapak-bapak itu.
"Saya sekarang mata-mata, Pak."
6 orang bapak-bapak itu hening dan berpandangan. Lalu....
"Oh ... mata-mata! Bagus itu, Do!"
Pemilik warung menyerahkan kantung plastik berwarna hitam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mardo & Kuntilanaknya
Fantasy#1 PARANORMAL (15 JANUARI 2024) #1 KUNTILANAK (1 MEI 2024) #2 GHAIB (20 JULI 2024) #4 HUMOR (1 MARET 2024) Bersama Dea rekan gaibnya, Mardo yang tadinya hobi mancing sekarang harus mancing makhluk gaib untuk sebuah pekerjaan. Pekerjaan macam apa yan...