BAB 84: Tentang Sebuah Flashdisk

57 6 0
                                    

Sulay emang jago ngumpulin informasi. Walaupun cara dia nanya dengan tangan mengepal di atas meja, untungnya dua cewek yang sebelumnya ngantar kami ke lantai dua buka suara soal tempat penghancuran mobil Alip Topak. Kayaknya ini termasuk pengancaman, deh. Sulay emang ngawur.

Baru selangkah kami keluar, satpam di depan berdiri menghadang kami. Di tangan kanannya, sebuah keris seukuran sendok makan mengeluarkan asap hitam. Dia menatap kami dengan tatapan yang nggak ramah. Karena gue lagi megangin kotak, otomatis Sulay yang menangkis serangannya yang tiba-tiba itu.

Sulay menahan tusukan kerisnya dan menjatuhkannya ke tanah. Satpam itu meringis kesakitan waktu pergelangan tangannya dipegang kuat oleh Sulay. Gue yang emang pada dasarnya gak tegaan sama bapak-bapak yang teraniyaya, mencoba ngambilin kerisnya yang terjatuh.

"Maaf, ya, Pak. Kami cuma jalanin tugas," kata gue pada satpam itu.

Dengan ngkutin arahan 'belok kiri-belok kanan' Sulay yang bikin pusing di tengah malam, akhirnya kami sampai di sebuah tempat penghancuran mobil. Mirip tempat sampah, hanya aja semua sampahnya adalah mobil. Mungkin karena udah malam, jadinya gak ada orang yang kerja. Cuma ada dua orang bapak-bapak di pos satpam yang lagi nonton tv.

"Lo urus dua saptam itu. Biar gue yang masuk nyari mobil Alip Topak,"

"S-serius, Pak? Tapi tempat ini, kan luas banget,"

"Kita ketemu setengah jam lagi dari sekarang di tempat motor lo parkir. Buruan sana!"

Pasti aneh banget gue ini di mata bapak-bapak itu. Seorang cowok pakaian hitam-hitam yang bawa pedang mendekati mereka malam-malam. Kalau gak disangka begal, pasti disangka rampok. Karena mereka itu satpam yang emang bertugas buat jaga keamaan tempat ini, gue yakin mereka langsung menahan gue.

"HANTUUUUU!"

Lha!? Mereka malah kabur anjir! Gue nengok ke belakang, dan ternyata beneran ada hantu! Sinting! Tahu gitu gue ikut mereka lari! Sosok hantu yang lagi melayang di belakang gue sekarang adalah cewek berbaju sekolah SMA compang-camping penuh darah! Mukanya nggak serem, sih. Tapi tetap aja bikin kaget.

"H-halo ... a-ada a-apa, ya?"

Dia berhenti melayang, berjalan mendekati gue dan seketika bajunya jadi utuh dan bersih!

"Kakak nggak takut sama aku?"

"E-enggak, kok."

10 menit berlalu, gue sama hantu cewek SMA duduk di pos satpam yang ditinggalin gitu aja. Dia bercerita kalau udah sebulan ini mencari flashdisk-nya yang ada di sebuah mobil di sini. Aneh banget ada hantu gentayangan nyari flashdisk.

"Emangnya sepenting itu, ya?" tanya gue.

"Iya, Kak. Di dalamnya ada dokumen yang berisi username sama password akun trading aku,"

"Hah? Apaan, tuh?"

"Iya ... jadi aku udah 2 tahun trading ethereum, dan profitnya itu mau aku kasih ke pacar aku buat hadiah ulang tahun dia."

Buset! Bahasa anak SMA sekarang gak ada yang gue ngerti anjir!

"Aku sebenarnya udah tahu di mana flashdisk-nya. Tapi ... aku gak bisa ngambil,"

"Oke. Jujur gue gak paham lo ngomong apaan, tapi gue bisa bantu. Tunjukin jalannya."

Akhirnya gue ikutan masuk ke dalam kayak Sulay. Gue mengeluarkan asap biru, dan gue bisa ngerasain posisi Sulay yang cukup jauh dari kami sekarang. Dua satpam tadi ternyata masih ada di sekitar sini. Tapi kayaknya mereka ketiduran, deh. Atau malah pingsan, ya?

"Di sini, Kak."

Cewek itu berdiri di depan sebuah mobil Xenia silver yang rusak parah. Kaca depannya hancur lebur, bodynya penyok kayak habis kena geprek sapi raksasa. Waktu gue nengok ke dalam, kursi-kursinya juga gak berbentuk lagi. Ini mobil kenapa, sih?

"Gimana caranya gue masuk?"

"Flashdisk aku ada di velg ban depannya."

Waktu gue lihat, ternyata beneran ada flashdisk nyempil di sana!

"Kok bisa, sih!?"

"Aku ditabrak mobil ini. Kejadiannya begitu cepat. Waktu itu aku baru pulang sekolah jalan kaki. Tiba-tiba aja mobil ini datang dan nabrak trotoar. Karena saking kerasnya, dia mental guling-guling dan aku gak sempat lari."

Gue mencongkel flashdisk itu dengan pedang gue. Ajaibnya, flashdisk itu sama sekali gak rusak. Dia tersenyum senang. Berulang kali dia mencoba memegang flashdisk itu, dan gak sampai 5 detik tangannya jadi tembus. Gue jadi mikir: apa makhluk gaib sebenarnya emang gak bisa nyentuh barang-barang?

"Oke, kalau gitu sekarang kita harus gimana?"

"Karena aku gak bisa ngasih ini sendiri ke pacar aku, Kakak mau, kan kasihin ini ke dia? Tapi besok aja, soalnya kalau jam segini dia pasti udah tidur,"

"Boleh aja, sih. Oke. Besok kita ketemu lagi, ya."

Dia menghilang bertepatan waktu Sulay menghampiri.

"Lho!? Kok lo di sini juga, sih, Do!? Yang jagain satpam depan siapa!?"

"Satpamnya kabur, Pak. Yaudah, gue ikutan masuk, deh,"

"Terserah lo, deh. Yaudah kita balik ke kantor. Gue udah dapat, nih radionya."

Sulay nyuruh gue biar gak usah ikut masuk kantor. Katanya gue lebih baik langsung pulang ke rumah, dan besok lanjut nyari satu alat penambang lainnya. Ada benarnya juga, sih. Lagian sekarang udah hampir jam 2 malam. Dan dengan flashdisk yang gue simpan di saku celana, pulanglah gue ke rumah buat istirahat.

Baru juga gue turun dari motor, pintu rumah gue terbuka bersamaan Dea yang berdiri dengan tatapan tajam. Dia bukan menatap gue. Dia terus menatap dan mengawasi sekitaran halaman rumah.

"Ada apa, Dea?"

Bukannya menjawab, Dea malah menembak satu sudut di sekitar motor gue parkir. Tembakan duri asap merahnya itu mengenai sesuatu!

"Keluar! Siapa lo!?" kata Dea.

Keluarlah gumpalan asap hitam sebelum berubah jadi cewek SMA tadi. Duri asap merah Dea menancap di kaki kirinya. Dengan wujud compang-camping penuh darah kayak gitu ditambah ekspresi mukanya yang menahan sakit karena serangan Dea, entah kenapa gue jadi merinding!

"Kok lo ngikutin gue, sih!? Katanya kita lanjut besok?"

Dea langsung menatap gue.

"Lanjut besok!? Maksudnya apaan, Do!?"

"Gini, Dea ... tadi aku ketemu dia di tempat sampah mobil, terus dia minta tolong aku buat ngambilin flashdisk dia yang ada di velg ban mobil."

Kayaknya Dea gak ngerti gue ngomong apaan, deh.

"Gak ada yang boleh masuk ke rumah ini tanpa seizin gue! Ngerti!?"

Hantu cewek itu kemudian menghilang.

"Jelasin semuanya sambil makan! Buruan masuk."

Gue rasa Dea cocok gantiin dua satpam di tempat penghancuran mobil itu, deh. Dan sebenarnya Dea ini lucu. Mukanya yang tampak menyimpan penasaran sekaligus senang karena gue makan lahap nasi goreng bikinan dia bikin gue senyum-senyum sendiri.

"Flesh dish? Apa itu?"

Buset gue langsung tersedak!

"Minum, minum, Do! Aduh kamu kenapa!?"

Hampir aja gue mati tersedak! Kira-kira 20 menit di meja makan sambil gue cerita, gue menyadari ada yang aneh dari Dea malam ini. Matanya berkedip lebih banyak dari biasanya dan baru kali ini gue ngeliha Dea menguap. Bukan, bukan menguap jadi asap! Tapi menguap kayak orang ngantuk!

"Dea? Kamu masih dengerin, kan?"

"Hah? Eh, maaf, maaf, Do. Mataku rasanya berat banget."

Dan ... kepalanya terjatuh ke meja. Untungnya gak masuk piring.

Mardo & KuntilanaknyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang