Bahkan orang secuek apapun akan menyadari kalau di sekitarnya ada cowok dan cewek sedang saling menatap sambil berpegangan tangan di atas meja. Orang-orang yang hampir aja gue sebut laptop-man itupun demikian. Beberapa saat mereka melirik kami, lalu kembali tersibukkan.
Yang mereka gak tahu adalah, kalau sebenarnya kami lagi ngobrol tanpa gangguan dari manapun. Gue dan Mery ketawa. Kata orang, katawa bareng bisa menjadi bibit-bibit cinta. Mungkin emang iya. Walau gitu tetap jangan lupa, kalau gak semua bibit bisa tumbuh dan berbunga.
"Oke. Jadi sekarang udah aman, nih?" tanya Mery.
"Semoga aja, sih gitu. Emang harus gini, ya? Emang apaan, sih yang bikin gak aman?"
"Tempat ini, orang-orang di sini, dan semuanya. Jangan percayai mereka,"
"Hah!? G-gimana, gimana!?"
"Soal tulisan itu, emang benar kalau itu tulisan gue, Do."
Gue melirik keadaan sekitar, dengan bingung tentunya.
"Mer, gue ini lambat paham. Bisa nggak lo jelasinnya satu-satu?"
"Lo tanya, gue jawab. Silakan,"
"Oke. Pertama, kita ini sebenarnya kerja apaan?"
Mery menatap mata gue, lalu ketawa kecil.
"Do. Udah jelas, kan? Gue tukang kopi, dan lo tukang pukul hantu,"
"K-kenapa hantu harus dipukul!? Dan kenapa gue!?"
"Lha? Bukannya lo sendiri yang mau kerja di sini? Emang apa alasan lo melamar kerja di sini?"
"Waktu itu ... gue cuma mau move on,"
"Berhasil nggak?"
Gue menatap sekeliling dan memperhatikan awan putih di langit.
"Gak tahu juga. Belum kayaknya."
Mery memundurkan badannya, memalingkan wajah sebentar saat meminum kopi lagi. Mungkin Mery mengira kalau move on yang dimaksud adalah tentang cewek. Padahal maksud gue adalah move on dari orang nganggur menjadi orang punya kerjaan dan punya duit. Gitu.
"Emangnya ... kalian pacaran berapa lama?"
Tuh, kan. Salah tangkap.
"7 tahun. Tapi itu gak penting. Yang lebih penting adalah pertanyaan gue selanjutnya."
Mery mengembuskan napas dan memajukan badannya kembali.
"Kenapa kita bisa ngelihat dan interaksi sama makhluk gaib?"
"Lo sendiri, sebelum kerja di sini bisa ngelihat mereka, nggak, Do?"
"Gak bisa. Iya juga, ya. Semenjak malam itu, gue bisa ngelihat mereka. Terus lo sendiri gimana, Mer?"
Mery senyum kecil, melepas kacamatanya dan mengelapnya dengan tissue.
"Gue gak tahu apa-apa. Gue cuma mau bikin kopi, terus ... gue lembur setiap hari selama 6 tahun ini,"
"Maksud lo ... lo gak pernah pulang ke rumah lagi?"
Kedua matanya berkedip lebih cepat ketika hendak memasang kacatamanya kembali.
"Gue bahkan hampir lupa di mana rumah gue."
Gue kaget banget. Apakah ini artinya kalau Mery gak bisa pergi dari kantor ini!? Sulay juga pernah bilang kalau kantin buka 24 jam! Apakah ... Mery sama kasusnya dengan Keyla?
"Do. Mungkin ini kedengaran egois dan jahat. Tapi gue punya permintaan sama lo. Lo ... mau nggak bantu gue biar bisa pulang kerja? Dengan cara ... bikin hancur kantor ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mardo & Kuntilanaknya
Fantasy#1 PARANORMAL (15 JANUARI 2024) #1 KUNTILANAK (1 MEI 2024) #2 GHAIB (20 JULI 2024) #4 HUMOR (1 MARET 2024) Bersama Dea rekan gaibnya, Mardo yang tadinya hobi mancing sekarang harus mancing makhluk gaib untuk sebuah pekerjaan. Pekerjaan macam apa yan...