BAB 15: Spirit Kerja

69 12 0
                                    

"Emang kenapa, Pak?" tanya gue.

"Bahaya kalau sampai banyak yang tahu,"

"Banyak yang nyariin dia, Do. Lo hati-hati, deh."

Mery menarik pedang gue di atas meja.

"Kenapa jadi hitam gitu, Do!?" tanya Sulay.

"Gara-gara Torgol, Pak. Dia kena tusuk pedang ini,"

"Kok bisa!?"

Gue berbisik:

"Ditusuk asap merah itu!"

Mery mengangkat sarung pedang pemberiannya. Sekarang, kalau dilihat-lihat pedang ini jadi kelihatan keren. Pedang dan sarungnya berwarna hitam mengkilap serta gagangnya berwarna merah. Seperti setangkai bunga mawar berduri. Sulay menggoreskan jempol kanannya ke mata pedang gue. Keluar percikan api serta asap hitam di sana.

"Sekarang pedang lo dilapisi ilmu hitam, Do. Kalau lo gak bisa gunainnya, lo bakal sering kena masalah,"

"Oh gitu, ya, Pak. Yaudah, deh ... keluarin aja lagi Torgolnya. Mumpung kita lagi ada di kantor juga,"

"Dikeluarin gimana? Dia udah menyatu sama pedang lo!"

"Iya, Do. Ibaratnya kayak lo nyoba misahin gula dari kopi yang udah jadi,"

"T-terus!? Gue harus gimana sekarang!?"

"Kita harus cari informasi soal Torgol, biar lo ngerti kekuatan dan kelemahannya dia,"

"Yaudah, deh. Mer ... kami pergi dulu, ya,"

"Eh ... eh! Asal pergi aja lo,"

Gue menatap cangkir kopi yang udah kosong. Dan gue gak punya uang.

"G-gue ... maaf, ya ... emm gue gak punya uang,"

"Lo baru boleh pergi kalau lo udah perhatiin rambut baru gue."

Gue memperhatikannya sebentar. Gak ada yang berubah dari model rambutnya. Panjang dan dikepang dua. Hanya aja, sekarang warnanya hitam kecampur cokelat.

"Bagus, kok. Cocok di kamu,"

"K-kamu?" Pupil mata Mery membesar.

"Eh i-iya ... iya. Bagus di kepala lo! Iya bagus ... buat lo. Lo sama kamu, kan sama ... maksud gue iya ... cantik, kok."

Sulay ketawa kecil mendengarkan gue yang ngomong belepotan.

"Cantik? Lo bilang gue cantik?"

Gue menyepak kaki Sulay.

"Ayo, Pak! Berangkat kita!"

Mery ketawa. Gue buru-buru kabur.

Gue dan Sulay menuju ruangan tempat gue bertemu Torgol pertama kali. Sebuah ruangan kaca transparan yang di dalamnya banyak orang-orang aneh di dalam akuarium. Sayangnya, kami gak bisa buka pintunya. Karena gak mungkin kami menjebol ruangan itu, jadinya kami terpaksa ke ruang admin terlebih dahulu buat minta izin masuk.

Ruangannya ada di paling depan ketika masuk kantor. Di sana, kami berhadapan dengan seorang cewek yang gak punya alis! Mukanya jadi aneh banget! Padahal gue yakin wajahnya cantik, kalau ada segaris alis aja di sana. Dia menunggu kami bersuara.

"Kami dari tim lapangan, mau minta izin masuk ke ruang spirit," kata Sulay.

"Sudah dapat izin dari Si Bos?"

"Sudah,"

"Boleh lihat buktinya?"

"Bukti?"

"Iya, bukti izinnya."

Mardo & KuntilanaknyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang