BAB 76: Cerita Serangan itu

53 7 0
                                    

Kami bertiga telat. Jin-jin itu mengambil dan memakan setiap sate yang lagi dibakar! Tukang sate itu entah kenapa bisa ngelihat mereka, dan tentu aja dia langsung teriak-teriak panik. Cewek berambut merah yang lagi sibuk di meja kasir juga ikutan panik. Apa mereka sengaja nampakkin diri!?

"Kalian urus jin-jin aneh itu! Biar aku yang nyelamatin mereka berdua," ucap Dea.

Gue sama Sulay langsung berlari menerjang gerombolan makhluk itu. Gue menebas mereka dengan gelombang kejut berasap hitam. Gue kangen banget kemampuan ini! Sulay melompat tinggi dan jatuh dengan hantaman kuat yang bikin mereka terpental! Gila!

"10!" kata Sulay dengan senyum bangga.

Gue menerobos masuk ke gerombolan dan menebas mereka dengan cepat.

"13!" kata gue waktu makhluk itu tumbang seketika.

Sulay jadi gak mau kalah. Dia juga menyerang mereka dengan tinju brutalnya. Anehnya, jin-jin itu bukannya berkurang melainkan malah semakin banyak! Mereka yang tadi terjatuh bisa dengan cepat pulih kembali dan mulai menyerang kami. Sekarang, Sulay juga mulai menggunakan tangan kirinya buat menyerang.

Hal itu bikin serangannya jadi bertambah cepat. Ngomong-ngomong soal kecepatan, gue rasa gue juga gak boleh kalah! Cincin, gelang dan kalung gue mulai menyala dengan cahaya oranye terang. Asap merah juga udah menjalar di pedang gue. Ini sempurna banget.

Dulu, gue pernah ngelihat bapak-bapak curang yang ngelempar jala di kolam pemancingan. Gue ingat gerakannya yang terburu-buru karena takut ketahuan pemancing lain. Gue juga teringat sama om-om panitia kurban yang memotong tulang kaki sapi dengan cepat menggunakan kapak. Aha!

Dengan ingatan berharga itu, gue coba mengayunkan pedang gue dengan gerakan yang sama. Gue menggabung kedua gerakan dari aktivitas yang berbeda. Gue emang super cerdas. Hasilnya, terciptalah tebasan-tebasan cepat yang bisa mengenai jarak jauh dan jarak dekat sekaligus. Depan dan juga belakang. Sapi!

"Mereka gak ada habis-habisnya, Pak!"

"Cari tempat mereka keluar, Do!"

Dengan sihir merah muda di mata gue, akhirnya gue tahu sumber mereka berasal.

"Pak! Lempar sesuatu ke arah mobil hitam di sana, Pak!"

"Di mana!?"

"Di situ! Di belakang kuburan!"

"Jauh banget! Gila lo!"

Sulay mengambil batu seukuran buah mangga dan melempar ke arah yang gue maksud. Gue udah tahu, lemparan Sulay emang kencang banget! Dengan sihir hijau yang gue bisa, sekejap gue udah mendarat ke depan mobil hitam itu, menggantikan batu yang Sulay lempar.

"Sialan! Dia ninggalin gue!" kata Sulay.

Sebuah mobil berwarna hitam yang terparkir di depan gue sekarang ini secara misterius menjadi tempat jin-jin itu bermunculan. Dikedua sisinya terdapat stiker tulisan besar.

"Siapa kamu!? Mau apa berdiri di depan mobil saya!?"

Pintu mobil terbuka dan turunlah seorang bapak-bapak berpakaian serba hitam dengan kalung rantai besar berwarna merah muda.

"Minggir! Pergi sana!" ucapnya.

Jin-jin yang secara aneh keluar dari mobil orang itu gue hadang dengan pedang gue. Siapapun yang berusaha pergi ke tempat Sulay berada langsung gue tebas seketika. Bapak-bapak berambut gondrong itu kaget dan langsung menyuruh seseorang lainnya keluar dari mobil dengan sebuah kamera.

"Syuting! Syuting! Sudah direkam!?" katanya pada orang itu.

"Sudah, Bos!"

Sementara gue sibuk menghadang jin-jin yang masih terus bermunculan, mereka malah ngomong sendiri di depan kamera.

"Halo rekan-rekan gaib. Kembali lagi di acara Alip Topak TV. Hari ini kami sedang melakukan pembersihan di area pemakaman umum secara suka rela alias gratis tanpa dipungut biaya. Kebetulan, salah satu anggota kami sedang beraksi di sini seperti yang bisa rekan-rekan lihat. Bagi yang baru bergabung, harap tekan tombol subscribe dan like dan jangan lupakan lonceng notifikasinya. Baik rekan-rekan, selama menikmati pertunjukkan."

Hah!? Pertunjukkan!? Dia pikir gue lagi sirkus!?

"Pak! Mohon maaf! Kenapa bapak nyebarin jin-jin ini di sini!?"

"Hah!? Jin apa!?"

Gue gak bisa ngobrol kalau makhluk-makhluk ini terus aja bermunculan. Dengan sihir biru, gue merasakan adanya sebuah aura aneh dari dalam mobil itu. Terasa dingin, berdengung, dan juga gelap. Kalau aja sekarang ada Rava sama Anto, mungkin mereka akan lebih ngerti.

"Berhenti, Pak! Udah cukup! Kalau gak mau berhenti ... saya terpaksa belah mobil ini!" kata gue.

Mereka berdua malah ketawa. Yang lebih nyebelin adalah temannya yang terus aja ngarahin kamera ke arah gue. Gue, kan bukan artis!? Dengan tenaga pelan, gue menebas spion kanan mobil hitam itu. Diluar dugaan, gue malah memotong mobil itu jadi dua! Gawat!

"MOBIL SAYAAAA ...! MASIH NYICIIIIIIL....!"

"HAAAAA!? MAAF....!"

Dari kejadian sial gak terduga itu, di antara mobil yang udah terbelah parah gue ngelihat sebuah portal persegi seukuran kambing yang melayang di atas sebuah benda elektronik. Mungkin karena ikut terkena tebasan gue, benda itu kayaknya udah hampir rusak. Portal di atasnya udah berkedip gak karuan dan jin-jin berkepala anjing tanpa badan itu gak lagi berdatangan.

"KAMU HARUS TANGGUNG JAWAB!" katanya.

"M-maaf, Pak. Sumpah saya gak bermaksud motong mobil Bapak! Saya pasti tanggung jawab."

Temannya yang masih merekam, berbisik kepada bapak-bapak itu.

"Tenang, Bos. Nanti kita edit videonya, kita bikin seakan dia emang mau ngerusak mobil kita. Pasti viral, Bos!"

Tiba-tiba, Dea seketika muncul di belakang orang itu dan langsung ngambil kameranya.

"Ngomong apa tadi?" tanya Dea.

Mereka berdua kaget dan langsung berpelukan kocak.

"KUNTIIIIII....! TOLOOOOONG....!"

Setelah semua jin udah menguap jadi asap putih yang memenuhi langit, gue yang baru aja menyarungi pedang gue kembali ditarik oleh Sulay yang baru aja sampai.

"Sinting lo! Kenapa lo pergi duluan, hah!?"

"Heh!" kata Dea sambil memelototi Sulay.

"Ya maaf, Pak. Kalau lo juga ke sini, terus siapa yang ngurusin di tempat sate itu? Lagian sekarang udah beres, kok."

Sulay baru sadar di depannya terdapat sebuah mobil yang terbelah dua jadi kayak lontong.

"Beres apaan bego! Lo ngapain lagi, Do!?

Bapak-bapak yang ternyata bernama Alip Topak itu berjalan ke depan gue.

"Saya bisa maafkan kejadian hari ini. Tapi saya tetap minta uang ganti rugi,"

"Terima kasih, Pak. Sekali lagi saya minta maaf. Saya harus bayar berapa?"

"100 juta. Gak masalah, kan?"

Sulay langsung menendang ban depan mobil itu dengan keras.

"100 juta!? Lo pikir gue gak ngerti mobil!? Mobil jelek dengan kerusakan kayak gini udah gak bisa dibenerin!"

"Nah! Itu tahu! Makanya saya minta 100 juta buat beli mobil lagi!"

Iya juga, ya. Sulay emang gak ngerti apa-apa.

"Oke, oke. Berapa nomor rekeningnya?" kata gue.

Setelah Alip Topak bersama kameramennya pergi dengan taksi online, gue, Dea dan Sulay berjalan kembali menuju gerobak sate yang tadi diserang oleh jin-jin aneh. Cewek berambut merah pemilik tempat itu udah berdiri nungguin kami dengan wajah yang tampak marah.

Mardo & KuntilanaknyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang