Langit udah berwarna jingga ketika kami sampai. Banyak bapak-bapak yang mau pulang. Karena ke tempat ini lagi, fokus gue terarah pada warung langganan gue beli roti. Sayangnya, gue emang udah benar-benar gak punya uang. Gue cuma bisa ngelihatin roti-roti itu di meja.
"Di mana pohonnya, Do?"
"Eh iya. Di sana, Pak."
Gue menganga lebar ketika melihat kursi panjang yang sebelumnya dilempar Torgol ke sungai sekarang udah ada lagi di tempat semula. Gue berjalan cepat memperhatikan kursi itu. Iya! Ini kursi yang sama! Siapa yang ngembaliin, ya?
"Kata lo kursinya dibuang Torgol. Ini masih ada,"
"Kok ada, ya!?"
Daun-daun kering berjatuhan dari pohon di belakang kami. Ada embusan angin misterius.
"Siap-siap, Do,"
"Hah? Siap-siap buat apaan, Pak?"
Keluar sepasang tangan dengan kuku panjang dari dalam pohon.
"Itu dia, Pak!"
Tangan itu memanjang ke arah kami!
"Awas, Pak!"
Bukannya panik atau menghindar kayak gue, Sulay malah menarik tangan itu. Sulay memegangi tangan itu sampai keluar asap hitam di sana. Terdengar suara jeritan yang melengking. Sulay kemudian menarik tangan itu dengan keras. Seorang cewek berbaju putih meloncat dari dalam pohon!
"Le ... pas ... le ... pas!" katanya.
"Ada pertanyaan yang harus lo jawab. Baru gue lepasin,"
"Le ... pas!"
"Kulepas semua ... yang kuinginkan...."
Sulay menyepak kaki gue.
"Kenapa lo malah nyanyi bego!"
Sekarang, kami bertiga duduk di kursi panjang di pinggir sungai. Kami duduk di antara cewek yang masih gak kelihatan mukanya ini. Gue masih takut aja kalau ingat waktu dia mencengkram bahu gue. Untuk sesaat, gue merasa Sulay ini keren banget. Dia bisa bikin hantu takut dan nurut. Orang yang suka Naruto emang beda.
"Lo pasti tahu, kan kalau kami nurunin spirit di sini?"
Cewek itu mengangguk.
"Dia ngapain aja waktu kami tinggal?"
Cewek itu diam aja.
"Dia udah gak ada. Gak usah takut,"
"Dia ... mau mengambil pohon saya,"
"Terus?"
"Saya kalah ... dia dapat,"
"Cuma itu?"
Cewek itu mengangguk. Sekarang, giliran gue yang mau nanya sama dia.
"Mohon maaf ... Mbak. Waktu itu, kenapa dia buang kursi ini, ya?"
"Tidak tahu,"
"Waktu itu kenapa kamu menangkap saya?"
"Karena saya pikir kamu teman jin itu,"
Gue mau nanya satu hal lagi.
"Kenapa ... kamu waktu itu berhenti menyerang saya? Dan kenapa kursi ini kembali ke sini?"
"Kamu punya hubungan dengan ratu kami. Saya tidak berani dengan ratu kami,"
"Ratu?"
Dia cuma mengangguk.
"Terus kursi?"
"Dikembalikan lagi oleh jin itu. Setelah kamu pulang."
Sulay berdiri dan pergi begitu aja. Gue buru-buru menyusulnya. Cewek itu masih duduk di kursi, dan mukanya masih gak kelihatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mardo & Kuntilanaknya
Fantasy#1 PARANORMAL (15 JANUARI 2024) #1 KUNTILANAK (1 MEI 2024) #2 GHAIB (20 JULI 2024) #4 HUMOR (1 MARET 2024) Bersama Dea rekan gaibnya, Mardo yang tadinya hobi mancing sekarang harus mancing makhluk gaib untuk sebuah pekerjaan. Pekerjaan macam apa yan...